Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi

6

25.9K 1.2K 26
                                    

Tepat jam 09:00 Rivana menyeret kakinya dengan langkah lebar, menuju gedung yang tampak cantik di kelilingi kaca-kaca besar dan lebar itu. Serta pantulan awan kelabu di langit juga terlihat sangat jelas di sana. Berkali-kali ia melirik jarum jam di lengan kiri, berkali-kali juga umpatan keluar dari bibir mungilnya. Akibat si kriting menyebalkan, ia jadi telat untuk berangkat ke kampus.

Setelah kejadian yang menyebalkan kemarin, si kriting terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena alergi bulu kucing. Tidak menyangka saja, pria setangguh dia bisa punya penyakit memalukan seperti itu. Bahkan semalaman dirinya tidak dibiarkan beranjak dari RS. Ulah si congkak tiba-tiba saja berubah manja seperti baby, merengek ingin ganti popok padanya. Oh Shit, benar-benar memalukan.

Rivana mulai membawa langkahnya menaiki tangga, berlari melewati mahasiswa lain hingga tiba di pintu berwarna hitam. Sebelum meraih gagang pintu, ia menarik nafas sejenak. Tidak lupa panjatkan doa, semoga pak tua gendut serta kejam itu berbaik hati memberinya izin untuk mengikuti kelas hari ini.

"Excuse me, Prof."

Menelan saliva yang tiba-tiba mengering di ujung tenggorokan, ketika tatapan menakutkan dari pak tua gendut itu. Ia tengah berdiri dari duduknya meangkat lengan kiri untuk melihat waktu.
"Mrs, Rivana Ravesa Anda tahu, sudah pukul berapa sekarang?"

"Sembilan lewat 15 menit Prof," jawabnya nyaris tidak bersuara.

"Jadi, Anda tahu terlambat berapa lama?" Rivana meangukan kepala lemas. Saking seramnya suara prof Dik, kelas terasa sunyi seperti tidak berpenghuni. Ya, semua sudah kenal bagaiman menakutkan manusia satu ini. Teman-temannya yang lain hanya bisa memberi tatapan iba padanya.

"Satu jam 15 menit, Prof."

"Well, silahkan tutup kembali pintu itu," ujarnya kembali duduk di singasananya."Untuk tugas minggu lalu dan hari ini, tambahkan untuk saya esai 3000 kata tentang Analisis Real."

What! Rivana kembali mematung kaku. Kedua mata almonnya melebar tidak percaya. Tugas lagi? Oh God.

"Dan tolong sampaikan pesanku pada rivalmu Mr Raiser. Dia juga mendapatkan tugas yang sama denganmu, saya kasih waktu satu minggu untuk kalian mengerjakannya, jika tidak kalian berdua tidak lulus di semester ini."

"Ta-tapi, Prof. Alfandi sedang dirawat sekarang, mungkin dalam waktu yang dekat ini belum bisa--"

"Saya tidak menerima alasan, Mrs Rivana. Silahkan tutup kembali pintu itu dari luar," titahnya.

Suara tinggi prof Dik membuat gadis itu tidak bisa berkata lagi. Dengan cepat ia menutup kembali pintu dan bersandar di dinding seraya menarik nafas berulang kali. Pak tua itu sungguh menakutkan dibanding film horor di layar lebar.
.
.
.
Di Minsa-kantin

Rivana duduk sendiri di meja paling pojok. Dengan satu nampan ayam krispi dan air perasan lemon dalam botol. Karena keterlambatan tadi, ia tidak sempat sarapan. Hari ini ia harus rela tidak mengikuti pelajaran. Ya, setidaknya dirinya tidak kelaparan seharian berada di kelas.

Rivana mengedor pandangan sekeliling ruangan bernuansa hijau itu. Terasa ada yang kurang. Biasanya setiap dia berada di minsa, selalu ada si kriting menyebalkan datang mengundang keributan dengannya. Entah kenapa kali ini ia merasa kesepian. Padahal ia selalu berharap jika si kiriting itu menghilang. Tapi, kenapa sekarang berbeda.

Stop! Apa yang tengah ia pikirkan. Merindukan si congkak? No no no, ini gila. Benar-benar gila. Rivana menggeleng-geleng kepalanya cepat. Mencoba mengusir isi pikiran itu.

Dan entah kenapa juga, tiba-tiba saja tingkah memalukan Alfandi teringat olehnya. Ketika berada di rumah sakit. Si mulut berbisa itu berubah jadi anak penurut, sok manja, bahkan ia selalu ingin diberi elusan di atas rambut, minta di suapi makanan dan minuman, terus merengek padanya untuk tidak ditinggal. Dan sialnya senyum si kriting menyebalkan itu terlewat manis dari madu, mampu membuat seorang Rivana Ravesa salah tingkah.
Oh shit! Ini sungguh memalukan.

Mr. CongkakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang