01

53 3 0
                                    

Waktu menunjukan pukul 15.30 sore, siswa-siswi berhamburan keluar ruangan menujupintu gerbang pertanda kegiatan belajar selesai. Tidak untuk satu siswa yang masih duduk terdiam, menunggu siswa-siswi lain lebih dulu pergi.

Biru kelabu di langit seolah sedang ikut berdiskusi dengannya yang menunjukan raut sendu, padahal dia cowok yang tidak pernah terlihat sedih sedikitpun oleh orang-orang di sekelilingnya, tapi tidak untuknya ketika sendiri seperti ini. Rasanya di saat seperti ini tanpa kebisingan, dan hirup pikuk dunia adalah moment terbaik baginya dia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa tuntutan orang lain. Iya dia adalah Bima, Bima Arka Mudya Pratama dia adalah sosok yang di kenal irit bicara,dingin, lembut, rajin, dan cool, dia akan ramah kepada siapa saja yang menyapanya walaupun Bima hanya membalas sebatas senyum tipis, meski begitu bebrapa siswi mengidolakannya bahkan ada yang beberapa nekat mengutarakan perasaan langsung di hadapan Bima, meskipun dia termasuk pribadi yang dingin dan irit bicara dia adalah orang yang dapat memahami hati perempuan dengan baik dia memberi pengarahan sekaligus menasehati siswi yang mengutarakan perasaaannya. Bima tidak ingin sedikitpun menyakiti perasaan orang lain apalagi hati seorang wanita, baginya wanita itu harus di beri perngertian dengan baik sebaik-baiknya tetapi bukan pengertian yang dapat membuat seorang perempuan mengsalah artikan bisa di bilang tidak berlebihan tapi memberi pengertian dan perhatian yang baik agar di mengerti dengan logika tanpa melibatkan perasaan.

Sudah berapa lama Bima duduk di ruangan itu masih bergelut dengan hati, logika, dan perasaannya. Entah apa yang ada di benaknya sekarang cukup dia yang mengerti dan cukup ruangan itu menjadi saksi bisu dalam setiap renungannya. Kini Bima berdiri dan mengambil tas backpacknya yang cukup terlihat keren jika di pakainya, postur tubuhnya yang cukup tinggi dan warna kulit yang putih gading itu cukup membuat siapapun perempuan yang melihatnya terpesona. Setelah menggendong tasnya Bima menuju parkiran, disana hanya tertinggal beberapa motor saja karena memang sudah sore, dia mengambil helm fullface yang terkait di motornya, Kawasaki KLX 150 berwarna hitam yang telah di modifikasi itu melaju meninggalkan parkiran sekolah.

Bima Dan LarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang