[12] Decision of us

32 6 0
                                    

D-day

Nara sibuk mondar-mandir dari depan lemari ke depan meja rias yang juga terdapat cermin segede gaban. Baju-baju dari lemarinya udah berceceran di mana-mana. Hampir semua baju yang ada di dalam lemari dia keluarin, tapi gak ada satu pun yang dia rasa cocok untuk dipake.

"Nara, kamar lo abis kena musibah apa gimana sih? Berantakan bener, buset."

Nara menghembuskan nafas kasar mendengar suara seseorang di dekat pintu kamarnya.

"Mending lo cabut deh bang, kalo gak ngasih bantuan sama sekali."

"Ye, adek kurang ajar."

Keenan, laki-laki yang berstatus sebagai abang yang paling Nara andalkan meskipun menyebalkan kini sedang duduk di atas kasur adiknya tersebut dan pandangannya terus memerhatikan setiap gerak-gerik Nara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keenan, laki-laki yang berstatus sebagai abang yang paling Nara andalkan meskipun menyebalkan kini sedang duduk di atas kasur adiknya tersebut dan pandangannya terus memerhatikan setiap gerak-gerik Nara.

Ambil baju - nyocokin sambil natap cermin - ngomel sendiri karena keliatan jelek - lempar baju gitu aja - ambil baju yang lain - dan kegiatan itu terus berlangsung sampai Keenan muak sendiri melihat adiknya yang tidak biasanya mau tenggelam dalam sesuatu hal yang terlihat ribet seperti saat ini.

"Jam 12."

"Hah kenapa bang?"

Keenan berdecak dan bangkit dari posisi duduknya untuk menghampiri Nara. "Sekarang udah jam 12, Nara. Lo cuma punya waktu 1 jam lagi. Ngapain sih lo bolak-balik kayak orang tolol gini? Lo nemuin dia buat ngejelasin semua yang ada sebelum terlambat kan? Dengan lo yang kayak gini sama aja lo ngebuang banyak waktu."

Nara diam setelah mendengar perkataan sekaligus melihat tatapan serius abangnya tersebut. Apa yang abangnya katakan benar, jadi kenapa ia masih diam saja di dalam kamarnya saat ini?

Keenan tersenyum kecil melihat Nara, waktu berlalu begitu cepat sampai adik kecil kesayangannya ini juga telah semakin dewasa. Bukan lagi gadis kecil yang selalu meminta Keenan untuk menggendongnya, bukan lagi adik kesayangannya yang selalu bertampang kumal namun tetap menggemaskan sehabis pulang bermain bersama dua sahabatnya yang sudah amat sangat Keenan kenal.

Kayyisa Nara telah bertransformasi menjadi perempuan remaja, namun bagi Keenan adiknya itu selalu menjadi gadis kecil kesayangan keluarganya. Adik kecil yang sampai kapanpun akan selalu Keenan lindungi, ia juga akan selalu menjadi abang andalan bagi Nara.

"Cepetan ya, abang tunggu di bawah."

"Abang... mau nganterin aku?"

"Ya iyalah, mana mungkin abang biarin kamu pergi sendiri. Dah cepetan sanaa, abang mau ke kamar dulu ambil kunci mobil." setelah menepuk pelan kepala adiknya, Keenan pun keluar dari kamar Nara.

Nara mengambil jaket jeans yang berada di gantungan belakang pintu kamar, menyusul abangnya untuk segera berangkat. Dan Nara berharap, semoga ia mengambil langkah yang benar. Semoga keputusan hatinya bukan sesuatu yang akan ia selali di kemudian hari.

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang