"Selamat ulang tahun ya, Sayang." Bunda Minju memeluk anak semata wayangnya itu. Minju membalasnya tak kalah erat.
Air mata mengalir di pipi beliau. Melihat anaknya yang semakin dewasa.
Beliau masih teringat jelas bagaimana ia pertama kali merasakan hangat tubuh mungil Minju di pelukannya, delapan belas tahun yang lalu.
Kini Minju tumbuh menjadi gadis ceria yang memiliki paras bak bidadari.
"Selamat ulang tahun ya, Nak." Gantian Ayah Minju yang memeluk.
"Semoga semakin jadi anak yang rajin, rajin dalam belajar maupun ibadah."
Ayah minju masih tak percaya putri kecilnya kini sudah menginjak umur delapan belas tahun.
"Udah delapan belas tahun, gaboleh manja lagi." Ayah Minju mengusap rambut Minju lembut, "But you're still daddy's litle princess no matter what."
Minju bersyukur dilahirkan di tengah keluarga yang penuh kasih sayang. Memiliki orang tua yang selalu berusaha memberikan yang terbaik.
Meskipun kesibukan pekerjaan yang padat, mereka tetap menyempatkan meluangkan waktunya untuk Minju.
Contohnya seperti saat ini. Ayah dan Bunda Minju pulang untuk merayakan ulang tahun Minju dengan dinner bersama.
Hal ini membuatnya sedikit melupakan tentang segala kekesalannya sama Yujin.
Ya gimana ga sebel, di hari spesialnya ini Yujin malah sibuk sendiri dengan basketnya.
Minju tau sih yang mau ikut liga, terus latihan jadi makin intensif.
Menyebabkan momen bersama Yujin dihari ulang tahunnya ini hanya singkat. Bener-bener hari ini cuma sebatas ketemu di kantin sebentar. Abis itu Yujin bahkan belum mengabarinya lagi hingga sekarang.
Minju memang pacar yang pengertian.
Tapi kali ini berat buat ngertiin. Tetep aja gimana gitu, ini kan ulang tahun Minju. Setahun sekali. Apalagi ini kali pertama merayakan bareng Yujin sebagai pacar.
Sempat terbesit di pikiran Minju jika jangan-jangan ini cuma skenario Yujin untuk mengerjainya.
Namun di lain sisi, Minju juga tak ingin berekspektasi tinggi. Karena kecil kemungkinannya, ngeliat sekarang udah hampir jam sepuluh malem dan Yujin masih belum membalas pesannya.
Tapi ya tetep ngarep sih sebenernya. Dikit doang.
Minju dan kedua orang tuanya lanjut menikmati makanan masing-masing diselingi obrolan juga candaan. Ia merindukan momen-momen seperti ini yang kini sudah jarang mereka lakukan.
Setelah dirasa cukup untuk malam ini, Ayah dan bunda Minju beranjak dari duduknya. Minju pun juga ikut-ikutan.
"Loh emang kamu mau kemana?" Tanya Ayah Minju. Membuat Minju mengerutkan dahinya.
"Mau pulang kan?"
"Iya, tapi kamu ga pulang bareng ayah bunda."
"Lah terus Minju pulang sendiri?"
"Engga..."
KAMU SEDANG MEMBACA
bittersweet
Фанфикbittersweet • /ˌbɪt̬·ərˈswit/ (adj.) containing a mixture of sadness and happiness.