AR : 16

100 7 0
                                    

Gue dan ketiga sahabat sudah bersemayam di kantin sejak sepuluh menit yang lalu. Tadi Rajendra pergi ke toilet sebentar tetapi sampai sekarang cowok itu belum juga menunjukkan wujudnya.

"Jendra kalo udah di toilet kaya cewek, pasti dia konser dulu" celetuk Aldi seraya memainkan ponselnya.

"Kayak gak tau Jendra aja lu Al" timpal Shaka.

"Palingan dia lagi bayangin dia jadi penyanyi internasional sambil pegang gayung sebagai mikrofon nya" lawak gue membuat ketiga sahabatnya sedikit terkekeh geli.

"Nah tuh dia" ujar Danis saat ia melihat Jendra berlari-lari seperti orang dikejar setan untuk menerima cintanya.

"Ya ampunn capek!" ucap Jendra dengan keringat yang membasahi pelipisnya.

"Lu abis mandi ya di toilet?" tanya gue memperhatikan jendra yang masih mengatur napasnya.

"Tadi ... gue liat dimading ... ada event camping ... buat minggu depan" ujar Jendra dengan napasnya yang masih tersengal.

"Oh ye! Pokoknya kita harus ikut!" seru gue dengan semangat yang tinggi.

"So pasti" sahut Shaka seraya meneguk habis minuman kalengnya

"Ola diajak gak nih?" tanya Jendra.

"Kayak lu gatau Ola aja Jen, dia denger berita kaya gini aja bisa jadi dia langsung sembuh" timpal Danis.

Jendra hanya mengangguk saja.

"Eh gue kebelet nih, gue ke toilet bentar ya" ucap gue langsung meninggalkan kantin.

Sedangkan Aldi langsung mengambil posisi gue dan menghabiskan jatah makan siang gw untuk kesekian kalinya. Emang siadul ni anak.

Waktu gue selesai dengan ritual di kamar mandi, gue mendengar suara yang familiar. Karna berhubung toilet cowok dan cewek satu jalan (bukan berarti sampingan ya) gue mengintip dan menguping pembicaraan tiga gadis di depan wastafel.

Ini gue gak masuk toilet cewek loh ya, cuma ngintip dari luar aja.

Oh rupanya Vika, Vistia, dan Alena.

"Lu jadi ikut gak Len event berkemahnya?" tanya Vistia dengan suara cukup keras.

"Gue juga gak tahu, mungkin aja gak i---"

"Udah lu ikut aja, biar Kak Aldi yang izinin ke Papa lu, gue jamin Papa lu bakalan luluh kalau yang minta izin Kak Aldi" ucap Vistia menepuk bahu Alena.

"Lu ikut juga kan Vik?"

"Ikut dong, aku kan suka event kayak gini"

"Nah sip, besok kita daftar aja ya, lu ikut gue Vik"

"Kenapa gak gabung sama temen temen gue aja, biar gue yang daftarin" ucap gue main menyelonong masuk, mengagetkan tiga gadis di depan.

"Eh Kak Rafly, ngapain ke sini kak? " tanya Alena.

"Gue gak sengaja lewat sini, gak sengaja denger obrolan kalian. Mending daripada kalian daftar sendiri gimana kalau gabung kita aja? Kan enak rame-rame" ucap gue melirik Vika, gadis itu menunduk dengan menggigit bibirnya.

Gue tahu Vik, kalau lu gak bakal mau.

"Kita daftar sendiri aja Raf"

"Oh yau---"

"Kita daftar bareng sama Kakak aja" Vistia menyenggol tangan Vika, menyuruhnya menurut saja.

Vika menghela napas, bingung dengan sifat teman-temannya ketika bertemu dengan gue. Apa Vika beranggapan kalau teman-temannya menginginkan kita balikan?

"Jadi gimana nih?" ucap gue bingung.

"Kita gabung aja sama kakak dan temen-temen kakak" ucap Alena nyengir.

"Oke, besok gue daftarin"

•••

"Ke toilet lama banget bang"

"Jangan jangan lu ngintip cewek lagi pup ya?"

"Ih seremm"

Baru juga nempelin bokong, temen gue pada ngebacot. Lu kira gue cowok apaan lihat cewek lagi BAB. Emang rada-rada sengklek otaknya.

"Vika sama temen-temennya juga ikut" ucap gue  pelan.

"Serius lu?" tanya Rajendra.

Gue mengangguk.

"Yes! Bisa pendekatan sama Vistia" ucap Arshaka girang.

"Ini jatohnya bukan camping tapi ngedate dengan Alena" Aldi berjoget ria seperti habis dapat segepok uang.

"Status masih friendzone aja udah belagu lu Al" ucap gue menyindir.

"Daripada lu belum ada kepastian sampai sekarang"

Jleb.

Skakmat, Raf!

"Uluh-uluh abang Rafly yang sabar ya" Rajendra mengelus pundak gue, sedangkan Danis menepuk kepala gue.

"Tenang, nanti kita bantuin lu deket sama Vika lagi" ucap Danis.

Gue hanya memutar bola mata malas

•••

Gue mengangkat kaki ke sofa, sedangkan kepala gue berada di lantai. Hari yang melelahkan.

"Abang, dedek dapat brosur camping" ucap Richel menyerahkan brosur yang sama seperti di mading sekolah gue tadi.

"Dedek mau ikut?" tanya gue. Dari binar matanya gue sudah menduga pasti gadis ini sangat menginginkan.

"Iya, bolehkan bang?" tanya Richel  memohon.

"Apanya yang boleh?" tanya Ayah yang tiba-tiba datang.

"Ini yah" gue menyerahkan brosur itu.

"Dedek pengen ikut?" tanya Ayah.

Richel mengangguk.

"Abang juga pengen ikut?"

"Iya yah,"

"Yaudah ayah izinin, asal abang jagain adeknya" ucap Ayah.

"Ya iyalah yah, pasti abang jagain, lagian abang gak mau kehilangan adek yang langka kayak Richel ini"

"Maksud abang dedek kayak manusia purba gitu?" tanya Richel cemberut.

"Ya bukan gitu" gue menggaruk tengkuk yang gak gatal,"dedek kan lemited edition susah cari penggantinya"

"Nanti uang sakunya biar dari ayah," ucap Ayah dibalas dengan sorakan Richel.

•••








Akhirnya update lagi :v
Part paling gaje, garing, amburadul:(

Lagi gak mood ngetik jadi gini deh:v
Kalau ada typo mohon koreksi:)
Jangan lupa tampol bintangnya kalau gak mau koment_-

-Ranniecaa-

About RaflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang