Prolog

68 5 17
                                    

Hujan tidak akan mampu mematahkan perjuanganku selama ini dan untuk kesekian kali nanti.

Di bawah guyuran hujan yang deras terduduk gadis manis dengan menggenggam sebuah kertas yang mulai kumal terkena air. Hari yang semakin gelap tidak menggoyahkan pikiran gadis itu untuk beranjak dari tempatnya.

Ia tetap diam ditempatnya dengan sesekali menahan isak tangisnya. Air matanya tidak lagi dapat dibedakan dengan air hujan yang juga membasahi seluruh tubuhnya.

Ia menatap kertas yang digenggamnya. Lebih tepatnya mengarah pada tinta yang tergores pada kertas itu. Semakin lama tinta itu memudar karena air. Goresan tinta itu sudah tidak bisa lagi untuk dibaca.

Gadis itu menggenggam erat pergelangan tangannya. Sebenarnya dia hanya ingin melindungi gelang yang dia pakai dari tetesan air hujan.

Biar seolah - olah gelangnya itu tidak merasakan dingin yang tengah ia rasakan saat ini. Karna menurutnya ini menyiksa.

Gadis itu tidak akan membiarkan sesuatu yang berarti dalam hidupnya tersiksa. Jangankan seseorang, barang pemberian seseorang saja pasti akan selalu ia jaga jika menurutnya itu berharga.

Tapi manamungkin dia bisa mengalahkan hujan yang begitu derasnya. Ditambah lagi kilatan petir yang sangat menakutkan.

Tapi bagi gadis itu tidak. Justru inilah yang dimaksud dengan cobaan. Gadis itu tidak akan menyerah hanya karna air hujan dan kilatan petir. Dia akan tetap menunggu. Sampai seseorang datang menemuinya.

Pandangan gadis itu pun semakin memburam. Ia merasakan sesak pada dadanya. Kemuadian gelap.

            🌷🌷🌷

Terimakasih telah membaca prolog -Good Bye Nostalgia- yang sangat singkat ini😁

Good Bye NostalgiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang