Jepang sudah serasa rumah kedua baginya, meski ia jauh dari keluarga. Di sisi lain, terkadang memang itulah keinginannya. Lepas dari kungkungan orang-orang terdekat yang semakin mencekik.
Sekali lagi Syfa tatap sketsa Taka yang baru saja ia bingkai. Esok adalah hari ulang tahun Taka dan Syfa hanya terpikir untuk memberi sketsa yang ia bawa dari Indonesia ini. Padahal ia tidak begitu percaya diri dengan sketsa buatannya, mengingat ia lebih mahir dalam desain digital. Dulu rencananya sketsa ini Syfa berikan atas nama seorang penggemar, jadi ia tidak memikirkan apakah sketsanya cukup layak untuk Taka pajang di apartemennya. Toh membayangkan Taka menyentuh hasil karyanya saja sudah luar biasa baginya. Astaga, budak cinta.
Sekarang Syfa bukan sekadar penggemar biasa. Ia adalah penggemar paling beruntung yang dapat mengambil hati Taka. Ia harus melakukan sesuatu yang lebih istimewa. Syfa melempar tatapan menerawang. Ia mungkin bisa saja memberi barang mahal untuk Taka, tetapi ia juga tidak tahu apa yang benar-benar Taka inginkan dan perlukan saat ini. Selain itu juga Syfa lebih suka memberikan hasil kerja tangannya sendiri untuk orang-orang terdekatnya. Tapi ... bagaimana cara memberikannya?
Taka selalu bersikap manis dan romantis padanya. Syfa tidak pernah meminta apapun dan tiba-tiba saja Taka akan melakukan hal yang tidak Syfa duga. Lelaki itu selalu bisa mengambil hatinya. Taka lebih sering dalam mode menyebalkan, tentu saja, tetapi sesaat kemudian ia akan kembali menjelma menjadi the prince charming. Tampil memikat sepertinya memang bakat bawaan laki-laki itu sejak lahir. Sedangkan Syfa ... ia tidak begitu mengerti.
Gadis dengan bulu mata lentik itu cukup yakin mengenai satu-dua hal tentang dirinya. Menurut Syfa, wajahnya lumayan. Ia tidak suka menggunakan riasan wajah yang tebal dan rajin merawat diri, jadi ia tidak pernah memiliki masalah pada kulit wajahnya kecuali jerawat yang muncul sebulan sekali yang bersifat hormonal. Ia senang mencari tahu berbagai informasi tentang apa saja, jadi bisa dikatakan wawasannya juga luas. Dan ia suka membagi pengetahuannya pada siapapun karena itu membuatnya merasa berguna. Lalu ia juga berani mengatakan bahwa ia mengerti fashion. Ia lumayan mahir dalam mendesain dan teman-temannya juga mengakui pemikiran kreatif Syfa yang cemerlang. Masih banyak yang bisa Syfa yakinkan pada dirinya sendiri tentang apa yang membuatnya istimewa, tetapi itu tidak membantunya menemukan rencana untuk hari ulang tahun kekasihnya besok.
Tubuh Syfa berdebam pelan ke atas tempat tidur. Ia memejamkan mata, mencoba membayangkan apa yang harus dilakukannya besok. Ia harus mengakui bahwa ia kehabisan ide untuk perayaan ulang tahun Taka. Masalahnya, Syfa juga tidak tahu bagaimana biasanya Taka melakukan apa di hari peringatan kelahirannya itu. Berpesta dengan teman-temannya? Syfa mengusap wajahnya kasar. Paling-paling ia hanya mengucapkan "Selamat Ulang Tahun" tepat selewat pukul 12 malam dan memberikan sketsanya begitu saja.
🎫
Seharian Syfa habiskan di atas tempat tidurnya. Kalaupun bergerak, ia hanya berguling-guling tidak jelas atau mengecek dan membalas beberapa komentar pada Instagram dan YouTube miliknya. Bahkan ia makan ramen instan sambil bergelung selimut. Ia mengatakan itu pada Taka, tetapi kekasihnya tidak punya banyak waktu untuk menanggapi. Taka kembali sibuk dengan kegiatannya memproduseri album dari penyanyi baru itu.
Syfa baru saja selesai menunaikan salat Isya dan merasakan lapar kembali mendera. Stok ramen instan sudah ia habiskan dan Syfa sedang tidak berselera dengan menu kafetaria. Mau tidak mau, akhirnya Syfa memutuskan membeli makan malam di luar.
Tidak banyak makanan halal di sekitar tempatnya tinggal, jadi lagi-lagi ia makan di restoran masakan India. Ia meniup-niup kuah karinya tidak sabar karena perutnya sudah meronta minta diisi. Syfa berusaha mempertahankan fokusnya, tidak ingin menoleh pada sepasang muda-mudi yang duduk di meja sebelah kanannya. Suasana restoran cukup sepi, jadi telinganya tidak sengaja menangkap obrolan hangat pasangan tersebut. Dari yang dapat disimpulkan, mereka baru saja menikah dan sedang dalam honeymoon. Astaga, Syfa jadi merasa kerdil. Ia butuh Taka di sisinya sekarang agar tidak termakan rasa iri.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Way Ticket | ✔ [TAHAP REVISI]
FanfictionSyfa hanya punya satu tujuan penting untuk kunjungan pertamanya ke Jepang: memulai kembali hidupnya dengan mengejar mimpi yang telah lama ia paksa tinggalkan. Kalau ternyata ia jadi bertemu idolanya, itu hanya bonus. Kalau ternyata ia bisa menghabis...