Yujin berubah menjadi sosok yang dingin dan pendiam, lagi tidak ingin mempedulikan apapun. Dan memilih tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Berat rasanya harus menerima kenyataan dimana ia gagal membawa timnya menuju final.
Yujin merasa kecewa pada dirinya sendiri.
Merasa gagal menjadi kapten.
Merasa menghancurkan semua harapan yang ada di tangannya saat itu.Semua persiapan dan perjuangan yang mereka lakukan, terbuang sia-sia begitu saja.
Seharusnya ia bisa melakukan semua itu dengan lebih baik lagi.
Seharusnya memang ia melakukan dengan lebih keras lagi.
Pikirannya saat ini hanya dipenuhi oleh hal seharusnya, seharusnya, dan seharusnya.
Karena bagaimana pun juga Yujin tetap merasa bersalah dan kecewa kepada dirinya sendiri.
Yujin juga masih harus nerima kenyataan tentang ankle kakinya yang cedera parah, membuatnya harus istirahat kurang lebih sebulan lamanya. Sedihnya, ini jadi tidak bisa berpergian. Bahkan jalan pun harus dengan bantuan tongkat penyangga.
Sudah tiga hari ini juga Yujin tidak masuk sekolah.
Selain karena kondisinya yang belum memungkinkan, ia juga masih ingin menghindar dari segalanya.Yujin tidak bisa membayangkan bagaimana respon teman-temannya saat mereka melihatnya nanti.
Apakah mereka akan menge-judge Yujin? Mengejek?
Atau bagaimana jika mereka malah memberikan tatapan penuh kekecewaan?
Tidak. Yujin belum siap menerimanya.
Minju baru saja keluar dari ruang ujian, langsung menyalakan handphonenya. Ia sengaja cepat-cepat menyelesaikan ujian agar bisa keluar lebih awal. Minju kepikiran dengan kondisi Yujin, yang semua orang pun tahu Ia sedang tidak baik-baik saja.
Dari tadi pagi Yujin belum membalas pesan dari Minju sampai saat ini. Ditelpon pun tidak aktif. Minju semakin gusar dibuatnya.
Kebetulan saat itu Yena dan Sakura melintas di depannya, langsung saja Minju hadang.
"Wait!"
"Anjai." Yena berhenti mendadak, hampir saja menabrak gadis bidadari didepannya itu.
"Kenapa, Kak?" Tanya sakura.
"Kalian ada yang bisa ngehubungin Yujin gak? Sumpah dia dari pagi belum ada kabar. Gatau apa gue disini khawatir setengah modar." Kata Minju langsung panjang lebar.
"Lah, itu anak kalo lagi kayak gini mana mungkin pegang hape." Ucap Yena.
"Ini kita mau langsung cabut ke rumah Yujin, lo mau ikut kak?" Tawar Sakura.
"Ikut aja udah, ntar dijalan gue ceritain sesuatu." Yena menambahkan.
Dan sepertinya Minju tidak punya pilihan lain.
Saat mobil Yena memasuki halaman rumah Yujin, mereka dikejutkan oleh pemandangan seorang pria paruh baya baru saja keluar dari rumah itu.
Dengan raut wajah penuh dengan amarah pria itu berjalan menaiki Range Rover hitamnya, lalu bergegas meninggalkan rumah Yujin. Tanpa sempat menyadari keberadaan mereka bertiga.
"Lah? Papanya Yujin?" Heran Minju.
Wajar jika Ia heran, karena setahu Minju om Edwin–ayah Yujin–itu hampir tidak pernah ada di rumah. Beliau berada di Australia, selalu sibuk mengurus perusahaan-perusahaan miliknya disana.
Tanpa menunda-nunda lagi, Yena, Sakura, dan Minju langsung masuk ke dalam.
Mereka melihat Bi Asih si asisten rumah tangga keluarga Yujin sedang membersihan pecahan kaca yang berceceran di lantai.
"Ini kenapa, Bi?!" Minju membantu Bi Asih membersihkan serpihan kaca.
"Anu.. Itu.. Tadi Yujin abis berantem sama Papanya. Udah mending sekarang neng Minju cepetan ke atas! Bibi khawatir sama kondisi Yujin."
"I-iya, Bi."
Sebelum Minju berlalu, Yena berkata, "Gue sama Kkura tunggu disini. Jangan lupa omongan gue tadi, pastiin dia ga aneh-aneh."
Minju menganggukkan kepala menanggapinya.
"Yujin?" Panggil Minju sebelum membuka pintu kamar Yujin. Hal pertama yang ia lihat adalah barang-barang yang berserakan dimana-mana, sungguh terlihat seperti kapal pecah.
Sedangkan Yujin duduk di lantai, bersandar pada kasur dengan kedua tangan memegangi kepalanya yang tertunduk.
Minju dengan cepat berlutut di depannya, meraih wajah Yujin.
Minju panik saat melihat wajah Yujin yang pucat, bibir mulai membiru, badannya berkeringat dingin.
Kemudian Minju melihat sebungkus plastik di genggaman Yujin yang melemah itu.
Minju membulatkan matanya begitu ia membaca 'Antidepresan' di plastik itu.
"YUJIN!!" Teriak Minju sambil menggoyangkan tubuh Yujin dengan keras berkali-kali.
Yujin masih sempat menatap Minju dengan tatapan lemah sebelum sedetik kemudian ia mendadak sesak napas dan mata Yujin mulai memutih.
"TOLONG!!"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
bittersweet
Fanfictionbittersweet • /ˌbɪt̬·ərˈswit/ (adj.) containing a mixture of sadness and happiness.