CHAPTER 7

10 6 0
                                    

Bel pulang telah berbunyi aku, Nia dan Nindi bersiap untuk pulang ke kosan, tapi di depan kelas sudah ada Jo yang menungguku. Aku, Nia dan Nindi tetap berjalan menuju arahnya. Saat di depanku, Jo meletakkan kaki kirinya dan menekuk kaki kanannya sambil memberi bunga padaku. Semua teman-temanku memperhatikan tingkahnya itu.

"Elsa aku mau nyatain perasaanku padamu, kalau selama ini sebenarnya aku suka sama kamu.", kata Jo.

Mataku melebar karena syok sedangkan Nia dan Nindi hanya terdiam, dan semua teman-temanku hanya memperhatikan. Tiba-tiba Dino datang dan membuang bunga dari tangan Jo, lalu menginjak-injaknya sampai hancur. Jo merasa kesal melihat tingkahnya Dino.

"Apa-apaan lo ngrusakin bunga gue!", bentak Jo.

"Ke. . kenapa? E. . Elsa itu ha. . hanya. . mi. . milik . . gu. . g. gue!", sahut Dino.

"Ha..ha..ha.. bicara aja mblekak-mblekuk mau nyatain perasaan pada Elsa, benerin dulu bicara lo!", ejek Jo pada Dino.

"Stooopp!!", teriakku.

"Kalian ini apa-apaan sih? Malu-maluin aja, udah puas sekarang udah buat aku malu di depan semua teman- temanku?!", bentakku.

"Lo sih!", kata Jo menyalahkan Dino.

"Kok. . g. gue ya l. . lo. . lah!", sahut Dino.

"Udah stop!!", bentakku lagi. "Kalian berdua pingin tau kan apa jawabanku tentang perasaanku? Jawabanku, aku nggak akan milih di antara kalian berdua! Puas!!", jawabku dengan keras dan berlari meninggalkan mereka semua, Nia dan Nindi pun pergi mengikutiku.

Sesampainya di kos, aku melempar tasku dan membaringkan badanku di atas kasur, dan perlahan butiran air bening menetes dari mataku.

Nia dan Nindi datang menghampiriku. "Udah dong El kamu jangan sedih.", kata Nia.

"Aku nggak sedih kok, cuma kesal aja sama Jo dan Dino.", jawabku.

"Tapi aku salut sama mereka berdua, karena mereka berani nyatain perasaannya padamu El.", kata Nindi.

"Iya juga sih, tapi aku nggak pingin nyakitin perasaan mereka, kan aku nggak suka sama mereka.", kataku.

"Benar juga ya.", jawab Nindi.

"Udahlah, masalah tadi nggak usah kalian pikirin lagi. Anggap saja angin lalu.", kata Nia. Aku dan Nindi hanya menganggukkan kepala.

*****

Hari ini hari libur, Nia dan Nindi mengajakku jalan-jalan ke taman. Awalnya aku menolak tapi mereka memaksaku dan akhirnya aku mau. Kami bertiga berjalan bersama-sama melihat pemandangan yang indah serta suara gemericik air mancur di taman. Kami menikmati pemandangan itu, aku duduk sendiri sambil melihat keramaian orang-orang, sedangkan Nia dan Nindi asyik dengan memfoto pemandangan disana.

Aku merasa senang berada di taman itu tapi kesenanganku itu berubah saat aku melihat Fano disana. Aku berusaha menghindar dari pandangannya tapi Fano tetap saja melihatku, aku berusaha lari dan sembunyi di belakang pohon besar tapi Fano tetap mengejarku dia melihat ke arah kanan dan kiri untuk mencariku. Saat Fano ingin berlari ke arah membelakangiku, aku malah berteriak, aku terkejut karena tiba-tiba di tanganku ada ulat bulu, aku langsung menutup mulutku dan melihat ke arah Fano lalu berlari. Fano yang mendengar jeritanku terus mengejarku. Tak lama kemudian aku menghentikan taxi agar bisa mengantarku pulang ke kos, aku melihat Fano dari kaca belakang taxi itu, aku melihat penyesalan pada dirinya, kupikir mungkin dia tak bisa mengejarku. Saat di perjalanan pulang aku teringat sama Nia dan Nindi lalu aku menghubunginya dan menceritakan apa yang telah terjadi padaku dan mereka pun memahaminya.

KETIKA KAMU DAN AKU MENJADI KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang