Chapter I
"Kamu weekend pulang Jogja gak?", tanya Gendhing melalui pesan singkat ke Arunika.
"Enggak kayaknya, minggu kemarin udah pulang. Kenapa emangnya?", jawab Arunika.
"Aku ke Semarang ya", balas Gendhing dengan cepat.
"Ngapain ke Semarang? Ada tugas kantor? Apa ada acara pribadi?", tanya Arunika.
"Gak ada, pengen main aja ketemu kamu. Pokoknya sampai sana nanti aku diajakin jalan-jalan ya", balas Gendhing.
Setelah dari jembatan Lempuyangan tempo hari, Gendhing dan Arunika memang semakin intens dalam berkomunikasi. Seringkali keduanya berbalas pesan singkat hanya untuk saling ejek satu sama lain. Dari situlah, mungkin, drama romantika anak muda mulai tumbuh dengan sendirinya.
Gendhing yang selama ini selalu berusaha meredam perasaannya ke Arunika seakan tak kuasa menyembunyikan perasaannya lagi. Memberanikan diri mengungkapkan perasaan, meski persahabatan taruhannya.
Satu hal yang ditakutkan Gendhing adalah Arunika berubah dan menjauhi Gendhing ketika Gendhing mengungkapkan perasaannya.
"Aku sudah hampir sampai semarang nih. Nanti turun mana?", tanya Gendhing. Maklum Gendhing sudah hampir 2 tahun gak pergi ke Semarang.
"Kamu turun di RS Kariadi aja, nanti aku jemput disitu. Tapi tunggu sampe aku pulang kerja yaa", jawab Arunika.
Berbekal nekat dan keberanian, Gendhing berencana untuk mengatakan cinta ke Arunika saat bertemu di Semarang. Tapi semesta berkata lain. Tak ada kesempatan yang baik untuk Gendhing. Arunika belum ke rumah Bagas untuk membatalkan pertunangannya.
Gendhing tak mau menjadi perusak hubungan sahabatnya itu dengan Bagas. Meskipun awal mula ketidak harmonisan hubungan mereka bukan berasal dari Gendhing. Tapi Gendhing ingin menunggu sampai Arunika benar-benar dalam status tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun.
Akhir 2013, Jumat malam Gendhing menjemput Arunika di shelter travel antar kota di kawasan Jogja utara. Sabtu ulang tahunnya, Gendhing tak mau memberi ucapan selamat ke Arunika kalau tanggal belum berganti. Gayung bersambut, Arunika mau diajak jalan-jalan hingga tengah malam.
"Pulang yuk, udah jam 12 lebih nih. Gak kerasa ya udah jam segini aja", ucap Gendhing.
"Yaudah yuk. Aku juga udah dicariin ibu", jawab Arunika.
Sesaat sebelum sampai rumah Arunika, Gendhing memberhentikan mobilnya.
"Kenapa berhenti?", tanya Arunika keheranan.
"Gapapa, aku ada sesuatu buat kamu. Jangan nengok ya", jawab Gendhing sambil mengambil kue ulang tahun dan kado yang udah dipersiapkan sebelum menjemput Arunika.
"Apasih Gendhing. Tumben banget kamu ngasih aku kue & kado pas ulang tahunku", tanya Arunika.
Malam itu Arunika cerita kalau beberapa minggu sebelumnya dia dan ibunya telah ke rumah Bagas untuk membatalkan pertunangan mereka. Tak ada alasan buat Gendhing untuk tak mengambil kesempatan untuk menyatakan cinta. Apalagi di moment ulang tahunnya.
"Gapapa Arunika. Pengen aja ngasih kamu kue & kado. Selama ini kan aku gak pernah ngasih surprise ke kamu. Kalaupun ngasih, pasti bareng sama Lina", jawab Gendhing
Belum sempat Arunika menjawab, Gendhing sudah bilang lagi, "Aku sayang kamu Arunika. Kamu mau gak jadi pacarku? Aku tau susah buat kamu, kita sahabatan udah lama. Lagian kamu baru selesai sama Bagas. Kalaupun kamu gamau, aku minta jangan ada yang berubah dari kamu. Tetep jadi Arunika yang aku kenal"
Arunika cuma terdiam tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya. Tak bisa disalahkan, karena itu konsekuensi dari Gendhing yang menyatakan perasaannya ke Arunika.
Dan setelah Gendhing mengantarkan Arunika sampai ke rumahnya, ada notifikasi pesan singkat yang masuk di handphonenya. Dari Arunika.
"Maaf Gendhing, aku gak bisa. Aku gamau persahabatan kita rusak", tulis Arunika dalam pesannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU, KAMU DAN KATA-KATA
RomanceAda kata-kata diantara aku dan kamu. Sebuah cerita tentang cinta, harapan dan kekecewaan yang awalnya teramat sangat. Namun, kemudian luka yang berasal dari rasa kecewa itu sendiri yang akhirnya menguatkan.