BDM~2.Accident

106 11 0
                                    

Hari ini matahari tidak mau menunjukan wajahnya kepada bumi. Dia menutupi dirinya dengan gumpalan awan hitam dan air hujan yang membasahi bumi.

Hal itu membuat lantai koridor kelas X IPS yang awalnya putih bersih menjadi penuh bercak coklat bekas sepatu para siswa SMA Angkasa. Khususnya para siswa Kelas X IPS.

Terlihat di ujung koridor ada seorang gadis cantik yang menepuk nepuk seragamnya yang agak sedikit basah.

Gadis itu lalu melangkahkan kakinya memasuki kelas X IPS 2. Gadis bernama lengkap Charrissa Rembulan itu mengedarkan pandangannya kesekeliling kelas.

Kosong.

Itu adalah salah satu kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan kelas X IPS 2 saat ini. Maklum saja, saat hari tidak hujan saja para siswanya baru lengkap saat bel masuk berdering 5 menit lagi.

Apalagi dengan sekarang. Tentunya bisa lebih siang lagi. Bulan menghembuskan nafasnya pelan. Dia lalu meletakkan tasnya dan mengambil 2 'barang keramat' yang selalu ia bawa setiap pagi.

Gadis dengan rambut lurus itu melangkahkan kakinya keluar dari kelasnya. Dia berniat menuju kelas XI IPA 1. Yap!. Kelas dari Matahari Deven Radeja.

Bulan tersenyum saat dia sudah memasukan dua 'benda keramat' itu kedalam laci meja Matahari. Dan menyingkirkan beberapa surat dari pengagum sepertinya dari laci cowok itu. Yap!. Bua benda itu adalah roti cokleat dan susu tanpa gula.

Gadis itu tersentak saat melihat Gio, teman dekat dari Matahari berdiri di depan pintu dengan kedua tangan yang terlipat didepan dada.

Cowok itu tersenyum misterius. Dia melangkah mendekati Bulan, yang membuat gadis itu memundurkan langkahnya beberapa langkah.

"Eh, ngapain mundur. Gue nggak bakal gigit lo kok" ucap Gio dengan wajah polosnya.

"Ka-Kak Gio, maaf! Plis jangan kasih tau kak Matahari soal ini" Ucap Bulan.

"Ih! Dedek gemes yaa?. Iya iya santai aja, gue gak bakal bilang sama tu es doger kok" Gio mengibaskan tangannya didepan wajah Bulan.

"Eh , makasih kak. Aku permisi ya kak" Bulan buri buru melangkahkan kakinya menjauh dari Gio.

Sedangkan Gio tersenyum melihat tingkah menggemaskan adik kelasnya itu. Dan tentu saja, sebagai teman sejati dari Matahari wajib hukumnya memberitahukan tentang gadis-yang menurutnya imut-itu.

Tepat 2 menit setelah kepergian bulan, Matahari memasuki pintu kelasnya dan menemukan Gio dengan senyuman aneh di wajahnya.

"Pagi mas mamat. Gue ada berita bagus buat lo" ucap Gio tepat setelah Matahari duduk di kursinya. Matahari melirik sekilas pada cowok berambut acak acakan itu.

"Apa?"

"Lo tau gak?. Selama ini yang ngasih roti ama susu ke elo itu orangnya cantik banget. Udah gitu dedek gemes lagi" terang Gio menggebu gebu.

Matahari mengangkat sebelah alisnya, masih belum menangkap maksud dari sahabatnya yang otaknya kadang memang terlalu sulit untuk di mengerti.

Lagipula, apa hubungannya dengan dirinya. Baginya siapapun orang itu tidak penting.

****

Sore harinya sang surya kembali menampakkan wajahnya pada seluruh penghuni bumi. Menyisakan genangan air dari hujan sebelumnya.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit lalu, dan sekarang sekolah sudah sepi, hanya ada beberapa siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan para anggota OSIS.

Bulan melangkahkan kakinya keluar dari kelasnya. Hari ini adalah jadwal piketnya jadi otomatis dia pulang terlambat.

"Eh Bul, gue pulang duluan ya. Udah di tunggu kak Dylan di depan. Sorry gak bisa pulang bareng, kita mau langsung ke rumah oma soalnya" ucap Anes dengan nada menyesal.

Bulan dan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang