Syfa mengembalikan rutinitasnya setelah salat Subuh: membaca Al-Qur'an. Entahlah, sepertinya sesuatu yang terjadi kemarin terasa seperti tamparan baginya. Mungkin ini terdengar aneh, tapi sebenarnya Syfa dilahirkan dalam keluarga yang cukup agamis. Bagaimana hingga ia bisa menjadi selebriti Instagram dan tidak ditentang orang tuanya, itu menjadi hal yang tidak ingin Syfa ingat sekarang.
Ia sudah bukan remaja tanggung dengan cinta monyetnya, astaga. Syfa sebenarnya tahu ini akan terjadi, tetapi selama ini ia menutup mata atas segalanya. Gadis dengan iris coklat terang itu berusaha menahan sesak di dada. Ia tidak begitu yakin kenapa. Marah karena membiarkan interaksi fisik yang tidak seharusnya Taka lakukan padanya? Atau marah karena... membiarkan dirinya jatuh cinta pada Taka?
Syfa menyelesaikan bacaan Al-Qur'an dengan tatapan yang mengabur. Ia tidak boleh menangis. Tidak saat ini, karena ia tidak akan bisa menahan diri untuk tidak mengisak. Gadis itu termenung untuk waktu yang lama. Seharusnya ia menunggu untuk bertemu Taka saat tur ONE OK ROCK diadakan saja. Seharusnya ia tidak perlu berangkat ke Jepang secepat ini. Suasana hatinya benar-benar kacau. Syfa bersyukur karena Kassia tidak mengusiknya untuk bertanya apa yang terjadi. Karena Syfa sendiri tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya.
🎫
Kassia kembali sibuk dengan penelitiannya sehingga Syfa sendirian lagi di kamar. Sudah selusin notifikasi panggilan tak terjawab dari Taka dikoleksi Syfa. Kalau untuk chat, Syfa tidak ingin mengingatnya. Ia merutuki kejeniusannya untuk menyukai postingan following-nya di Instagram saat ia sebenarnya ingin mengubur diri ke dasar Bumi.
Panggilan Taka sudah memasuki lusin kedua. Syfa mengerang frustrasi. Sebenarnya siapa sekarang yang harus ia kasihani? Ia sejujurnya tidak tega mengindahkan Taka, namun di sisi lain ia juga tidak ingin mengabaikan hatinya yang berteriak bimbang. Apakah ini yang memang seharusnya terjadi? Mencintai seseorang yang memiliki segudang alasan untuk tidak bisa Syfa cintai?
"Oh my God, finally. Sunshine, are you okay?"
Dan ya, Syfa memilih kembali menjadi remaja tanggung yang baru mengenal cinta: berharap semuanya berjalan sesuai harapan yang ia gantungkan di angkasa.
🎫
Syfa baru saja tiba di Stasiun Shibuya. Ia melangkah keluar dan duduk menemani Hachiko yang mematung sendirian. Entah orang-orang yang jeluar dari kereta langsung pergi ke tempat yang ingin ia tuju atau bagaimana, Syfa tidak mengerti. Agak aneh saja di hari Minggu seperti ini hanya dia yang duduk di taman.
Syfa tidak mendengar langkah kaki, jadi tentu ia terkejut saat Taka menyapa tepat di depannya.
"Serius, Taka? Sepeda?"
"Saat kamu bercerita berkeliling Yokohama dengan sepeda, aku iri. Jadi aku membeli sepeda dan sedang melakukan test-drive dengan menjemputmu."
"Test-ride, maksudmu? Omong-omong, kamu jadi semakin lucu saja. Aku sampai tidak melihat di mana aku bisa duduk di sepeda barumu itu."
"Oh, ayolah. Jangan menjadi Syfa si Manja. Kamu akan berdiri di situ," Taka menunjuk ke arah dua pijakan kecil di tiap sisi roda belakang sepeda.
"Make it fast, Sunshine. Aku sudah kelaparan, bahkan nanti aku harus memasak juga mengajarimu dulu."
Syfa sudah tidak bisa menghitung berapa banyak helaan napas pasrahnya untuk Taka, "Memangnya kamu belum makan?"
"Belum. Aku... mengkhawatirkanmu. Sudah, tidak perlu dipikirkan. Sekarang naik dan peluk pundakku."
KAMU SEDANG MEMBACA
One Way Ticket | ✔ [TAHAP REVISI]
FanfictionSyfa hanya punya satu tujuan penting untuk kunjungan pertamanya ke Jepang: memulai kembali hidupnya dengan mengejar mimpi yang telah lama ia paksa tinggalkan. Kalau ternyata ia jadi bertemu idolanya, itu hanya bonus. Kalau ternyata ia bisa menghabis...