[Extra] Malam minggu dan kita

37 7 0
                                    

Daniel lagi tiduran di atas kasur Nara, cowo itu sibuk merhatiin pacarnya yang sibuk sendiri ngetik-ngetik sesuatu di laptop. Dilihat sekilas sih, Nara lagi sibuk sama laporan organisasi.

Iya, mereka udah menyandang status sebagai mahasiswa di Kota Kembang. Udah 5 bulan terlewati juga sejak Daniel dan Nara resmi menjadi sepasang kekasih. Kuliah di satu kampus yang sama, namun di jurusan yang berbeda gak jadi halangan buat mereka. Walaupun kadang Daniel masih suka was-was sendiri, soalnya Nara satu jurusan sama Seongwoo.

Ah, tapi itu ketakutan lebay Daniel doang sih. Seongwoo sekarang lagi nempel-nempelnya banget sama Syeila. Daniel tau kalo mereka daridulu emang deket, tapi Daniel gak tau lebih lanjut hubungan mereka gimana.


"Akhirnya selesai jugaa. Niel, kamu laper gak?" setelah mematikan laptopnya, Nara beralih menatap Daniel yang masih sibuk memainkan helaian rambutnya.

"Aku laper tapi mager. Makan di kosan kamu aja ya? Hehe."

Nara mencebikkan bibirnya, lalu ikut naik ke atas kasur setelah berhasil menggeser badan besar Daniel. Padahal Nara mau makan sambil jalan-jalan keluar, mumpung malam minggu. Otaknya juga membutuhkan udara segar setelah suntuk semingguan ini disibukkan oleh urusan-urusan di kampus.

Yah, tapi Nara lupa kalo pacarnya yang satu ini memiliki tingkat kemalasan bergerak di atas rata-rata.

"Eh yang, pesen mie aceh aja. Aku lagi kepengen itu." ujar Daniel di belakang telinga Nara dan hal tersebut membuat Nara sedikit terkejut.

"Jauh-jauh kek kamu, aku kaget tau." Nara berusaha mendorong badan Daniel, namun hasilnya nihil.

Daniel cuma ketawa-ketawa aja denger aksi protes pacarnya dan malah menaruh dagunya di pundak Nara.

Oke, ini sih makin gak sehat jantung Nara. Walaupun udah 5 bulan pacaran, tapi efek Daniel buat Nara tetap sama. Debaran yang dihasilkan sama sekali tidak berubah dan juga perut Nara selalu merasa mulas setiap menerima perlakuan manis Daniel yang tidak terduga.

"Cie, deg-degan ya kamu sekarang? Sok-sok kaget, padahal mah deg-degan ya kaan?"

Nara hanya mendelik sebal tanpa membalas ucapan Daniel, yang membuat tawa besar Daniel semakin terdengar di telinganya.
Daniel semakin merebahkan kepalanya pada pundak Nara saat merasakan elusan pelan tangan Nara di kepalanya.

"Udah yang, jangan dielus-elus terus. Jadi pengen tidur tau, aku kan maunya makan bukan tidur."

Nara terkekeh dan mencubit pelan hidung Daniel, kalau berduaan seperti saat ini, Daniel seringkali bersikap seperti anak kecil. Dan hal itu sukses membuat Nara merasa gemas.

"Diem mulu kamu, kenapa sih? Cerita dong sama aku, jangan dipendam sendiri. Jadi beban tau."

"Gapapa ih, aku cuma mikirin aja kalo banyak banget yang berubah di antara kita." Nara diam sebentar sambil memainkan jari tangan Daniel pelan, Daniel masih setia menjadi pendengar yang baik untuk pacarnya.

"Aku kangen pas dulu SMA, masih sering-sering ngumpul sama yang lain. Kalau ada apa-apa juga, kita sering omongin bareng-bareng. Ada buat satu sama lain. Sekarang kita kepisah sama jarak, kepisah sama kegiatan sibuk yang udah dijalanin masing-masing, atau kepisah karena masalah yang pernah ada di satu sama lain,"

Daniel bisa menebak kalimat selanjutnya yang akan Nara ucapkan.

"Kayak hubungan kita sama Seongwoo." dugaan Daniel terbukti, ia hanya menghela nafas pelan dan sekarang balik mengelus kepala Nara pelan. Berusaha menenangkan gadisnya.

"Kayyisa, semakin bertambahnya usia kita itu pertanda kalau fase-fase yang bakal kita hadapi berada di tingkat yang berbeda. Entah itu kepribadian seseorang, tempat yang sering kamu kunjungi, semuanya mengalami yang namanya perubahan. Tapi walaupun kita sama yang lain berada di tempat yang berbeda, hal itu bukan penghalang kan buat menjalin sebuah hubungan? Kita masih selalu ada buat satu sama lain, tapi bedanya sekarang kita terpisah secara raga."

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang