Rivana duduk bermalas-malasan di atas kursi lipat sambil memangku dagu. Udara dingin membuat ia malas untuk keluar kelas, walaupun jam pelajaran telah usai. Tidak hanya dia saja, beberapa siswa lain juga ikut bersantai di sana.
Ia melirik jam yang melingkar pada lengan kirinya, masih pukul 9 pagi. Ingin rasanya ia bersembunyi di balik selimut tebal kesayangan, tidur dari pagi sampai pagi lagi. Betapa bahagianya saat itu."Tumben dia tidak menggangumu, Va!"
Rivana menoleh sekilas,
"Siapa?""Si kriting kesayanganmu!" Maya terkekeh geli dengan ucapannya sendiri. Tetapi langsung menerima cubitan gemes di lengannya.
"Jangan mengada-ngada, May. Dia buka kesayanganku!"
Gadis berdarah Indonesia itu ketawa renyah. Siapa yang tidak heran. Seorang Alfandi Raiser kini berubah jinak, dari seekor macam tutul kini seperti sapi kekenyangan. Duduk diam di pojokan kelas, hanya saja pandangannya tak lepas dari Rivana.
"Apa dia sedang dirasuki jin pohon ginkgo? Sejak tadi dia hanya diam sambil memperhatikamu dari jauh!"
Reflek Rivana menoleh ke arah belakang di mana Alfandi duduk, sesaat pandangan mereka saling bertemu. Buru-buru ia kembali meluruskan pandangan ke depan.
Benar apa kata Maya, pria itu terlihat sedikit berbeda. Biasanya dia tidak akan membiarkan dirinya untuk tenang barang sedetik pun. Tapi kali ini tingkah si kriting berubah menjadi pendiam. Tiba-tiba saja Rivana teringat perkataannya kemarin, meminta pada Alfandi untuk tidak mengganggunya lagi.
Apa pria itu sedang berusaha menuruti keinginannya? Rivana menaikan kedua bahu, tidak ingin memikirkan. Bukannya itu bagus jika si congkak menyebalkan tidak lagi mengusik hari-harinya. Ya, mulai sekarang ia akan hidup tentram.
"Sudahlah, jangan urusi dia, lebih baik kau temani aku ke perpustakan sekarang, May."
Gadis dengan senyum berlesung pipit itu mengernyit,
"Untuk apa ke sana, bukannya minggu ini kita terbebas dari tugas yang menumpuk.""Apa kau lupa kejadian kemarin? Aku keluar saat kelas Profesor Dik tengah berlangsung, kini dia memberiku tugas yang sangat sulit.l," keluhnya.
Untuk kedua kalianya Maya terkikik geli dengan nasip temannya.
"Dan itu ulah si kriting kesayanganmu!"Rivana memutar bola matanya mendengar ucapan temannya yang juga sangat menyebalkan."Dia manusia yang paling menyenjengkelkan, bukan kesayanganku, Maya Putri Caniago!"
Maya mengikuti Rivana untuk menompang dagu, perhatiannya tak lepas dari teman cantiknya satu itu.
"Kenapa kau begitu membencinya, Va?""Jelas kau sudah tahu dengan jawabannya, kenapa aku membenci si congkak menyebalkan itu."
"Apa kau tidak tertarik dengannya sedikitpun, Va?"
"Pertanyaan apa lagi itu! Mana mungkin aku tertarik sama pria sombong seperti dia dan juga kasar," bantah Rivana.
Maya nyengir kuda, dia menggeser kursinya hingga rapat dengan kursi Rivana. Ekor matanya masih sempat melirik ke arah belakang, dimana Alfandi diam, pandangannya masih tertuju pada Riva.
"Apa kau tidak tahu, kalau dia termasuk dalam jajaran tiga pria tertampan, kaya di kampus kita, dengan sikap dingin dan angkuhnya banyak wanita tergila-gila padanya, bahkan ada yang rela untuk tidur dengannya tanpa bayar."
Lagi-lagi membahas soal itu. Cukup sering ia mendengarnya, dan sudah tidak asing lagi. Tapi itu tidak penting baginya. Apa pun yang dilakukan si congkak. Sama sekali Rivana tidak peduli. Ia cukup lelah menghadapi atas permusuhannya dengan Alfandi yang tidak ada ujungnya sejak tiga tahun silam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Congkak
RomanceRivana Ravesa hanya ingin kehidupan perkuliahan yang tenang di kota Berlin seperti yang selama ini dia impikan, tetapi hal itu tampaknya tidak mungkin terjadi ketika Alfandi Raiser muncul di kehidupannya. *** Semua berjalan sempurna bagi Rivana Rave...
Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi