CHAPTER 12

28 5 2
                                    

Hampir setiap hari setelah pulang sekolah aku menjenguk Fano dan menemaninya sampai malam hari.

Hari ini aku, Nia, Nindi, Jo dan Dino sama-sama menjenguk Fano.

"Dok, apa kita boleh masuk?", tanyaku pada dokter.

"Maaf yang boleh masuk hanya satu orang, nanti kalian bisa bergantian.", jawab dokter dan pergi meninggalkanku dan teman-teman.

"Kamu saja El yang masuk.", kata Nia.

"I. . iya.", saut Dino.

"Ya udah aku masuk duluan ya.", jawabku.

Melihat keadaan Fano aku merasa sedih, aku memeluknya aku meletakkan kepalaku di dada Fano dan berusaha memalingkan pandanganku dari wajahnya karena setiap aku melihat luka Fano, aku teringat kejadian pada malam itu. Air mataku tak henti mengalir.

"Fano bangun, aku kangen sama kamu, plis bangun.", kataku.

Dari arah jendela terlihat semua teman-temanku menangis melihat aku yang merasa terpukul karena Fano yang tidak sadarkan diri dari komanya. Tiba-tiba usapan tangan mengelus kepalaku, aku terkejut terdengar suara Fano memanggil namaku lemah.

"Elsa..."

Aku melepaskan pelukanku dan memegang erat tangan Fano.

"Fano kamu sudah sadar?", tanyaku. Air mata bahagia mengalir di pipiku dan Fano berusaha menghapus air mata itu.

"Kamu kenapa sedih?", tanya Fano.

"Aku nggak sedih kok.", jawabku sambil meletakkan tangan Fano di pipiku.

"Aku panggilin dokter dulu ya.", kataku pada Fano dan Fano pun hanya mengedipkan matanya.

Saat dokter sedang memeriksa Fano, aku menghampiri teman-temanku.

"Akhirnya Fano sudah sadar.", kataku dengan bahagia.

"Iya ya, Alhamdulillah.", jawab Nindi.

"Iya, itu benar-benar keajaiban.", kata Nia.

Mendengar itu, aku, Nia, Nindi, Jo dan Dino pun merasa bahagia.

Dua hari setelah Fano sadar dari koma, sekarang dia dipindah di ruang rawat, aku senang melihat Fano sudah sembuh begitupun dengan teman-temanku.

"Fano maafin aku, selama ini aku jahat sama kamu.", kata Jo.

"Iya, aku sudah maafin kamu.", jawab Fano.

"Makasih ya Fan.", kata Jo.

"Iya, mungkin kejadian ini memberikan hikmah bagi kita semua, kalau cinta itu nggak bisa dipaksain dan mencelakakan orang lain demi cinta itu bukanlah solusi tapi menambah penderitaan.", jawab Fano.

Dan setelah kejadian itu Fano dan Jo menjadi seorang sahabat.

Beberapa hari kemudian setelah Fano keluar dari rumah sakit, Fano mengajakku pergi melihat sunset di atas bukit.

"Kamu ngapain ngajak aku kesini?", tanyaku.

"Makasih ya selama ini kamu sudah jagain aku seperti permintaannya Alm. Shila.", kata Fano.

"Iya.", jawabku.

"Though you are not my first love but you last love and forever love in my heart.", kata Fano sambil memegang kedua tanganku.

Aku sangat bahagia mendengar ucapan Fano, aku memeluk Fano begitu pun dengan Fano, dia juga memelukku sambil menikmati keindahan sunset dan hembusan angin dari atas bukit.

Cinta itu mengajarkan kepada kita untuk berbagi, walau ada dalam dua raga, namun setiap pasangan hanya memiliki satu hati dan di setiap hati pasti punya kesabaran yang siap untuk menanti siapa orang yang akan menyinggahi.

-SELESAI-

Hmm maaff yaa cuma bisa segitu
Semoga readers suka:*)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KETIKA KAMU DAN AKU MENJADI KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang