[9] Is it in you to be honest?

31 7 0
                                    

Sudah lewat 1 bulan dari hari di mana Nara dan Seongwoo menghabiskan semalam penuh di Puncak, ditemani jagung bakar, wedang jahe, dan udara dingin khas Puncak serta pengakuan jujur Seongwoo yang cukup membuat jantung Nara merosot ke perut secara tiba-tiba.

Sudah hampir 1 bulan juga di mana Abhirama Daniel Atmawidjaya bersikap semakin menjauh perlahan-lahan dari Nara. Mulai dari singkatnya pesan-pesan balasan Daniel terhadap Nara, berbagai alasan yang dilontarkan Daniel tiap kali Nara mengajaknya pergi, dan yang terakhir hari di mana Daniel untuk pertama kali berjalan melewatinya begitu saja. Tanpa sapaan lelaki tersebut. Tanpa cengiran kelinci yang biasa tampak di wajah dinginnya. Abhirama Daniel berubah menjadi seseorang yang jauh dari peredaran Nara.

Waktu menunjukkan pukul 5 sore dan Nara masih berdiri sendiri di depan gerbang sekolahnya. Gerbang sekolah yang tadinya masih ramai, semakin lama arus lalu lalang manusia semakin sedikit karena telah beranjak menuju tujuan masing-masing. Entah mungkin benar-benar pulang menuju rumah atau pergi bersama beberapa teman. Dan Nara terjebak sendirian bersama aplikasi ojek online yang belum muncul tanda-tanda ada driver yang menerima pesanannya.

Sebenarnya, Nara bisa saja menaiki bis seperti hari-hari sebelumnya. Namun hari ini semua sahabatnya memiliki kesibukan sendiri dan Nara masih ingat ucapan Daniel yang melarang dirinya untuk naik bis sendirian. Dan biasanya pula, di kondisi seperti ini Nara akan bersama Daniel yang akan mengantarkannya pulang dengan motor kesayangan Daniel. Gak langsung pulang sih, karena pasti di tengah jalan mereka akan menepi di kafe atau pedagang kaki lima di pinggir jalan.

Masih dengan pandangan menatapi layar hapenya, di depan sepatu converse miliknya terdapat sepatu dengan merk yang sama namun dalam kondisi lebih kusam serta ukuran kaki yang lebih besar. Dan Nara mengenali siapa pemilik sepatu tersebut dengan amat sangat baik di pikirannya.

"Nungguin siapa?" suara berat milik laki-laki di depannya ini semakin menegaskan asumsi Nara terhadap dirinya, serta membuat Nara memberanikan diri untuk menatap langsung tepat di mata tajam Daniel.

"Nungguin siapa?" suara berat milik laki-laki di depannya ini semakin menegaskan asumsi Nara terhadap dirinya, serta membuat Nara memberanikan diri untuk menatap langsung tepat di mata tajam Daniel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Abang grab." Nara merasa sedikit bingung karena baru beberapa saat yang lalu, ia memikirkan Daniel. Dan lelaki itu muncul tiba-tiba tepat di hadapannya. Jangan-jangan tanpa disadari, mereka mempunyai kemampuan untuk telepati?

Nara sedikit menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan pikiran konyol tersebut dan hal itu mengundang senyum tipis dari Daniel.

"Oke, tunggu sini."

Nara sedikit mengerjapkan matanya, bingung mendengar ucapan Daniel. "Hah, mau... ngapain?"

"Mau ambil motor, ini abang grabnya udah nyampe. Yang di aplikasi cancel aja, gak ada grab lagi sekitar sini." mulut Nara sedikit terbuka, namun kembali terkatup karena bingung terhadap situasi dan perilaku Daniel.

"Hm, oke." selepas kepergian Daniel menuju parkiran. Nara merasa harus menetralkan degup jantungnya yang menjadi tidak beraturan. Kenapa kepalanya mendadak pening sekarang? Padahal ia tidak mempunyai riwayat vertigo selama ini.

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang