CHAPTER 6

12 5 0
                                    

Pagi-pagi di sekolah kita bertiga berangkat bersama. Seperti biasa kita menuju ke kantin sekolah, saat kita sedang makan tiba-tiba Jo, ketua OSIS di sekolahku datang menghampiriku.

"Hai Elsa.", sapanya padaku dan aku hanya tersenyum.

Sejak dulu Jo memang suka mendekat padaku tapi aku mengabaikannya. Saat aku sedang makan tiba-tiba Jo ingin memegang tanganku, lalu aku alihkan tanganku dari tangan Jo. Tingkah laku Jo membuatku tak selera makan.

"Bu, ini tolong dibungkus aja ya.", kataku pada ibu kantin.

Nia dan Nindi hanya memperhatikan tingkah lakuku itu.

"Elsa kamu mau kemana?", tanya Jo.

"Ya mau ke kelaslah, bentar lagikan masuk!", jawabku dengan nada yang keras. Lalu Nia dan Nindi mengikutiku masuk ke kelas.

Hampir beberapa jam Fano menelfon dan mengirim pesan padaku tapi aku biarkan saja apa yang ingin Fano lakukan.

"Siapa El?", tanya Nia.

"Nggak penting, bukan siapa-siapa kok.", jawabku menyembunyikan kenyataannya pada Nia.

Di dalam kelas tiba-tiba Dino datang menghampiriku, seorang laki-laki yang bicaranya gagap itu membuatku risih, dia selalu mengangguku, entah saat istirahat atau saat pelajaran.

"Huhh!! Kenapa sih hari ini ada dua cowok yang nggak jelas, bikin bete aja!", kataku kesal.

Nia dan Nindi hanya memperhatikanku, mereka tak berkata apapun padaku, itu juga yang membuatku tambah kesal.

Setelah beberapa hari Fano terus menelfonku, aku mulai kesal. Nomor HPnya aku blokir di HPku agar dia tak bisa menghubungiku lagi.

"Kenapa telfonnya nggak di angkat lagi?", tanya Nia.

"Nggak apa-apa.", jawabku datar.

"Aku tau itu dari Fano kan? Kasihan dia hampir setiap hari menelfon tapi nggak kamu angkat.", kata Nia.

"Mulai detik ini dan seterusnya aku mau move on dari Fano.", jawabku tegas.

"Tapi El, semakin kamu berusaha menghapusnya dari hatimu, semakin sering dia muncul dalam pikiranmu.", kata Nia.

"Pokoknya aku harus move on.", kataku.

"Itu harus, kan sekarang kamu udah punya dua cowok, yang satu Jo dan yang satunya lagi Dino yang gagap itu.", kata Nindi meledekku. Nia melihatnya hanya tertawa.

"Apaan sih! Jangan sampai aku punya cowok kayak gitu.", kataku pada Nia dan Nindi.

Saat kita sedang asyik bercanda-canda, suara ketok pintupun berbunyi.

"Siapa sih yang datang malam-malam gini?", tanyaku.

"Entahlah, biar aku yang bukain.", jawab Nindi.

Ternyata yang datang itu Dino, dia datang ke kos kami hanya ingin memberi martabak coklat kesukaanku.

"E... Elsa nya a.. ada?", katanya dengan suara yang nggak jelas.

"Ada kok, masuk aja.", jawab Nindi.

"Ha... hai El. . sa. . ini. . mar. . martabak bu. . buat ka. . kamu.", kata Dino.

Aku melihat tingkahnya itu seperti orang bingung dan bodoh, sedangkan Nia dan Nindi hanya tersenyum dan menertawakanku.

"Iya makasih ya, harusnya kamu nggak usah repot-repot.", jawabku pada Dino.

"Nggak pa. . pa. . k. . kok.", kata Dino.

Tiba-tiba suara ponsel Dino berbunyi dan ternyata itu dari mamanya.

"Dino udah malam cepat pulang!!", teriakan mamanya sampai terdengar di telingaku. Aku hanya tersenyum melihatnya.

"I. . iya ma. . mama, be. . bentar la. . la. . g. . gi, a. . ku sa. . sam. . pai ru. . rumah k. . kok." jawab Dino pada mamanya lalu mematikan telfonnya.

"Jadi dia itu anak mama.", bisik Nindi pada Nia lalu mereka tertawa lagi.

"A. . aku pu. . pulang. . dul. . dulu . . ya. . sem. . semua. . . nya.", kata Dino.

"I. . i. . ya.", jawab Nindi. "Kenapa aku jadi ikut-ikutan gagap?", kata Nindi lagi.

"Huuusss!!", kataku pada Nindi dan Nia.

"Ayo aku antar ke depan.", kataku pada Dino.

Dino hanya menganggukkan kepala, "B. . bay El. . Elsa.", kata Dino.

Dan akupun hanya melambaikan tangan dan tersenyum tipis padanya. Saat aku masuk ke dalam lagi, ternyata martabakku tadi udah dihabiskan sama Nia dan Nindi.

"Ya ampun...kalian menghabiskannya.", kataku.

"Sering-sering aja kamu suruh dia kesini bawa makanan ha. . ha. . ", ejek Nindi.

"Iya martabaknya enak.", sahut Nia.

"Iih kalian apaan sih!", jawabku kesal dan mereka berdua hanya tertawa sambil makan.

********

Siang hari aku duduk melamun di perpustakaan sambil membolak-balik buku yang ada di depanku, tiba-tiba gulungan kertas kecil mengenai kepalaku.

"Siapa yang melempar ini? Iseng banget sih!", batinku. Saat aku menoleh ke belakang, aku melihat Jo di belakangku sambil mengangkat gumpalan kertas dan ingin melemparnya ke arahku. Aku menatapnya dan dia hanya tersenyum padaku lalu menghampiriku.

"Kamu kenapa sih?", tanya Jo padaku.

"Nggak apa-apa! Harusnya aku yang tanya sama kamu, kamu kenapa sih nglemparin aku pakek kertas ini!", tanyaku agak marah.

"Ya habisnya dari tadi aku lihatin kamu hanya bolak-balik buku itu aja, kan kasihan bukunya kalo nggak di baca.", jawab Jo sambil bercanda.

"Hemmtz... Lucu ya? Nggak lucu tau!", sahutku pada Jo dan pergi meninggalkannya sendiri.

KETIKA KAMU DAN AKU MENJADI KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang