19. Seutas Benang Hitam

303 13 0
                                    

Saudi Arabia, pukul 13.12 dinihari.

         Termometer udara menunjukkan angka 43 C, suhu yang membuat Faris beberapa kali mengibas-ngibaskan kerah jasnya, langkah kakinya tergesa menapaki ruang parkir LIO, sekilas pandangannya menerawang mengingat-ingat letak parkir mobilnya, lalu kembali melangkah, Model full option mempermudah Faris untuk mencarinya, tangan Faris membuka pintu mobil tergesa, membuat sang dopir terkaget dan terbangun dari tidurnya.

" Ah ia benar-benar sudah tidak tahan dengan hawa panas ini,"

" Tolong nyalakaan AC nya mar ,,,,!!"

Minta Faris pada sang sopir yang kelihatannya tidak kepanasan sedikitpun.

" Apa 48 C benar-benar sepanas ini,,,??"

Tanya Faris kepada Umar yang sesekali masih menguap menahan kantuk yang selalu sukses menggagu kerjanya. Umar mengangguk.

" Iya pak,,, memang setiap hari seperti ini"

Jelas pemuda berdarah Afrika itu hormat, tangannya sibuk memencet tombol AC, mobil itu adalah salah satu mobil lisrtik tercanggih yang di produksi oleh salah satu perusahaan otomotif Indonesia, berkat dukungan pemerintah, Indonesia menjadi salah satu pengespor mobil lisrtik terbesar di dunia sejak empat tahun lalu, mobil ini berbahan bakar biodiesel yang ramah lingkungan, didalamnya telah terpasang motor listrik dengan tenaga 182 horsepower 130 kw. Untuk mengisi baterainya secara penuh dibutuhkan waktu sekitar 4 Jam dan baterai tersebut bisa dipakai untuk menjelajah sejah 250 kilometer.Mobil listrik Indonesia ini diklaim mampu berlari hingga kecepatan 220km/jam. Selain itu, tersedia pula fitur regenerative brake yang membuat daya pengereman bisa digunakan untuk mengisi baterai. Lalu ada pula fitur rem mekanik dan rem mesin berkat penggunaan gearbox, bodi mobil di lapisi panel fotovoltaik dan panel penyerap panas, yang secara otomatis dapat menyerap kalor panas, yang dapat di gunakan sebagai sumber tenaga cadangan, jadi untuk menyalakan AC atau fasilitas lain, pengemudi tidak perlu menyalakan mesin, karena, ketika mesin utama mati, secara otomatis turbun akan bekerja. Setidaknya itu yang di ingat Faris dari presentasi kliennya sebelum ia menandatangani kontrak infestasi itu. Faris sedikit melonggarkan dasi, lalu meraih semartphonnya, menyalakan mp3 dan mengenakan earphone di telinganya, dan seperti biasanya laki-laki itu melipat kedua tangan di depan dada dan memejamkan mata. Mendengarkan alunan suara syekh misyari rosid yang mengalun lembut. Ritual ketika ia mempunyai waktu luang dimulai. Karena pekerjaannya tidak memberikan sedikitpun kelonggaran untuk beristirahat apalagi murojaah hafalan quran, maka ia benar-benar harus bisa memanfaatkan waktu.
Beberapa menit berlalu akhirnya Reza memasuki mobil, menemukan Faris yang sudah terlelap dengan earphone melekat di telinganya. Sekertaris berkacamata itu menggelengkan kepalanya beberapa kali, sepertinya kebiasaan molor Faris di pondok dulu tidak berubah, ia masih saja memelihara kebiasaan buruk itu meski kini ia sudah menjadi sosok pengusaha muda yang namanya mulai di perhitungkan dunia.

" Jalan pak,,!!.

Mobil itu melaju, meninggalkan lantai dua parkiran LIO, di ikuti dua mobil di belakangnya, yang masing masing di kemudikan oleh sekertaris umum GTA, dan beberapa orang penting di anak cabang perusahan baru Faris di Arab Saudi, Faris terbangun.

" Lama sekali,,,!! " Komentar Faris masih dalam posisi semula.

" Apa yang sebenarnya kamu bicarakan dengan si tambun itu hah,,,??" Tanya Faris tanpa menunggu jawaban dari pertanyaannya yang sebelumnya. Reza terlihat membuang nafas beberapa kali.

" Kita harus segera pergi meninggalkannya pak Faris,,,!!"

Jawaban Reza membuat Faris tertegun, lamat-lamat ia memeperhatikan wajah Reza yang memucat dengan bola mata yang sedikit melorot. Membuat tawa Faris seketika bederai. Mimik wajah kalem sahabatnya itu sama sekali tidak cocok untuk mengkaku.

" Ada apa,, haa,?" Goda Faris, Reza tidak segera menjawab.

" Sekarang kamu ingin buru-buru pergi dari sitambun itu,,??"

Lanjut Faris menggoda, Reza masih saja membisu. Seolah tak menyangka akan mengalami kejadian gila di salah satu kantor termegah di pusat kota Madinah. Faris mendehem beberapa kali.

" Aku sudah memperingatkanmu di awal kita menyetujui kesepakatan kerjasama ini,,,,?? tapi kamu mengatakan kalau ini adalah kesepakatan yang sangat menguntungkan,,, jadi...!!!"

Faris menggerakkan bahunya ke atas, tidak mautau dengan apa yang terjadi. Sikap Faris itu membuat wajah Reza terlihat semakin mengkaku.

" Saya kira Abbullah akan faham jika kita menjelaskan tujuan proyek kerjasama ini, tapi ternyata tidak, ia malah menentangnya terang-terangan, dan ketika saya membaca dokumen-dokumen yang ia berikan, saya baru menyadari responnya sama sekali tidak menunjukkan etikat baik, dia lebih kotor dari pada yang saya fikirkan pak Faris,,,,".

Dahi Faris kembali berkerut, sudah menjadi tabiatnya ketika ia berfikir keras dahinya akan menunjukkan lipatan-lipatan, dan nyatanya dalam hidupnya tidak semenitpun ia bersantai dan lepas dari semua tanggungannya.

" Lalu bagaimana sekarang,,,?? Apa kamu akan menarik semua saham kita dari LIO,,,? atau kita akan bertahan dan mengincar sebagian besar saham LIO dan menyingkirkan Abdullah,"

Komentar Faris membiarkan Reza menyelesaikan kesepakatan yang Faris serahkan kepadanya. Ini adalah tender pertama yang Reza pegang, setelah sekian lama ia hanya berada di balik punggung Faris. Reza harus belajar banyak, Faris ingin Reza siap untuk segala kemungkinan yang akan terjadi.

" Saya tidak yakin pak Faris, menurut saya terlalu banyak resiko untuk kedua keputusan yang anda ajukan tadi,,,"

Faris kembali mengerutkan dahi, matanya menyipit menatap Reza tak berkedip.

" Jangan salah, itu bukan keputusanku, itu hanya saran. Ini adalah pertarunganmu Za,,, kamu yang harus memutuskan dan menanggung dampak dari keputusan yang nanti akan kamu ambil,,,!!. Jangan lupa,, aku sudah menyerahkan hal ini sepenuhnya kepada kamu. Jadi, percaya dirilah sedikit, dan selesaikan masalahnya secepat mungkin."

Wajah Reza semakin terlihat memucat, beberapa kali ia harus melepas kacamata untuk mengusap peluhnya yang masih saja meneter di dalam mobil mewah ber AC itu. Sekilas Reza kembali menghembuskan nafas keras-keras, dan kembali mengusap keringatnya.

" Kelihatannya kamu sangat trauma dengan pertemuan tadi, sebenarnya apa yang dikatakan Abdullah kepadamu..??"

Sejenak Reza menengok kekiri kencari mata yang selalu beraura tegas milik Faris.

" Sebaiknya kita segera menjauh dari Abdullah, kita harus segera membatalkan kerjasama ini,,!!"

Faris ganti menatap pria berkacamata itu, lalu memamerkan senyuman sinisnya.

" Kamu yakin,,," Faris kembali menatap pria berkacamata itu lalu melanjutkan kata-katanya.

"Dalam dunia bisnis, kamu bukanlah orang baru Za, jangan main-main, selesaikan ini, aku ada di belakang mu."

Reza dongkol, ia selalu tidak ingin melakukan ini, bernegosiasi, membuat suatu keputusan beresiko, menguasai atmosfer perundingan, dan mencari celah dalam negosiasi. Itu bukanlah dia. Namun entah mengapa Faris bersikeras sekali memaksanya melakujan ini. Reza bersikukuh.

" Karna saya sangat tau dunia bisnis, maka dari itu saya menyarankan untuk segera mundur, kita akan bermain api jika meneruskan perkelahian ini"

Mata Reza berkilat, Faris menggeleng- gelengkan kepalanya, dahinya masih berkerut seperti biasanya, sifat kerasnya sedikitpun tak mau mengalah.

" Tidak-tidak, kita adalah orang baru di perminyakan Timur-Tengah, jika sekali saja kita memperlihatkan ketakutan kita kepada mereka maka selamanya kita akan di injak-injak, maksudku, ini tidak hanya tentang nominal yang kita keluarkan, ini lebih tentang reputasi dan harga diri, dan itu adalah tiket masuk kewilayah baru ini, aku pastikan kita akan menggambar kesan, tegas, elegan dan poSitif dinegeri gurun ini, meski kita akan kehilangan banyak dolar, aku tidak akan ragu, guruku pernah mengatakan, jikan taring kita belum benar-benar tumbuh, maka setidaknya kita punya kepala untuk menyeruduk mereka, kita ladeni mereka Za,,,!!!,"

Reza bergidik cemas, ini benar-benar sudah melewati batas teritorialnya, sekertaris berkacamata itu menggeleng-geleng, tidak mau tau.


Embun Padang PasirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang