01.Gadis

68 9 7
                                    

Covernya sih cakep. Tapi nggak tau deh aslinya.

"Siapa gadis ini? Dia terlihat pucat dan menggigil. Kasian dia demam" kata seorang wanita setelah menyentuh jidat gadis itu.

"Aku tidak tau mah. Dia tergeletak pingsan di kursi taman raya dengan keadaan basah kuyup seperti itu. Aku merasa iba padanya lalu aku membawanya pulang kerumah. Waktu itu jalanan juga lagi sepi. Tidak ada yang menolongnya selain aku" jawab laki - laki yang tampaknya seumuran dengan gadis itu. Namanya Brian.

"Kamu sudah menghubungi keluarganya?" tanya wanita itu yang tak lain adalah Ibunya Brian. Namanya Indah.

"Belum. Aku belum tau identitasnya. Aku merasa tidak enak kalo aku yang mengambil ponselnya. Sepertinya ponselnya ada disaku celananya. Coba mamah yang mencari" ujar Brian.

Indah lansung mengambil ponsel gadis itu yang berada disaku celana gadis itu. Ia menghidupkan ponsel gadis itu karena mati. Dan ternyata lowbat.

"Ponselnya lowbat. Biar mamah carger dulu ya. Tolong kamu jagain dia dulu. Mamah akan menghubungi dokter Amira" ujar Indah lalu keluar dari kamar Brian.

"Iya mah" jawab Brian lalu duduk di kursi samping ranjang gadis itu berbaring.

Brian menatap wajah pucat gadis itu. Wajahnya sangat manis, bulu matanya lentik, dan bibirnya yang mungil menambah kesan luwes wajah cantiknya.

Brian menatap pergelangan tangan gadis itu. Gadis itu memakai gelang dan terdapat tulisan Arsenio Bagaskara pada gelang itu. Siapa dia? Mungkin pacarnya? Entahlah, bukan urusan Brian juga.

Tidak lama Indah datang dengan membawa pakaian bersih miliknya.

"Sambil nunggu Amira datang. Mamah akan mengganti baju gadis ini. Kasian dia kedinginan" ujar Indah.

Brian hanya mengangguk.

"Brian.. Apa kamu akan tetap disini?" ujar Indah setelah menyadari bahwa Brian tidak bergerak pergi.

"Aduh.. Lupa mah, iya Brian keluar" jawab Brian seraya menepuk jidatnya.

Setelah sepuluh menit Indah didalam kamar akhirnya dia keluar dengan membawa pakaian basah gadis itu.

Brian tidak menghiraukannya. Dia hanya fokus pada TV dihadapannya.

Ting.. tong..

"Itu pasti Amira" gumam Indah seraya berjalan menuju pintu depan.

"Amira.. Ayo masuk" kata Indah. Brian mendengarnya dari ruang tengah.

Tidak lama Brian melihat Indah datang dengan dokter Amira berjalan menuju kamar Brian, tempat gadis itu berbaring.

Brian mengikutinya dari belakang.

Dokter Amira itu adalah sahabat kuliahnya Indah. Sampai kini mereka juga masih akrab. Apalagi Amira sekarang adalah dokter, juga sekaligus dokter pribadi neneknya Brian.

Indah memperhatikan Amira yang tengah memeriksa gadis itu. Bisa dilihat kalo wajah Amira tampak menyiratkan perasaan bingung.

"Dia baik - baik saja kan Ra?" tanya Indah yang mulai menyadari raut wajah Amira.

"Dia menderita penyakit serius. Tapi aku juga belum tau pasti apa penyakitnya. Mendingan sekarang kita bawa dia ke rumah sakit aja, disana alatnya lebih lengkap" ujar Amira.

"Baiklah kalo gitu. Brian tolong bawa dia ke mobil mamah ya. Kita kerumah sakit sekarang" perintah Indah.

Kemudian Brian menggendong tubuh mungil gadis itu dan membawanya ke mobil Indah untuk menuju Rumah Sakit.

Good Bye NostalgiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang