CINTA BUTUH PEMBUKTIAN

18 0 0
                                    

"Sini mana CVmu. Biar tak masukin ke kantorku. Kantorku butuh pegawai dengan spesifikasi sesuai kualifikasimu nih. Mau gak?", begitulah kira-kira isi pesan WhatsApp dari Sundari ke Gendhing.

Sundari merupakan seorang media relation dari sebuah perusahaan multi nasional yang berkantor pusat di Jakarta. Gendhing kenal dengan Sundari karena urusan pekerjaan. Sundari mengundang Gendhing untuk liputan acara kantornya di Jogja beberapa tahun lalu. Pertemanan keduanya pun makin nyambung karena Sundari merupakan wanita asli Jogja yang merantau bekerja di Jakarta sejak tahun 2000an awal.

Dua bulan setelah pernikahan Arunika, disela-sela Gendhing mengirim berita untuk kantornya akhirnya dia mengirimkan CV melalui surat elektronik ke Sundari. Tak patah asa, Gendhing terus mencoba mencari pekerjaan yang lebih baik. Mulai dari melamar ke beberapa media massa nasional di Jakarta berbekal CV jurnalisnya selama di Jogja, tapi berujung kegagalan pada saat negoisasi gaji. Dan sampai iseng-iseng berhadiah mengirim email ke perusahaan ternama. Meskipun kemungkinannya kecil, tak ada salahnya mencoba.

Kalau cinta memang butuh pembuktian, itulah yang coba Gendhing lakukan untuk membuktikan kepada Arunika. Bahwa dia benar-benar mencintai Arunika, bagaimanapun keadaannya, apapun statusnya dan seberapa besar resikonya nanti.

"Halo, selamat pagi. Benar dengan saudara Gendhing? Kemarin ibu Sundari memasukkan surat lamaran dan CV bapak. Bapak bisa ke Jakarta untuk interview pak?", suara wanita cukup dewasa melalui sambungan telepon tersebut membuat Gendhing tak percaya. Setelah sekian lama, akhirnya ada juga yang memberi kesempatan untuk tes interview. Alhamdulillah.

Ucapan bu Farah yang meminta Gendhing untuk tak berkomunikasi dengan Arunika ternyata tak digubris oleh Gendhing. Sebetulnya Gendhing ingin menjalankan apa yang dikatakan ibundanya tersebut. Tapi apa daya, cinta mengalahkan segalanya.

"Arunika, akhirnya aku dapat panggilan tes interview ke Jakarta. Berkat Mbak Sundari yang kapan itu minta aku kirim CV ke dia", ucap Gendhing melalui sambungan video call.

"Alhamdulillah Ya Allah. Allah mendengar doa kita Gendhing", ucap Arunika tak kuasa menahan tangisnya melihat kesungguhan Gendhing untuk membuktikan kepada orang yang dicintainya.

Tekad Gendhing dalam mencari pekerjaan ternyata meluluhkan hati Arunika. Itu pembuktian Gendhing. Dan Arunika pun pelan-pelan mulai membuktikan cintanya kepada Gendhing, dengan memberontak agar diceraikan oleh suaminya.

Hidup kadang tak semulus jalan tol, tanpa hambatan, tinggal berhenti di rest area kalau capek. Begitupun dengan nasib tes interview Gendhing. Tak lolos, karena perusahaan tempat Sundari bekerja telah menerima calon lain yang secara akademik memang diatas Gendhing. Tak apa, namanya juga belum rezeki.

"Arunika aku gak lolos. Kata Mbak Sundari ada calon lain yang udah diterima", kata Gendhing dengan nada putus asa. Karena memang itu satu-satunya harapan Gendhing untuk membuktikan cintanya ke Arunika.

"Gapapa Gendhing. Belum rezeki namanya. Oiya, aku udah bilang ke ibu kalo mau cerai", jawab Arunika.

Pernyataan Arunika itu membuat Gendhing terhening. Dadanya berdegup kencang. Antara bahagia dan merasa bersalah. Bahagia karena jelas setelah ini Arunika pasti bakal memilihnya. Merasa bersalah karena Gendhing telah melanggar janji sama ibunya.

Tak butuh waktu lama, akhir pekan setelah sepekan Arunika bilang ke Gendhing, secara tiba-tiba dan tanpa rencana. Tomo menyuruh Arunika untuk mengemasi barang-barangnya.

"Kamu packing. Siap-siap besok kita berangkat", ucap Tomo membuka percakapan.

"Hah? Berangkat kemana?", jawab Arunika kaget mendengar pernyataan Tomo.

"Pulang ke Jogja", jawab Tomo singkat.

AKU, KAMU DAN KATA-KATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang