13. Menyentuhmu

392 21 0
                                    


Ini yang Faris rindukan,, ini yang ingin Faris rasakan, Ya, kebersamaan tanpa beban, kebersamaan yang tidak menunutut dan menekan, yang malah hanya bisa ia rasakan ketika besama orang yang tidak mengenal setatus, kedudukan dan kewajibannya. Faris bisa makan dengan lahap dan tersenyum lepas tanpa memikirkan citra atau efek apapun dari tingkahnya. Ia bisa menjadi orang biasa, bercakap-caka santai dan menyeruput arabika panasnya dengan kenikmatan sempurna.

" Tambah lagi pak Joko,,,silahkan,,,,!!!" Suguh Faris. Pak Joko hanya mengangguk dan tersenyum sungkan. Faris kembali menyendok kuah opor di mangkuknya.

" Masakan embok ini memang mantap sekali ya pak Joko, bahkan masakan lestoran Parispun tidak seenak ini,,,!!" Yang di ajak bicara hanya senyum-senyum canggung, lain lagi dengan mbok Siti yang menatap Faris tak berkedip.

" Waaah,, teenyata aden pernah pergi ke paris juga to,,,?, kota yang kata Aisyah ada menara buuuueesar nya itu ,,,??, Waa hebat ya pak,,,!! "

Suami mbok Siti itu mengangguk, membuat sebesit lengkung tipis kembali terukir di bibir Faris. Sifat sepasang suami istri itu memang sangat berbeda, pak Joko sangat pendiam, sedang mbok Siti supel dan suka mengungkapkan sesuatu dengan apaadany.

" Eeeehhhhh,,, la ini krupuknya ndak aden makan,,,?? " Faris mengarahkan pandangannya ke arah toples yang masih tertutup rapat.

" Oh ia lupa mbok,,,"

Mbok Siti segera mengambilkan toples isi krupuk puli, namun sorot matanya segera teralih mendendengar suara keributan dari arah dapur.

" Mbok Aisyah masuk ya,,,,!!"
Langkah gadis itu terlihat ringan memasuki dapur. Bersenadungria mencari sebesit mata teduh ibunya. Senyap,,, tak ada jawaban,,,, gadis itu menyadari sesutu yang ganjil, dan terlambat, semua mata fokus menatapnya, juga tuan muda pemilik villa itu.

" Ah,,, pasti ia sangat terlihat bodoh sekarang,,"

Batin gadis itu segera menyadari kehadiranya yang sangat tidak diharapkan. Mbok Siti segera beranjak memberi isyarat dengan kibasan tangannya agar Aisyah segera meminta diri. Gadis itu segera mengangguk faham, membungkukkan badan untuk meminta maaf, dan segera beranjak pergi.

" Tunggu,,,,!! " Kata Faris tergesa.
Langkah kaki itu segera terhenti, mengaduh dalam hati.

" Duduk lah,,,!! Ikutlah sarapan bersama kami. saya yakin kamubelum sarapan kan,,,??" Lanjut Faris.

Gadis itu hanya mematung, sorot matamya mencari bantuan jawaban dari sang ibu. Mbok Siti kembali mengibaskan tangannya, tanda tak setuju.

" Tidak usah den,,,!! Tidak usah,, lawong endok itu sudah sarapan kok,,, yakan dok, ,,,??"

Yang di sebut buru-buru menganggukkan kepala, berusaha meyakinkan tuan muda pemilik villa. Faris mengerutkan dahi, matanya menyipit menatap mbok Siti.

" Mbok tau dari mana kalau anak embok sudah makan, mbok kan dari tadi disini,, sudah silahkan duduk kita lanjutkan sarapannya,"

Minta Faris tanpa menunggu persetujuan dari mbok Siti. Gadis itu masih terdiam, masih ragu dengan apa yang harus ia lakukan.

" Tidak apa apa,,,, silahkan duduk,,!"
Baru pertama kali ini Faris meminta seseorang untuk duduk dan makan bersamanya hingga dua kali, padahal biasanya, hanya untuk bertatap muka atau sekedar berjabat tangan dengannya orang rela menunggu hingga berjam-jam. Gadis itu melirik kearah ibunya, kembali mencari persetujuan. Mbok Siti mengangguk pasrah. Anggukan yang membuat hati Faris bermekaran. Ini adalah pertamakalinya Faris berani menyentuh kehidupan bunga lembayung itu secara langsung. Bahkan setelah bertahun-tahhun ia mencarinya, hingga Kemal menemukannya di salah satu pertambangan emas ilegal yang berada di Sumatra, ia,,, bunga lembayung itu, terlalu dan sangat berharga bagi Faris, sedikitpun Faris tidak ingin melukainya, sedikitpun Faris tidak ingin masuk terlalu dalam di kehidupannya. Tapi kali ini,,, untuk masalah ini,,, rasanya ia benar-benar harus menyelesaikannya sendiri, ia tidak mngkin meminta tolong Reza, ia tidak ingin menambah sederet kesibukan sekertaris berkaca mata itu, dan terlebih ia tidak ingin ada orang yang mengetahui tentang bunga lembayungnya, cukup beberapa orang kepercayaannya saja.

Mohon tekan bintang di bawah untuk sekedar mengapresiasi autor agar dapat terus berkarya.

Embun Padang PasirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang