"Riva, apa dirimu sehat?"
"Tentu, kenapa bertanya seperti itu?"
Maya menopang dagu, menoleh untuk memperhatikan kegiatan temannya. Sejak memasuki kelas gadis itu tidak berhenti dari kegiatan bercermin.
"Ada apa dengan bibirmu? Sejak tadi kau selalu memandang dan menyentuhnya berulang kali."
"Menurutmu, apa ada yang aneh dengan bibirku?"
Maya memperhatikan bagian bibir temannya dengan teliti. Ia mengernyit lalu kembali menatap bola mata Rivana."Tidak ada yang aneh dengan bibirmu."
"Benarkah? Coba kau perhatikan lagi."
Gadis berambut pendek itu menggaruk-garuk kepalanya, yang tiba-tiba menjadi gatal oleh sikap aneh Rivana.
"Benar, tidak ada yang terlihat aneh di sana. Apa kau baru saja menganti lipstik dengan merek baru, jadi kau mau memamerkannya?"Rivana menghela nafas,
"Tidak seperti itu, Maya!""Lalu?"
Riva terlihat sangat bingung untuk menjelaskan pada Maya. Haruskah ia mengatakan pada temannya, ini karena Alfandi idiot itu. Karena telah seenaknya menilai bibirnya, dan berkata 'sungguh sangat seksi'. Apa si congkak tidak memikirkan atas perasaan gadis seperti dirinya. Pria macam apa dia, serta berani mencuri ciuman dalam keadaan tidur. Mengingat kejadian kemarin pipi Rivana tiba-tiba saja terasa panas. Ia mengigit bibir bawahnya. Lalu menggeleng-gelengkan kepala cepat, untuk mengusir bayangan itu.
"Apa telah terjadi sesuatu dengan bibirmu?" selidik Maya, membuat Rivana menjadi salah tingkah.
"T-tidak ada!"
"Ada sesuatu yang terlewatkan tanpa sepengetahuanku?"
Rivana menggaruk-garuk pundaknya, yang tiba-tiba gatal. Jawaban apa harus ia beri pada Maya. Tiba-tiba saja dari arah pintu menjadi berisik. Mengundang perhatian mereka. Alfandi si kriting bersama Juna sedang digiring oleh para fansnya, untuk masuk kelas. Itu tontonan biasa bagi mereka. Karena kedua pria itu sudah menjadi idola kampus sejak awal semester.
Tatapan Alfandi tertuju pada Rivana. Entah, jin apa yang merasuki tubuh si kriting pagi-pagi seperti ini. Ia tersenyum manis pada Rivana. Gadis itu hanya menautkan kedua alisnya bingung.
"Hi, good morning!"
Rivana menatap horor pria jangkun itu. Dengan stail sweater silver yang di jadikan outter, hampir mirip dengan warna bola matanya, membuat ia terlihat sangat tampan. Berdiri di hadapannya dengan senyum merekah. Rivana menelan saliva dalam-dalam. Sejak kapan si pongah mau menyapa dirinya di pagi hari. Apa dia masih demam? Atau bahkan semakin parah, sehingga dia tidak sadar telah menyapa gadis seperti dirinya.
Keterkejutan Rivana tidak hanya itu. Tiba-tiba saja, Alfandi mengeluarkan setangkai bunga mawar merah plastik. Entah dari mana asalnya, dan diberikan padanya.
"Ini sebagai ucapan maafku, tadinya aku ingin memberikan bunga asli, tapi di cuaca seperti ini tidak ada bunga seperti itu yang bertahan hidup," ucapnya, menatap pada manik almon milik Rivana, dan mengabaikan wajah syok gadis itu."Apa kau sadar memberi itu padaku?"
"Sangat sadar, bahkan aku ingin mengajakmu makan siang nanti, apa kau mau, Rivana?"
Mulut Rivana terbuka membentuk huruf o, bukan hanya dia, Maya pun terbelalak mendengar ajakan Alfandi pada temannya. Apa es di kutuk utara sudah mulai mencair, sehingga seorang Alfandi Raiser berubah sikap sangat manis pada gadis buluk. Yang dulu selalu ingin ia musuhi.
"Tidak."
Alfandi mengernyitkan dahinya,"Kenapa? Apa kau masih marah padaku atas kejadian kemarin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Congkak
RomanceRivana Ravesa hanya ingin kehidupan perkuliahan yang tenang di kota Berlin seperti yang selama ini dia impikan, tetapi hal itu tampaknya tidak mungkin terjadi ketika Alfandi Raiser muncul di kehidupannya. *** Semua berjalan sempurna bagi Rivana Rave...
Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir