awal

4.2K 108 1
                                    

Prilly's POV

Semua mata tertuju pada satu titik. Semua murid laki-laki memandang kagum dan semua perempuan memandang iri dan sinis. Ini merupakan pemandangan yang biasa di sekolahku SMU Cakrawala tempatku belajar dan aku tau siapa yang menjadi pusat perhatian itu adalah aku.

Aku sebenarnya tidak terlalu suka menjadi pusat perhatian seperti ini. Para siswa memandangku seperti ingin menerkamku saja, dan para siswi memandangiku seperti mengajak berperang denganku. Aku tidak mengerti kenapa selalu seperti ini saat aku tiba dari gerbang sekolahku, banyak siswa yang mengatakan jika aku memiliki wajah yang sangat cantik seperti halnya bidadari, tetapi menurutku itu berlebihan aku merasa tidak secantik itu bahkan aku merasa kalah cantik dengan sahabatku. Dan para siswi selalu mengatakan bahwa aku ini caper kepada murid pria lah, guru lah, aku itu nerd lah atau apapun yang menunjukan kebencian mereka kepadaku.

Mungkin kalian berfikir aku tak kuat dengan ini apalagi tekanan dari para siswi yang selalu membullyku. Awalnya memang aku tertekan tapi aku bangkit lagi karena sahabatku menasehatiku bahwa aku jangan terlalu memikirkan ucapan mereka.

Saat ini aku sedang berjalan menuju kelasku 12 ipa 1 tiba-tiba aku merasa ada yg memanggilku, "Prilly ...," Panggil seseorang, reflek aku menengok ke belakang dan menemukan sahabatku dari kecil tengah berlari ke arahku dan aku memutuskan untuk menunggunya. Setelah sampai didepanku ia mencoba mengatur nafasnya yang memburu.

Setelah dirasanya nafasnya sudah kembali teratur ia pun mulai berbicara, "Aduh Prill, loe itu gue panggil nggak nengok-nengok, yah? Gue tuh cape tau lari-lari dari tadi ngejer loe, tapi loe jalan aja sambil nunduk, cari apa sih? Receh loe jatuh hah?" ucapnya mengomeliku tapi tak membuatku takut atau apapun malah membuatku gemas karna ia langsung memberondongku dengan semua pertanyaanya. "Aduh Vi, biasa aja deh kamu ngomong nggak pake titik koma gitu," kataku sambil mengajaknya berjalan menuju kelas.

"Ya mau gimana lagi gue kesel sama loe. Lagipula ngapain sih jalan sambil nunduk gitu?" tanya Evi -sahabatku- kepadaku. Sebenarnya nama aslinya Evilda Keara Lavina. Yang lain memanggilnya Evilda tetapi aku memanggilnya Evi supaya lebih simpel. Hanya Evi yang mengerti aku bahkan banyak menyuruhnya menjauhiku tetapi tak ia hiraukan ia juga cantik bahkan menurutku ia sangat cantik karna memiliki tinggi badan dan rambut yang coklat sehingga banyak yang mengira ia adalah bule padahal ia keturunan Jawa–Sunda sedangkan aku keturunan Sunda–Ambon.

"Maaf yah Vi, soalnya aku ngerasa risih sih kalau masih diliatin kaya gitu," jawabku jujur. "Aduh Pril, kan udah gue bilang loe itu jangan takut, loe harus lawan mereka supaya loe itu nggak selamanya ditindas, kalau loe masih kaya gini siapa yang bakal bela loe kalau nanti gue nggak ada?" kata Evi mulai menceramahi seperti biasa, "Nggak adakan, jadi loe harus bisa buat ngejawab semua yang mereka lakuin ke loe yah." Lanjutnya.

Aku pun terdiam dalam hatiku aku mengangguk membenarkan apa yang Evi katakan kepadaku, "Iya aku ngerti, Vi. Tapi ya mau gimana lagi aku nggak bisa kaya gitu, aku nggak punya keberanian kaya kamu buat ngelawan mereka," kataku. "Ya udahlah nggak papa tapi lain kali inget, jangan kaya gitu lagi, yah," ujar Evi.

Kami pun sampe di kelas dan pelajaran pertamanya adalah Fisika, pelajaran favorit dari sahabatku Evi selain pelajaran sejarah. Mungkin kalian berfikir kenapa Evi tidak masuk kelas IPS saja kalau suka sejarah bahkan Evi tidak menyukai pelajaran IPA yg lain selain pelajaran fisika. Jawabannya bukan karna ia ingin selalu bersamaku tapi karna kepintarannya.

Pada saat ia test untuk memilih jurusan dan ia di terima di kelas IPA yang sama denganku padahal ia ingin masuk kelas IPS awalnya aku berfikir ia tidak suka masuk ke kelas yang sama denganku setelah dari dulu selalu sekelas denganku saja, tetapi sekali lagi ia menegaskan.

"Aduh, loe ngomong apa sih Prill masa iya gue nggak suka sekelas lagi sama loe, ya jelas gue suka lah, tapi loe taukan pada awalnya gue mau masuk IPS bukan mau masuk IPA yang makanan sehari harinya angka-angka yang selalu sukses bikin otak gue mumet jadi jangan berfikiran kalau gue itu nggak suka sekelas lagi sama loe," kata Evi menegaskan.

Teeet teeeetttt ....

Bunyi bel masuk pelajaran pertama dan langsung menandakan pelajaran fisika akan dimulai.

Skip

Saat ini adalah saatnya istirahat, waktu istirahat sering aku dan Evi habiskan di perpus atau rooftop. Sebenarnya di perpus hanya aku yang belajar sedangkan Evi hanya membaca novel atau mencuri wifi. Dia memang begitu bisa di bilang pemalas dalam belajar tapi aku tidak tau bagaimana caranya ia bisa pandai padahal buku yang ia baca biasanya adalah novel atau apapun yang berbau sejarah tapi ya begitulah ia adalah manusia yang ajaib menurutku bahkan kalau ia mau ia bisa mengikuti lomba sejarah yang sering diadakan di sekolahku padahal lomba itu khusus anak IPS.

Tapi, ya sudahlah lagipula aku tahu. Semenjak kecil Evi memang cukup pintar meskipun sifat malasnya itu tak bisa dihilangkan. Bahkan ketika aku menyuruhnya untuk belajar pasti selalu ada alasan, tapi setauku ia tidak pernah memiliki niat untuk mencontek karena prinsipnya yang ia pegang kuat, lebih baik tak menjadi apa-apa daripada menjadi seorang plagiat yang dikenang bukan karna miliknya. Itulah prinsipnya.

Ya, menurutnya lebih baik nilai jelek hasil pemikiran sendiri dari pada nilai tinggi hasil mencontek. Dan itu terbukti. dan aku pernah liat dia dengan bangganya menyodorkan hasil ujian pelajaran Biologi yang memang mendapatkan hasil kecil didepan anak-anak yang ia tahu mencontek, "Cih, lebih baik nilai 6 hasil sendiri dari pada nilai 9 hasil nyontek. Gimana mau jadi penerus bangsa kalau soal kaya gini aja harus plagiat dari orang lain. Apalagi orang yang kalian plagiatin itu orang yang udah sering kalian hingga. Dasar nggak tau malu," decih Evi pedas.

Langsung saja, perkataan Evi yang memang pedasnya tak bisa dielakkan memicu keributan sampai harus dipanggil guru dan mereka kena hukuman untuk membantu membereskan buku baru di perpustakaan yang baru saja sampai.

Sahabatku itu memang ajaib, dan ia adalah satu-satunya sahabat yang paling aku sayangi.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Udah dulu yah nanti lagi aku next nya dan insyaallah bakal lebih panjang lagi dan maaf kalau part ini sedikit atau mungkin emang nggak jelas aku minta maaf karna aku juga baru belajar.

Dan kalau ada yang kurang tinggal comment aja karna aku juga butuh banget kritikan dari kalian. Dan semoga kalian nikmatin cerita aku yah daah👋👋👋

P.s ini udah aku revisi dan aku tambahin. Kalau kalian nggak suka ataupun nggak sesuai ekspetasi kalian maaf yah😊

Sorry yah kalau masih ada typo namanya juga manusia yang nggak pernah luput dari salah.😅

See you in the next part

A Story About HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang