Bully

957 52 0
                                    

Happy reading 📖📖

Lembaran cinta baru saja tercipta, berawal dari kagum, penasaran, sayang dan akhirnya cinta.

▪︎Rima Amaya▪︎

***************************************

Author's pov

Terlihat seorang gadis yang memeluk gulingnya sambil tersenyum-senyum. Yup, gadis itu adalah Prilly. Entah apa alasannya, sejak ia pulang dari kerja kelompoknya kali ini ia tidak bisa untuk berhenti tersenyum.

Prilly's pov

'Kenapa aku selalu memikirkan anak baru itu, yah? Apa yang terjadi padaku? padahalkan sikapnya sangat dingin. Dia berbeda dengan murid pria lainnya yang selalu mengejarku.' batinku berujar, "Ah, untuk apa aku memikirkan dia? lebih baik aku tidur saja." tambahku lalu memejamkan mataku mencoba tidur.

🌱🌱🌱🌱


Pagi hari ...

Saat ini aku sedang berjalan sendiri di koridor, biasanya aku bersama Evi tetapi hari ini Evi tidak sekolah karena sakit. Ya, memang kekebalan tubuh Evi lemah hingga ia gampang sakit, tetapi ia tetep kekeh ingin sekolah dengan alasan ia ingin belajar padahal aku tau alasan yang sebenarnya, ia ingin ke sekolah karna ingin bertemu pangeran indianya ck.

Seperti biasa para siswa selalu melihatku dengan tatapan lapar mereka dan para siswi yg seolah mendapatkan jackpot-nya dengan ketidak hadiran Evi di sisiku. Karena memang selama ada Evi di sampingku mereka tidak akan pernah bisa melukaiku bahkan mendekatiku dengan maksud yang buruk.

Karena Evi selalu menghajar siapapun yang menggangguku, bahkan tak jarang ia menjadi perbincangan guru guru dan anggota osis, tetapi tak ada yang bisa mengeluarkannya karena prestasinya di bidang akademik maupun non akademik yang sering kali membanggakan sekolah. Menurutku Evi adalah induk semangku yang selalu melindungiku.

Seperti yang sudah aku bayangkan, kini didepanku sudah ada yang menungguku. Dia adalah Diva, Nana, dan Agnes. Diva merupakan sepupu dari Cindy yang memiliki sifat hampir sama, sepertinya sifat mertua adalah turunan. Ups, bukan maksudku untuk membully anggota keluarga yang lain, itu hanya ucapan spontan.

"Eh, liat deh. sekarang tuan putri nggak sama bodyguardnya guys, hahaha. Kemana yah tuh si bodyguard nih cewe caper?" kata Diva mengejekku, aku hanya diam saja. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan karna biasanya Evi yang mengurus orang yang hendak membullyku, "Heh, loe nggak punya mulut, yah? Kalau ada yang ngomong itu loe harusnya jawab. Nggak usah sok dihadapan gue. Dan jangan sok kecantikan di sini, dasar caper." katanya geram sambil menjambak rambutku ke belakang.

"Aduh Div, lepas dong sakit. Apa salah aku, sih?" tanyaku pelan sambil mencoba melepaskan jambakannya. "Salah loe itu, loe sok cantik di depan para cowok, sok baik di depan guru, sok polos, dan loe juga yang udah ngerebut pacar Cindy," sentaknya keras.

Aku yang memang tidak bisa dibentak karena memang sedari kecil orangtuaku mengajariku jika berbicara dengan seseorang seharusnya tidak memakai nada yang tinggi. Jadi, mendengar seseorang membentakku membuatku merasa takut. Langsung saja aku mengeluarkan air mata dan mencoba menahan rasa perih akibat jambakan Diva.

Aku melihat banyak yang melihat pembullyan ini tapi tak ada yang berani melerai karna Diva merupakan salah satu putri dari pengacara terkenal. Saat aku meringis sambil berusaha untuk melepaskan jambakan dari Diva yang dibantu Nana dan Agnes ada suara berat yg menghentikan pembullyan terhadapku. "Stop!!!" suara itu mengintrupsi keributan sehingga membuat semua orang yang melihat kejadian ini terdiam.

A Story About HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang