Angkasa menatap ponsel yang terus saja bergetar disaku celana jeansnya sejak tadi. Kelas hari ini selesai 20 menit lagi dan itu artinya dia harus membiarkan ponsel tersebut terus bergetar. Pak Bayu terkenal dengan kedisiplinan dan penglihatannya yang jeli. Mustahil bagi Angkasa untuk menerima telepon saat ini, meskipun ia tau ada seseorang yang menunggunya diseberang sana. Gelisah mulai menghampiri saat getaran itu tak dirasakannya lagi.
20 menit yang luar biasa lama bagi Angkasa, pemuda dengan paras rupawan itu segera melesat meninggalkan kelas beberapa detik setelah dosen pengajar meninggalkan ruangan. Berlari menuju parkiran dan jelas tergesa membuka mobilnya yang terkunci, kemudian mendudukkan diri di jok depan dan mencoba mengatur nafas. Tangan kanannya sibuk merogoh saku celana jeans yang dipakainya, mencari benda pipih yang sejak tadi bergetar. Membuat sang pemilik risih dan juga takut disaat yang bersamaan.
Angkasa menatap horor kearah layar ponselnya.
5 missed call
Dari seseorang yang begitu ditakutinya.
Beberapa detik kemudian ada panggilan masuk dari nomor yang sama untuk ke 6 kalinya. Buru-buru Angkasa menggeser ikon hijau dan mendekatkan ponsel ke telinganya. Angkasa menyiapkan mental dan alasan yang bisa diterima oleh orang itu. Meskipun dia tau apapun alasan yang akan diberikannya tidak akan mengubah fakta bahwa dirinya sudah mengabaikan 5 panggilan dengan sengaja.
"Maafkan saya, Tuan. Ada kelas terakhir yang harus-"
"..."
"A-ah baik, ini sepenuhnya adalah kesalahan saya. Saya sungguh meminta maaf akan hal ini-"
Dua kali kalimat yang hendak dilontarkannya disela begitu saja. Angkasa mencoba menahan emosinya. Tidak ingin semakin membuat orang itu larut dalam kemarahan dan berakhir dengan tidak mempercayainya. Dia tidak ingin usahanya selama ini hancur begitu saja.
"Baik, Tuan. Lalu kali ini apa yang harus saya lakukan?"
Angkasa menatap lurus kearah hiruk pikuk mahasiswa dibalik kemudinya. Sekarang sudah pukul empat sore tentu saja banyak kelas yang selesai dan mahasiswa kembali pulang. Pulang ya? Dirinya juga ingin segera pulang.
"Baik, Tuan. Saya akan memeriksa filenya, lalu kapan anda menginginkan hal itu dilaksanakan?"
Tangan kirinya berusaha meraih tas laptop yang berada di jok belakang mobilnya. Mengeluarkan machbook miliknya dan menyalakan benda persegi panjang itu. Kegiatannya berhenti sejenak saat mendengar jawaban dari orang itu.
"Baik, sesuai keinginan anda, Tuan."
Jemarinya mencengkeram kuat tas laptop itu hingga buku-buku jarinya memutih.
Sambungan telepon terputus. Meninggalkan Angkasa dalam kesunyian yang mencekam.
Angkasa masih berada di posisi yang sama, ponsel masih menempel di telinga dan tangan kiri menggenggam tas laptop. Ponsel ditangan kanannya hampir saja dibantingnya, jika saja Angkasa tidak segera mengendalikan diri karena ada beberapa hal penting yang masih tersimpan didalamnya. Angkasa hanya bisa mengumpat dalam hati.
Sepasang netra sekelam malam itu melirik kearah jok belang, ada sebouquet lily putih yang tergeletak disana. Masih tampak segar dan dikemas dengan kertas berwarna coklat. Rencana Angkasa untuk hari ini sepenuhnya telah gagal hanya karena tugas bodoh yang terpaksa dilakukannya. Jika saja ini tidak berkaitan dengan hal itu maka jangan harap dirinya akan menerima tugas ini begitu saja.
Menatap tajam kelayar machbooknya yang menampilkan profil seseorang dan beberapa bukti tambahan. Seringai tipis dan kejam tercetak diwajah rupawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta 1.0 - Stray Kids ✔ [REVISI]
Historia CortaStray kids versi lokal [AU] Katakan pada Samudra jika semua akan baik-baik saja. Rimba bilang pada Jingga untuk jangan menyerah. Bintang, katakan pada Angkasa untuk tetap bertahan sebentar lagi. Senja, jangan menyalahkan diri sendiri. Bumi, tolo...