TUNGGU AKU DI KOTAMU

64 0 0
                                    

Chapter II

"Gendhing, sibuk gak? Aku ada job nih buat kamu", tulis Putri melalui aplikasi chat WhatsApp.

Putri merupakan teman kuliah seangkatan sama Gendhing. Waktu awal-awal masuk kuliah Gendhing dekat dengan Putri dan juga Atika. Putri dan Atika memang sudah saling mengenal sebelum mereka masuk kuliah. Karena uang saku Gendhing pada saat itu hanya lima ribu rupiah per hari, maka tak jarang Gendhing menumpang makan di rumah Putri dan Atika.

"Job apa nih Put? Tumben bener hahahha", jawab Gendhing.

"Jadi kantorku mau ada ghatering ke Semarang. Acaranya dari hari Sabtu sampai Minggu. Nah ini kan ada mobil, tapi orang kantor gak ada yang bisa nyetir. Mau gak kamu nyetirin? Udh dibudgetin nih ada feenya enam ratus ribu buat dua hari. Gimana?", jawab Putri menjelaskan perihal job yang dia sampaikan.

Jadi, Gendhing ini setelah selamat dari zona DO semasa kuliah, sibuk menjadi seorang jurnalis dan mencari tambahan uang dari apapun yang bisa dikerjakan selama itu halal. Palugada lah kalau kata orang. Apa lu mau, gua ada.

"Wah pas, bisa sekalian ketemu Arunika nih ke Semarang", pikir Gendhing bergumam dalam hati.

"Yaudah Put, aku mau. Kabarin aja jam berapa mau berangkat dan kumpul dari mana. Makasih yaa", tulis Gendhing menjawab pesan singkat dari Putri.

Segera setelah Gendhing membalas pesan dari Putri, Gendhing memberi tahu Arunika kalau akhir pekan besok dia mau ke Semarang buat nganter Putri dan teman-teman kantornya acara ghatering. Arunika dan Putri ini saling mengenal, meskipun pertemanan mereka tak terlalu dekat.

Semesta membukakan jalan. Arunika akhir pekan berada di Semarang dan gak ada acara.

"Aku berangkat ya ini dari Jogja. Ini abis jemput Putri di kantornya. Nanti kalau udah sampai Semarang dan abis anter Putri ke tempat acara, aku kabarin kamu ya", tulis Gendhing yang ditujukan ke WhatsAppnya Arunika.

"Iya Gendhing. Ati-ati di jalan yaa", jawab Arunika.

Sesampainya di Semarang dan menumpang mandi di hotel tempat Putri menginap, akhirnya Gendhing menjemput Arunika di kostnya. Sebelumnya keduanya sudah janjian mau wisata kuliner di Semarang.

"Mau wisata kuliner apa kita malam ini?", tanya Gendhing setelah menjemput Arunika.

"Eehhmm apa yaa. Kamu mau apa?", jawab Arunika.

"Apa aja, yang penting sama kamu. Hahahaha", jawab Gendhing.

"Hahahaha gombal. Makan ayam goreng taman KB aja yuk. Disana juga ada menu pete. Gede-gede petenya", jawab Arunika sambil menelan lidah membayangkan pete ditambah nasi yang masih hangat.

Gendhing dan Arunika sama-sama orang yang sangat menyukai pete. Dari dulu tak jarang keduanya kalau makan bareng di tempat makan yang jual pete pasti pesen pete satu papan dibagi berdua. Dan seringkali mereka ribut hanya gara-gara rebutan pete.

Setelah menikmati hidangan nasi hangat dan ayam goreng beserta pete satu papan untuk berdua akhirnya mereka memutuskan untuk jalan-jalan muter kota Semarang tanpa tujuan. Sampai akhirnya waktu tak terasa sudah diatas jam 11 malam, akhirnya mereka memutuskan untuk menikmati landscape kota Semarang dari Gombel.

Gombel menjadi saksi bisu perjalanan cinta dua sejoli itu. Di dalam mobil diantara temaram lampu kota dan dinginnya udara malam, entah siapa yang memulai, Gendhing dan Arunika berciuman layaknya orang yang tengah dimabuk asmara.

"I Love You Arunika", bisik Gendhing lirih.

"Love You too Gendhing", jawab Arunika diantara deru nafas mereka yang semakin memanas.

Tak ada yang mengucap tanggal itu menjadi tanggal resmi jadian selayaknya anak-anak masa kini yang merayakan setiap tanggal jadian mereka. Gendhing dan Arunika memaknai bahwa hubungan mereka berjalan seperti layaknya air yang mengalir. Dari mata turun ke hati, dari sahabat jadi cinta.

AKU, KAMU DAN KATA-KATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang