CHAPTER 10

12 5 0
                                    

Setelah kejadian itu Fano menjadi lebih dekat denganku, hampir setiap pagi Fano menjemputku dan mengantarku ke sekolah. Setiap waktu kuhabiskan bersama Fano seperti sepasang kekasih tapi aku tak ingin berharap lebih, bisa dekat sama Fano setiap hari, itu sudah membuatku bahagia.

Hari ini hari ulang tahunku aku berharap teman-temanku mengingatnya tapi ternyata harapanku sirna, semua teman-temanku tak mengingat hari ulang tahunku termasuk Nia, Nindi dan Fano.

Saat pulang sekolah Fano menjemputku. "Hai, kamu kenapa kok sedih?", tanya Fano sambil memegang wajahku.

"Nggak apa-apa kok.", jawabku sambil memalingkan wajahku.

"Em…nanti malam aku jemput kamu ya?", tanya Fano padaku.

"Nggak ah, aku males.", jawabku pada Fano.

"Udah pokoknya nanti malam aku jemput kamu.", kata Fano sambil memegang tanganku.

Aku menatapnya, aku teringat saat pertama kali bertemu sama Fano.

"Ya udah sekarang aku antarin kamu pulang.", kata Fano padaku.

"Iya.", jawabku sambil tersenyum padanya.

Malam hari tiba, Fano mengajakku pergi ke sebuah cafe dan memesan tempat di lantai atas. Tempat itu indah, dari sini aku dapat melihat bintang-bintang yang bersinar. Aku terkejut melihat kejutan dinner dari Fano, walaupun dia lupa hari ulang tahunku tapi kejutan ini bagiku sangat berarti. Fano mempersilahkan aku untuk duduk, dia tak henti menatapku.

"Kamu kenapa sih, ada yang salah ya?", tanyaku pada Fano.

"Nggak, kamu malam ini cantik banget.", jawab Fano.

"Apaan sih.", kataku.

"Emang bener.", jawab Fano sambil tersenyum.

Tiba-tiba lampu cafe itu padam lalu menyala lagi sambil di iringi suara alunan biola yang indah, di saat itu Fano mengajakku untuk berdansa, aku menikmati suasana malam itu begitupun dengan Fano. Setelah dansa itu berakhir, Fano menutup mataku dengan penutup mata lalu menuntunku berjalan mengikutinya. Fano berhenti dan membuka penutup mataku, disitu aku melihat banyak sekali bunga-bunga yang bermekaran. Fano menatapku begitupun denganku, tatapan Fano mulai mendekat padaku, aku memejamkan mataku dan Fano membisikkan kata di telingaku, "Happy Birthday sayang…"

Mendengar ucapan Fano aku terkejut dan membuka mataku sambil berfikir. "Ternyata selama ini Fano menganggapku lebih dari seorang sahabat.", tubuhku terasa kaku, aku tak bisa berkata apa-apa.

Malam itu, tiba-tiba teman-temanku datang saat aku sedang bersama dengan Fano.

"Surprise!!!", teriak teman-temanku.

Aku terkejut, air mataku tak henti menetes.

"Happy Birthday Elsa..", kata Nia dan Nindi sambil menghampiriku dengan membawa kue coklat kesukaanku.

"Jadi kalian semua ingat sama ulang tahunku?", tanyaku.

"Iya, dan ini semua rencana Fano untuk memberikan kejutan sama kamu.", jawab Nindi.

"Oyah? Makasih ya Fan.", kataku sama Fano sambil menginjak kakinya.

"Auu!!", teriak Fano, dan aku hanya tersenyum melihatnya. "Kok diinjak sih kakiku?", kata Fano.

"Biarin kamu sih kasih surprise nggak bilang-bilang.", jawabku.

"Kalau aku bilang namanya nggak surprise dong.", kata Fano.

"Udah sekarang kamu tiup lilinnya dan potong kuenya.", kata Nia padaku.

Akupun meniup lilin dan memotong kuenya.

"Potongan pertama pasti untuk orang yang special.", sahut Nindi.

Akupun menatapnya sambil tersenyum lalu memberikan potongan kue itu pada Fano.

"Suapin dong.", sahut Nindi lagi dan diteruskan dengan teriakan teman-temanku.

"Suapin…suapin…"

Akupun menyuapi Fano, malam itu Nindi benar-benar membuatku malu di depan teman-temanku.

KETIKA KAMU DAN AKU MENJADI KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang