CHAPTER 5

19 5 0
                                    

Hari demi hari hubunganku dengan Fano semakin dekat hampir setiap hari kita telfonan, chatan, dan Fano selalu curhat padaku tentang aktivitasnya kepadaku dan aku pun bertanya padanya apa saja yang dia sukai, kalo di bilang sih kita udah seperti teman dekat.

Sore itu Fano menelfonku, dia mengajakku untuk ke cafe. Betapa bahagianya diriku, aku berfikir mungkin Fano ingin menyatakan cinta padaku. Aku berlari menemui Nia dan menceritakan acara dinnerku nanti malam dengan Fano, dan Nia pun bahagia mendengarnya.

"Udah sekarang kamu pilihin baju yang bagus untukku.", kataku pada Nia.

"Baiklah.", jawab Nia.

Kita memilih baju lama banget, sampai-sampai semua baju di lemari kita keluarkan semua, dan setelah selesai memilih baju, Nia merias wajahku.

"Aku senang banget punya sahabat baik sepertimu.", kataku pada Nia.

"Aku juga, kalau kamu bahagia aku pasti juga bahagia.", jawabnya.

Tiinn. . . Tiiinnn. . .

"Hahh... Fano sudah datang!", kataku panik mendengar suara klakson mobil Fano.

"Udah kamu cepetan keluar sana.", ucap Nia padaku.

Aku mengganggukkan kepala dan pergi membuka pintu. "Hai...", kataku kepada Fano.

"Hai juga, kamu terlihat cantik.", jawab Fano menggodaku.

Aku membalas pujiannya, "Kamu juga terlihat ganteng, keren lagi."

Fano tersenyum padaku. "Ayo kita pergi sekarang.", ajak Fano.

"Ayo.", jawabku.

Fano membukakan pintu mobilnya untukku. Aku diperlakukan seperti seorang putri.

"Makasih.", ucapku pada Fano dan Fanopun tersenyum.

Di perjalanan dadaku selalu berdetak kencang, entah kenapa aku rasanya grogi, aku gelisah, aku berusaha tenang agar Fano tidak curiga padaku. Setelah sampai di cafe aku melihat ada seorang cewek yang wajahnya tak asing lagi bagiku. Fano menuju ke arahnya, akupun mengikutinya dari belakang.

"Hai.", kata Fano menyapa cewek itu dan cewek itu hanya tersenyum manis pada Fano. "Elsa kenalin, dia pacar aku namanya Shila.", ucapan Fano memperjelas padaku.

Batinku rasanya tersiksa, aku ingin menangis melihat mereka berdua.

"Hai... Kenalin namaku Shila.", sambil memberikan tanganya padaku.

"Hai... Aku Elsa.", jawabku sambil menjabat tangan Shila.

"Ya udah kita duduk dulu yuk.", ajak Fano.

"Em... Maaf ya, barusan Nia mengirim pesan ke aku katanya ibu kos nyariin aku, jadi aku harus pergi. Kapan-kapan aja ya kita makan-makannya.", alasanku agar aku bisa pergi dari tempat itu.

"Tapi...", ucap Fano. "Mau aku antar?", kata Fano lagi.

"Udah nggak apa-apa, aku bisa naik taxi kok.", jawabku padanya sambil pergi meninggalkan mereka berdua.

Aku keluar dari cafe, lalu aku berlari ke arah jalan gantung sambil melepas sandal high heelsku itu. Aku berdiri di atas jalan gantung dan berteriak sekencang- kencangnya.

"Aaarghhh!!! Kenapa sih semua orang harus ngerasain jatuh cinta, kalau itu semua hanya akan menyakitkan kita!!", teriakku.

Biarkan orang yang melihatku berkata apa aku tidak memperdulikannya. Tiba-tiba ada mobil yang berhenti menghampiriku, ternyata itu Nindi. "Elsa kamu kenapa sih?", tegur Nindi padaku.

Aku hanya terdiam, rasanya mulut ini tak ingin berkata apa-apa.

"Ya udah, kalau gitu aku anterin kamu yuk."

Aku hanya menganggukan kepala.

Setelah sampai di kos, Nia begitu panik melihatku. "Elsa kamu kenapa? Apa yang terjadi padanya Nindi?", tanya Nia panik.

"Entahlah, aku menemukannya di jalan gantung.", jawab Nindi.

"Terus itu kenapa barang-barang kamu, kamu bawa kesini?", tanya Nia pada Nindi.

"Iya, sekarang aku ikut ngekos disini, soalnya orang tuaku sedang keluar kota.", jawab Nindi.

"Oh ya udah kalau begitu, ayo masuk.", kata Nia.

"Ayo.", jawab Nindi.

Setelah sampai di kamar Nia, Nindi bertanya padaku apa yang telah terjadi. Lalu aku menceritakan semua itu pada mereka.

"Apa??!", teriak Nia dan Nindi.

"Harusnya kamu itu move on El, kan masih banyak laki-laki di dunia ini.", tegur Nindi.

"Benar juga apa yang di katakan Nindi, aku harus move on.", batinku dalam hati.

"Udah malam lebih baik kita tidur, kalian berdua bersih-bersih sana.", kata Nia.

"Baiklah.", jawab Nindi dan aku hanya menganggukkan kepala.

Setelah sampai di kos, Nia begitu panik melihatku. "Elsa kamu kenapa? Apa yang terjadi padanya Nindi?", tanya Nia panik.

"Entahlah, aku menemukannya di jalan gantung.", jawab Nindi.

"Terus itu kenapa barang-barang kamu, kamu bawa kesini?", tanya Nia pada Nindi.

"Iya, sekarang aku ikut ngekos disini, soalnya orang tuaku sedang keluar kota.", jawab Nindi.

"Oh ya udah kalau begitu, ayo masuk.", kata Nia.

"Ayo.", jawab Nindi.

Setelah sampai di kamar Nia, Nindi bertanya padaku apa yang telah terjadi. Lalu aku menceritakan semua itu pada mereka.

"Apa??!", teriak Nia dan Nindi.

"Harusnya kamu itu move on El, kan masih banyak laki-laki di dunia ini.", tegur Nindi.

"Benar juga apa yang di katakan Nindi, aku harus move on.", batinku dalam hati.

"Udah malam lebih baik kita tidur, kalian berdua bersih-bersih sana.", kata Nia.

"Baiklah.", jawab Nindi dan aku hanya menganggukkan kepala.

KETIKA KAMU DAN AKU MENJADI KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang