CHAPTER 2

48 6 0
                                    

Pagi yang cerah matahari bersinar terang. Aku dan Nia bersiap berangkat ke sekolah tapi sebelum itu, kita berhenti dulu ke toko buku. Aku turun dari sepeda motor dan pergi ke dalam untuk membeli buku, sementara Nia hanya menunggu di depan toko. Tak sengaja aku menjatuhkan buku milik pria yang tak kukenal, aku ingin mengambilnya tapi dia telah mengambilnya sendiri, aku menatapnya dia pun juga, dia tersenyum tipis padaku, aku pun membalasnya dengan senyuman, aku menatapnya tanpa henti seakan hanya dia yang ingin ku lihat.

"Mbak…Mbak..", katanya.

"Iya.", jawabku dengan lirih.

"Bisa permisi? Saya mau lewat, mau ke kasir.", katanya lagi padaku.

"Iya, silahkan.", jawabku dengan terkejut.

Setelah dia keluar dari toko baru aku ingat kalau aku belum minta maaf padanya, aku berusaha mengejar keluar tapi dia telah pergi.

Tiinn…Tiiinnn…

"Cepetan!", kata Nia.

"Oh iya…", Nia mulai kesal padaku karena aku kelamaan di dalam toko itu.

"Lama banget sih!", tegur Nia.

"Iya maaf ya…", jawabku dengan wajah melas.

"Iya, ayo kita pergi, nanti kita telat lagi ke sekolah.", jawab Nia dengan lembut.

Aku pun hanya menganggukkan kepala. Di jalan aku terus kepikiran dengan laki-laki itu mulai dari tatapannya, senyumnya dan lainnya. Aku terus saja memikirkannnya sambil senyum-senyum sendiri seperti orang gila.

-------

Di kosan Nia mulai kepoin aku, dia tanya padaku. "Kenapa sih tadi kamu lama banget?".

Aku pun menceritakan semua yang terjadi tadi pagi pada Nia, karena aku binggung harus curhat sama siapa lagi selama ini hanya Nia teman curhatku. Setelah mendengarnya Nia pun menertawakanku, aku kan jadi malu.

Setiap pagi berangkat sekolah aku selalu berharap bisa bertemu dengan laki-laki itu tapi Allah berkehendak lain, akhir-akhir ini aku jarang bertemu dengannya entah di jalan ataupun di toko buku.

Di sekolah aku melihat semua temanku sedang bergosip, aku ingin melihat juga. Aku meminta teman-temanku untuk minggir agar aku bisa lewat dan melihat gosip apa yang sedang mereka bicarakan, dan teryata mereka sedang membicarakan seorang laki-laki yang aku temui saat di toko buku itu. Setelah melihat itu aku langsung duduk di tempat dudukku.

Nindi yang juga teman dekatku, dia datang menghampiriku dan bertanya, "Gantengkan pria ini?", sambil menunjukkan fotonya padaku.

"Iya.", dengan spontan aku menjawab. "Eh maksudku biasa aja.", alasan dariku untuk menyembunyikan kalau aku suka sama dia. "Ngomong-ngomong dia namanya siapa?", tanyaku pada Nindi dengan rasa penasaran.

"Fano, kenapa? Kamu suka sama dia?", jawab Nindi sambil mengejekku.

"Enggak, biasa aja kali!", jawabku dengan suara agak keras.

Tiba tiba Nia datang dan melihat foto laki-laki itu. "Ohh… Jadi ini laki-laki yang kamu suka Sa?", Nia bertanya tanpa melihat Nindi yang sedang di sampingnya.

"Jadi kamu beneran suka sama dia? Cieee…", Nindi mengejekku lagi.

Pipiku menjadi merah karena diejek terus sama Nindi. Aku menginjak kaki Nia sebagai tanda kalau aku sedang marah padanya, lalu Nia duduk di sampingku dan mendekatkan mulutnya ke telingaku sambil mengucap maaf padaku.

KETIKA KAMU DAN AKU MENJADI KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang