Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

5

25.7K 1.1K 7
                                    

"Rivana!"

Suara panggilan Alfandi diabaikan begitu saja oleh gadis cantik itu. Ia mempercepat langkahnya hingga keluar gerbang kampus.

"Berhenti, Rivana. are you listening to me?"

Suara pangilan si kriting, seperti rengean di telinga Rivana, dan itu membuat ia sangat jijik. Ada apa dengan si congkak? Mau menghina dirinya lagi? Oh shit, itu tidak akan terjadi. Ia cukup lelah setelah dihina oleh bibir berbisa milik si congak hari ini.

Rivana semakin mempercepat langkahnya hingga menciptakan larian kecil. Entah kenapa pria terkutuk itu berhasil menggapai lengannya dan menahan untuk melangkah.

"What!" pekiknya geram.

"Aku mencarimu ke mana-mana!"

"For what!"

Cukup lama Alfandi mencoba menggerakan bibirnya untuk berkata. Namun, sulit. Ia terbata-bata. Oh Tuhan, siapa yang membuang perekat di bibirnya. Sialan! Kenapa begitu susah untuk mengucapkan maaf pada gadis ini. Ia tidak berniat membuat Rivana menangis. Alfandi sadar dengan ucapannya tadi di Minsa, itu memang cukup kasar. Tapi dia benar-benar tidak bermaksud seperti itu.

" what for, Alfandi? Kalau tidak ada yang mau kau katakan, lepaskan lenganku!"

"Apa kau membenciku?"

Rivana terperangah mendengar kalimat itu, ia menautkan kedua alis. Pertanyaan bodoh. "Apa perlu aku jawab?"

"Jadi kau benar membenciku?" tanyanya ulang. Rivana menghempaskan nafas lelah. "Apa salah jika aku ingin menjauhkanmu dari laki-laki bajingan seperti Daniel sialan itu, kau belum mengenal sepenuhnya dengan sikap dan apa saja yang sudah dia lakukan selama ini."

Rivana menatap manik abu-abu Alfandi, dia benar tidak faham dengan isi pikiran pria ini. Apa barusan dia kuatir padanya? Hei, Alfandi Raiser dulu begitu alergi padanya, kini menyentuhnya dan takut akan dirinya terluka. Drama macam apa ini. Asal tahu saja dia dan Daniel tidak memiliki hubungan apa-apa, jadi kenapa si kriting bodoh ini begitu marah.

"Apa urusmu, lalu apa masalahnya denganmu tentang apa yang dilakukan orang lain?"

"Tentu ada urusannya denganku, kenapa kau mau-mau saja disentuh olehnya!"

Rivana ketawa kecil,"Kau sungguh aneh! Dia menyentuhku tidak untuk melecehkan, kami berteman, paham!"

"Cih! Berteman dengan orang seperti dia, apa kau begitu bodoh Rivana!"

Rivana meringis kesal,
"Lalu, kalau aku bodoh apa maumu, huh? dan lepaskan tanganmu dari wanita murahan seperti aku, Oke!"

Bingung mau berbicara apa lagi. Alfandi menyentuh pelipis mata dan memberikan pijatan kecil di sana. Sebelum berbicara ia kembali memandang manik mata gadis itu lekat, dengan gelisah,"Ok, mungkin aku terlalu kasar padamu, sekarang kau boleh melakukan apa saja terhadapku."

Rivana menarik paksa lengannya dari genggaman pria kriting super aneh itu.
"Apa lagi yang kau katakan, melakukan apa?"

"Anggap saja jika aku menyesal atas ucapanku tadi siang, kau boleh membalasnya."

Rivana terdiam, merasakan sorot tatapan dingin Alfandi seakan menusuk hingga dadanya. Bahkan, mampu membuat ia sesak nafas sesaat. Buru-buru ia memalingkan wajah ke sisi lain. Apa si congkak baru saja dapat kutukan dari malaikat, maka dari itu otaknya tidak bisa berpikir jernih. Lihat saja dengan ucapanya barusan. Terdengar sangat aneh jika keluar dari bibirnya.

Tiba-tiba saja Rivana teringat obrolannya bersama Maya di taman belakang. Kalau Alfandi tidak suka melihat ia dekat dengan Daniel, dan juga menyesal telah menyakitinya. Apa itu benar? Rivana menggeleng kepala untuk menghapus isi pikiran itu, mana mungkin si pongah peduli padanya. Mungkin saja ia memiliki rencana lain. Rivana menghel nafas, memutar tubuhnya untuk melanjutkan langkah menuju pulang.

Mr. CongkakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang