BAB 1

74 14 5
                                    

( Dilarang keras plagiat!)⚠
Hargailah penulis
(Vote + coment)

"Mungkin lo cowok nyebelin yang pernah aku temui"

Adakah satu kata yang menggambarkan menjadi pengurus osis dan membimbing adik kelasnya untuk lebih mengenal sekolah? Mungkin dari sebagian orang banyak yang menyukai hal tersebut, mungkin banyak juga  yang menganggap hal tersebut adalah hal yang menyenangkan, seru, berkesan, dan hal lainnya yang dianggap positif saat menjadi salah satu pengurus MPLS atau yang disebut Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah.

Tetapi, tidak bagi Aurel hari pertama membimbing adik kelas menurutnya capek, menjengkelkan, dan membuat banyak energi terkuras. Disaat teman - temannya yang  masih libur,  ia harus berangkat, menjengkelkan.

Sambil mengenalkan beberapa ruang di SMA 1 Jaya, Aurel mengusap wajahnya dengan kasar terlihat sangat letih  dan tidak bersemangat, untuk hari ini,  detik ini juga. Haruskah ia izin untuk tidak melanjutkan kegiatan di sekolah? Ah sudahlah itu hal yang tidak mungkin.

" Mba kalo  njelasin tu yang bener dong"  ucap salah satu cowok yang duduk di baris ketiga dari depan. Hanya gue beri anggukan kepala  buat ngejawab.

Usai  menjelasan tentang gambaran sekolah, ketua osis memanggil semua pengurus osis untuk berkumpul di laboratorium biologi , ketua osis memberikan informasi bahwa setelah ini akan diadakan  pelatihan baris berbaris di lapangan basket,  dan bimbingan  masal untuk murid baru.

"Oke guys sekarang kita kembali ke kelas masing - masing dan  ajak mereka  untuk ke atas" titah si ketos.

"Siap laksanakan ndan."

Aku pun kembali ke kelas dimana menjelaskan gambaran tentang sekolah ini. Saat aku masuk di kelas tidak ada yang ramai bahkan terlihat mereka masih malu - malu untuk ngobrol bareng.

"Dasar bocil"  batinku.

"Dek sekarang kita ke atas lapangan untuk melaksanakan baris berbaris, silahkan kalian keluar!"

Mereka pun menuruti perintahku, satu persatu  keluar dari kelas, saat ku beranjak untuk mengikuti mereka terdengar suara cowok memanggilku.

"Mba - mba." 

"Apa?"  Ucap ku ketus.

"A elah ketus -ketus amat mb." Dia pun menjejerkan langkahnya untuk menyamakan posisi jalanku.

"Dek cepat ke lapangan!" Tegasku, tanpa menghiraukan perkataanku, dia pun hanya senyam senyum gak jelas yang bikin gue tambah emosi.

"Ngapain senyam - senyum?"

"Mb kamu pendek."  Ucap dia dengan tawa puasnya lalu meninggalkanku.

"Maksudnya apa coba?" Batinku

Setelah semua berkumpul di lapangan basket, Kak Ferdi si ketos  berteriak lantang  agar semua murid baru menyiapkan diri dengan rapi.

"Pasukan  saya ambil alih, semuanya siap grak!"

Setelah semua berbaris dengan rapi, latihan baris - berbaris pun dilaksanakan hingga berulang- ulang agar semuanya lebih mendalami gerakannya.

Hidden Feeling✅| COMPLETED (Blm Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang