MENGADU NASIB KE IBUKOTA

16 0 0
                                    

"Minal Aidzin Wal Faidzin. Mohon maaf lahir dan batin ya Gendhing. Aku banyak salah sama kamu. Aku udah nyakitin kamu selama ini", ucap Arunika saat lebaran tahun 2015. Memang tak terucap secara langsung dan hanya melalui pesan singkat. Tapi itupun sudah membuat Gendhing luluh.

Seberapa besar kesalahan Arunika, selalu ada pengampunan yang terucap dari mulut Gendhing. Sekali lagi, atas nama cinta dan kasih sayang. Atau memang sudah lebih dari cinta, tapi saling membutuhkan satu sama lain. Setengahnya Gendhing ya Arunika, begitupun sebaliknya. Entahlah.

Semenjak Arunika pulang ke Jogja dan mengurus segala hal yang berkaitan dengan perceraiannya, kehidupan lambat laun mulai berubah. Bu Tyas yang dulu respect sama Gendhing, sekarang sangat antipati. Gendhing dicap sebagai perusak rumah tangga Arunika. Itu menjadi harga mati buat ibunya Arunika.

"Ibu kasih restu mbak buat bercerai untuk kebahagiaan mbak. Meskipun ibu sangat malu, bingung mau ditaruh dimana muka ibu setelah ini. Dan mbak harus tau, sampe kapanpun, ibu gak akan kasih restu kamu sama Gendhing", ucap ibunya Arunika beberapa bulan setelah Arunika dan Tomo resmi bercerai.

Udah lebih enak sahabatan kayak dulu, malah nekat menyatakan cinta. Kalau seandainya waktu bisa diulang, Gendhing bakal mengubah keputusannya. Menjadi sahabat untuk Arunika. Tapi apa mau dikata, nasi telah menjadi bubur. Mau mundur kepalang tanggung.

Rencana menikah adalah topik selanjutnya dari babak baru kehidupan romansa Gendhing dan Arunika.

"Paling gak, tunggu dua sampe tiga tahun dari sekarang, aku bakal berjuang ke ibu biar bisa nikah sama kamu Gendhing. Terserah kamu, mau nunggu aku apa gak. Aku gamau maksa kamu. Biar kamu juga gak membuang waktumu", kata Arunika setelah Gendhing bertanya kapan mereka akan merencanakan menikah.

"Aku udah bilang ke kamu dari dulu. Apapun yang terjadi, aku milih kamu. Tapi aku minta kamu juga udah mulai berusaha ke ibu dari sekarang biar perjuangan kita gak terlalu berat dua atau tiga tahun lagi", jawab Gendhing berusaha meyakinkan Arunika.

Arunika cuma terdiam dan mengangguk. Terasa berat mengiyakan permintaan Gendhing. Setelah resmi bercerai dengan Tomo, Arunika memang sangat menjaga perasaan ibunya. Dia tak mau lagi menyakiti ibunya untuk kedua kalinya. Hal yang wajar dan memang seharusnya seperti itu. Gendhing pun mau tak mau harus bisa menerima.

Awal tahun 2016, ada pesan di kotak masuk surat elektronik Gendhing. Sebuah undangan wawancara. Masih dari kantornya Sundari, dengan posisi yang sama. Pegawai yang sudah diterima dulu ternyata keluar dan butuh penggantinya dengan cepat. Tak mau membuang waktu, kantor Sundari membuka berkas lama siapa saja yang pernah mengirimkan CV ke mereka. Gendhing menjadi satu-satunya orang yang dihubungi.

Arunika mendukung penuh agar Gendhing  berangkat ke Jakarta untuk memenuhi undangan wawancara itu. Demi Arunika, berangkatlah Gendhing. Meskipun Gendhing tahu, bakal melakukan hubungan jarak jauh lagi kalau diterima. Tak apa, demi Arunika dan kehidupan yang lebih baik.

Jodoh, rezeki, pekerjaan memang tak akan kemana. Sudah diatur oleh Yang Maha Mengatur Kehidupan. Arunika diterima kerja di sebuah perusahaan Event Organizer di kota Jogja dan Gendhing diterima kerja di perusahaan multi nasional di Jakarta. Pemuda paruh baya dari kampung yang memulai merantau pertama kalinya di kota besar. Ketakutan dan kekhawatiran jelas pasti ada. Bagaimana nasib hubungan ke depan dengan Arunika? Bagaimana bisa berusaha menikah dengan Arunika kalau jarak jauh? Padahal hubungan mereka tak direstui oleh ibunya Arunika.

Semua berkecamuk. Dengan diantar Arunika sampai Stasiun Tugu Yogyakarta, Gendhing meninggalkan kota Jogja yang telah membesarkan dirinya.

"Ini pembuktianku ke kamu Arunika. Demi kehidupan kita yang lebih baik. I Love You!", ucap Gendhing sesaat sebelum berjalan memasuki pintu Stasiun Tugu. Detik itu juga stasiun menjadi tempat yang paling dibenci oleh Gendhing. Sejauh mata memandang, aoma perpisahan kental di setiap sudut stasiun.

"I Love You too Gendhing. Jaga diri baik-baik. Insha Allah, kalau Allah mengizinkan, kita pasti bakal bisa menikah", jawab Arunika melepas kepergian Gendhing untuk merantau ke ibukota.

Ibukota sebenarnya bukan tempat yang baru bagi Gendhing. Pertengahan 2007 lalu, Gendhing pernah menjalani latihan kerja di sebuah kantor media semasa dia masih menjadi mahasiswa. Sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh dalam mata perkuliahan. Kala itu, dua bulan lamanya Gendhing berjibaku menaklukkan ibukota yang katanya kejam melebihi ibu tiri. Tahun dimana Gendhing belum mengenal Arunika.

Tepat sembilan tahun kemudian Gendhing harus berjibaku lagi menaklukkan ibukota. Kali ini bukan sebagai syarat perkuliahan. Tapi syarat untuk mendapatkan Arunika. Setetes harapan agar Arunika memiliki alasan buat bilang ke ibunya bahwa Gendhing tak main-main dengan hubungan mereka.

AKU, KAMU DAN KATA-KATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang