10.Duka Mbok Mira

32 4 2
                                    

Bahagiaku adalah kebersamaan, Kesedihanku adalah kesendirian, Kekecewaanku adalah keadaan, karna alasanku adalah kalian.

"Cepat Adel bawa kopernya kesini!" seru Liana yang gugup seraya membenarkan posisi berbaring mbok Mira di jok penumpang belakang.

"Bunda mau bawa mbok Mira ke rumah Sakit ato mau ke rumahnya langsung?" tanya Adel sembari memasukkan koper mbok Mira ke dalam bagasi mobil Liana.

"Bunda mau bawa mbok ke rumahnya langsung aja. Disana pasti sudah ditunggu orang banyak." ujar Liana sedikit gugup.

"Kamu tunggu rumah sendiri beranikan? Nanti jam 23:00 bunda pastikan ayah sudah pulang." lanjutnya.

Adel mengangguk.

"Bunda berangkat. Baik - baik dirumah." ujar Liana seraya mencium puncak kepala Adel lalu memasuki mobilnya. Menyalakan mesin mobil, dan melesat dari pelataran rumahnya.

Kini Adel sendirian dirumah menunggu ayahnya sampai di rumah.

             🌷🌷🌷

"Hallo? Iya saya. Apa!!?" suara mbok Mira terdengar sedikit keras karena perasaan terkejutnya.

Adel yang mendengar suara mbok Mira sedikit kencang menghampiri mbok Mira yang tengah berbicara dengan seseorang di telepon.

"Ada apa mbok?" tanya Adel sedikit khawatir.

Mbok Mira tidak menjawab pertanyaan Adel, dia tiba - tiba lemas dan kehilangan kesadaran. Adel yang melihat mbok Mira pingsan langsung memanggil Liana. Liana datang tergopoh - gopoh menghapiri Adel dan mbok Mira. Melihat mbok Mira tak berdaya di lantai dengan kepalanya yang di tumpangkan pada paha Adel Liana syok.

"Ada apa ini? Mbok Mira kenapa pingsan?" tanya Liana panik.

"Ini tadi mbok Mira nerima telepon terus pingsan. Adel juga nggak tau kenapa." ujar Adel menjelaskan seraya menggoyang - goyangkan pundak mbok Mira agar dia sadar.

Liana langsung mengambil telepon dan mengecek sang penelpon. Tapi teleponnya sudah terputus. Liana ingin menghubunginya lagi tapi tidak tau nomornya. Di saat keadaan yang genting seperti ini, tiba - tiba telepon rumah kembali berdering. Dengan sigap Liana mengangkatnya.

"Hallo? Ini siapa?" tanya-nya langsung pada sang penelpon.

...

"Apa!? Kapan kejadiannya?" ujar Liana sedikit panik.

...

"Astaga.. Baiklah kalo begitu saya akan mengantar mbok Mira sekarang." jawab Liana kemudian mematikan telepon.

"Ada apa bun? Kenapa?" tanya Adel serius sekaligus penasaran.

"Mbak Ria, anaknya mbok Mira, dia kecelakaan." ujar Liana.

"Apa? Terus sekarang gimana keadaannya bun?" tanya Adel lagi.

Liana menarik nafas panjang dengan mata yang berkaca - kaca. Lalu dengan berat hati ia mengatakannya pada Adel.
"Mbak Ria telah tiada."

"Ya ampun!" Adel pun kini terkejut.

"Sepertinya selama berduka mbok Mira tidak akan tinggal disini. Mungkin dia akan dirumahnya minimal satu bulan sampai masa berdukanya benar - benar selesai. Tolong kamu kemaskan barang mbok Mira ke dalam koper. Bunda akan memapah mbok Mira ke dalam mobil." ujar Liana lalu memapah mbok Mira.

Adel pun menuruti perintah Liana.

            🌷🌷🌷

Adel memasuki kamarnya lalu tiduran dikasur empuknya. Ia menyalakan musik di ponselnya untuk menghilangkan kesunyian di sekelilingnya. Ia menggunakan earphone dengan volume kecil supaya nanti jika bell rumahnya berbunyi Adel mendengar dan bisa membukakan pintu untuk orang yang pasti itu ayahnya.

Good Bye NostalgiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang