part 4

2.1K 113 3
                                    

Hari ini adalah hari libur Adzkia ,aku memintanya menemaniku jalan-jalan ke sekeliling desa . Sudah banyak perubahan yang terjadi . Desa semakin maju tak kalah jauh dengan perkotaan.

" Udaranya sejuk ya Ki" ucapku sambil menghirup udara segar bebas polusi ini . Banyak orang yang memandang aku dengan tatapan sinis . Apa karena pakaian yang aku kenakan . Ketika memakai pakaian yang tertutup dianggap mengikuti aliran sesat . Astaghfirullah .

"Mbak nggak panas pakai gamis dan hijab lebar? " Tanya Adzkia . Mungkin Adzkia juga merasa tak nyaman kakaknya di lihat seperti ini.

"Assalamu'alaikum ustadzah Najma" salam anak-anak yang sudah beranjak dewasa . Anak-anak ini yang dulu aku ajari mengaji sekarang tumbuh jadi gadis cantik .

"Wa'alaikumsalam , kamu Lani ya " aku masih mengingat wajahnya karena dia yang paling tidak banyak berubah .
"Iya ustadzah ,saya meylani " aku tersenyum ternyata mereka masih mengingatku . Jelas lah baru aja dua tahun pergi. Kami berbincang banyak hal sebelum mereka pergi memetik sayuran di kebun milik orang tua mereka.

"Mbak awas " aku terjerembab ke sawah .
"Ya Allah ,kia harusnya kamu bilang lebih awal, jadi Mbak nggak belepotan gini " aku menepuk pinggiran gamis yang kotor .
Adzkia hanya nyengir .

Aku memasuki taman di mana dulu tempat aku bermain bersama Adzkia.
Setidaknya di ayunan akan lebih tenang .
"Mbak ayunannya masih ada ,mbak mau naik ? Aku menaiki ayunan ,Adzkia mengayun dibelakang.

"Kia.." panggilku aku ingin sekali menangis . Menangisi takdir yang seolah mempermainkan ku .
"Kia tau kok mbak ,jangan pernah mengalahkan takdir mungkin mas Alvin bukan yang terbaik untuk mbak " Adzkia memelukku erat. Berusaha menguatkan.

***
Entah kenapa mas Alvin mengundurkan tanggal pernikahannya hingga dua Minggu lagi padahal undangan pernikahan sudah disebar . Aku sudah tidak ambil pusing akan hal itu . Ya aku sudah menerima lamaran Afnan . Afnan sendiri sudah datang menemui keluargaku serangkaian tes dilakukan bapak, untuk menentukan apakah pantas Afnan menjadi imam putrinya ini .

Bahkan bapak dan keluarga Afnan ingin aku secepatnya menikah dengan Afnan . Ya hari ini aku akan menikah dengan Afnan . Bukankah sesuatu yang baik tidak boleh ditunda-tunda itu senjata bapak dan keluarga Afnan.

Aku sudah siap dengan gaun yang dipilih Afnan ,tidak terlalu mewah namun terkesan bagus . Aku memandang wajaku di cermin . Jika dulu aku membayangkan mas Alvin yang berdiri dan menjabat tangan ayah maka kini seorang pemuda yang lebih muda dariku yang akan menjabat tangan ayahku .

Aku tidak pernah bermimpi menikah dengan mewah sederhana asal berkah itu yang selalu aku inginkan .

"Lah kok malah melamun sih nduk" ibu duduk di sampingku matanya berkaca-kaca .
"Turun yuk acaranya akan dimulai " ibu menuntunku ke bawah . Adzkia biasanya sangat cerewet sejak tadi diam dan menuntunku ke bawah .

"Afnan Haidar Ibnu Sina bin Fathur Rasyid saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan ananda Aysha Najma Hibatillah binti Syamsi Habibullah dengan maskawin perhiasan emas sebesar 20 gram dibayar tunai "

"Saya terima nikah dan kawinnya Aysha Najma Hibatillah binti Syamsi Habibullah dengan
Maskawin tersebut tunai " Jawab lantang gAfnan kemudian disusul kata sah . Aku menangis terharu ,aku disuruh menjabat tangannya dan Afnan mencium keningku . Ini pertama kalinya aku dicium oleh lelaki yang bukan keluargaku.

Aku berdiri dan banyak yang mengucapkan selamat hingga tiba giliran mas Alvin berdiri di depanku .
Aku menatap canggung pada mas Alvin namun Afnan menggenggam tanganku erat .

"Selamat ya Hib,semoga sakinah mawaddah
Warahmah" ucap mas Alvin setelah sekian lama berdiri. Aku masih diam, tapi Afnan menyahut cepat.

"Terima kasih mas ,semoga cepat nyusul ya " ucap Afnan .

Acara berjalan dengan lancar atas izin Allah . Meski tetangga berbisik pasti mereka mengira aku hamil duluan mengingat acara lamaran dan pernikahan dibuat secepat mungkin .

"Kenapa Ay?" Tanya mas Afnan . Ya aku putuskan untuk memanggilnya dengan embel-embel mas . Meski dia lebih muda dariku tapi dia sekarang adalah suamiku .
"Nggak papa kok mas " jawabku untuk pertama kali aku memanggilnya dengan embel-embel mas .
" Kamu panggil aku apa Ay ?" Hey mas Afnan tidak tuna rungu kan .

"Enggak kok ,lebih baik mas mandi " saranku .
"Bener juga kamu,mas mandi dulu ya " pamitnya padaku .

Aku kelur dari kamar disana sudah ada Adzkia yang senyum-senyum nggak jelas .
"Bu ,Adzkia sejak kapan ?" Aku bertanya pada ibu yang sedang duduk . Sejak kapan yang dimaksud disini adalah Adzkia yang senyum-senyum seperti orang gila .
"Biasa nduk ,kumat mingguan " celetuk ibu .membuat Adzkia cemberut dan melempar bantal yang ada di sofa.
"Jadi maksud mbak dan ibu, aku gila gitu " Adzkia melipat kedua tangannya di dada.
"Bercanda Kia ,sini duduk " pinta ibu .

"Adzkia itu cuma seneng, mbak Najma udah menikah. malah aku dikatain gila " sungut Adzkia .

"Enggak mbak cuma bercanda " aku memilih duduk di samping sang ibu .

"Suami kamu mana nduk? Kok malah ditinggal " kini bapak yang bicara .

"Lagi mandi pak , Najma bosan jadi Najma tinggal " jawabku . Mas Afnan keluar dengan rambut yang masih basah sehabis mandi .
"Udah kumpul semua saatnya makan " bapak beranjak dari duduknya dan berjalan ke meja makan . Diikuti ibu,aku ,mas Afnan dan terakhir Adzkia.

"Maaf ya nak Afnan ,lauknya hanya seadanya" ungkap ibu .
"Nggak papa kok Bu ,saya juga biasa makan seperti ini " jawab mas Afnan . Yang aku sukai dari mas Afnan adalah sikapnya yang dewasa.
"Loh nduk ,kok suami kamu nggak diambilin makanannya?" Tanya bapak . Aku lalu menaruh nasi di piring mas Afnan .
"Segini cukup ? " Tanyaku mas Afnan hanya mengangguk .
Kami makan dalam diam .
****
Setelah makan malam aku duduk di tepi ranjang ,mas Afnan sibuk dengan buku dan pensil entah apa yang di kerjakan aku juga tidak tahu .
"Ay,kalau ngantuk tidur aja " ucap mas Afnan .
"Kenapa mas panggil aku Ay, orang-orang kan memanggilku Najma"
"Anggap aja panggilan sayangku ke kamu Ay , oh iya tadi juga ada yang panggil kamu Hiba. Dia orang yang spesial ya Ay?" Pertanyaan dari mas Afnan membuatku canggung.
"Wajar lah mas dia panggil Hiba dia temen aku waktu kecil . Sebentar lagi juga mau nikah " jawabku .

Mas Afnan mengeluarkan kartu ATM dan meletakkan di tanganku .
"Ini kamu yang pegang yah ,sedikit sih tapi insha Bisa buat kebutuhan sehari-hari. jangan ditolak ini nafkah dariku sebagai seorang suami " mas Afnan memandangku .
"Terima kasih mas ,tapi aku masih punya uang tabungan " jawabku . Bukan aku sok nggak butuh . tapi kebutuhan sekolah buat mas Afnan juga banyak .
"Ay , uangmu simpan saja kamu belanja pakai uang mas . Mas nggak terima penolakan . Itu bukan uang orang tua mas tapi tabungan mas sendiri " jawab mas Afnan . Aku terharu dan berhambur ke pelukan mas Afnan .
"Terima kasih mas " ini awal rumah tanggaku semoga ke depannya semakin baik . Aamiin .

Bersambung ...

Next ?
Jangan lupa vote + komentar
Sebaik-baik bacaan adalah Al-Qur'an

Afnan  Dan NajmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang