PERSAHABATAN

28 1 0
                                    

Chapter III

"Gendhing!!! Bangun!! Sholat Subuh!!", teriak Bu Farah sampai suaranya memecah keheningan pagi.

Bu Farah adalah ibunda dari Gendhing. Seorang pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja dibawah dinas pendidikan kota Jogja. Bapaknya Gendhing yang bernama Pak Salman juga merupakan PNS namun bukan di dinas pendidikan seperti ibunya Gendhing.

Pak Salman yang telah menjadi PNS di dinas Pertanian selama puluhan tahun telah memasuki masa pensiun pada tahun 2008 lalu, dan bu Farah baru pensiun pada pertengahan 2018.

Sudah menjadi kebiasaan Pak Salman dan Bu Farah membangunkan Gendhing setiap pagi untuk menunaikan ibadah Sholat Subuh, mengingat Gendhing ini merupakan pemuda yang sangat susah bangun pagi. Setelah subuhan, Gendhing biasanya tidur lagi kalau tak ada acara pagi, dan baru bangun diatas jam 9.

Kopi, sebatang rokok dan membaca linimasa sosial media menjadi rutinitas Gendhing setelah bangun tidur dan bersiap memulai aktivitas. Dari sosial media Gendhing memantau apa yang tengah ramai terjadi di sekitarnya. Maklum, Gendhing ini adalah seorang jurnalis muda yang perlu banyak info untuk bisa mengembangkan berita yang mau dibuatnya. Yaa, meskipun belum lulus kuliah sih. Tapi bisa dibilang karir jurnalistiknya pada saat itu cukup diperhitungkan karena banyak teman seangkatannya pada waktu itu masih berjibaku mencari pekerjaan.

"Halo, mau liputan kemana kita hari ini? Yaudah ketemu di lokasi ya", ucap Gendhing menjawab telepon dari temannya sesama jurnalis.

Disela-sela kesibukannya menjadi seorang jurnalis debutan baru, seorang mahasiswa tingkat akhir jelang DO, Gendhing juga gemar belajar tentang berwirausaha. Meskipun track record usahanya selama ini selalu berakhir dengan kegagalan, Gendhing selalu berpedoman bahwa kegagalan itu juga merupakan sebuah keuntungan. Karena belum tentu orang-orang diluar sana memiliki pengalaman gagal seperti dirinya. Dengan harapan di kemudian hari kegagalan itu tak akan terulang, tapi realitanya kegagalan itu selalu berulang dan belum bosan menghampiri Gendhing. Yasudah gapapa, yang penting sudah berusaha.

Awal 2011 akhirnya Gendhing lulus kuliah setelah melalui perjuangan lika liku kehidupan kampus yang dramatis. Terancam DO dan akhirnya mendapat tambahan waktu dari kampus untuk menyelesaikan kuliahnya. Tepat 7,5 tahun Gendhing lulus kuliah, dan bukan hal yang membanggakan bagi Gendhing setelah menamatkan pendidikan sarjananya. Bukan tanpa alasan, karena Gendhing merupakan mahasiswa yang lulus kloter terakhir dari angkatannya.

Lulusnya Gendhing tak lepas dari peran temannya yang bernama Anto. Kalau tak ada campur tangan dari Anto, belum tentu Gendhing memiliki semangat untuk mengerjakan skripsinya.

Anto merupakan salah satu orang kepercayaan Gendhing saat Gendhing menjadi Ketua Umum di organisasi kampusnya. Apapun arahan dari Gendhing selama itu berhubungan dengan organisasi dan baik untuk semua anggota organisasi pasti bakal dijalankan Anto dengan penuh suka cita. Bahkan pernah Anto rela tidur di pom bensin saat survey ke luar kota demi sebuah acara yang bakal dihelat beberapa bulan setelahnya.

Melihat dedikasi dan loyalitas dari Anto membuat Gendhing mempersiapkan Anto untuk kaderisasi organisasi yang dia pimpin. Dan akhirnya apa yang dipersiapkan Gendhing bak gayung bersambut. Anto dinobatkan menjadi ketua umum periode selanjutnya menggantikan Gendhing.

AKU, KAMU DAN KATA-KATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang