14. Masa Lalu

14 1 0
                                    

Sasa masuk kekamarnya dengan tas ransel yang masih tergantung dipundaknya, karena ia barus saja selesai les. Ia meletakkan tas itu dan mulai mengabsen buku-buku yang hendak dibawanya besok. Tiba-tiba, Sasa menyenggol sesuatu hingga terjatuh.

"Sapu tangan aku?" Tanya Sasa pada diri sendiri. Ia membuka paper bag kecil pemberian Reihan dan mengambil sapu tangan pinknya. "Wangi" gumamnya sambil tersenyum setelah mencium aroma dari sapu tangannya.

Drrrtt...drrrttt...drrtt....

Ponsel Sasa bergetar berkali-kali, menandakan ada panggilan masuk.

"Halo Mas, kenapa?"

"..."

"Emang Uwak Pakde kemana?"

"..."

"Ohh..iya lupa, mereka lagi ke solo ngurus batik"

"..."

"Mau sih, tapi Sasa nggak berani ijin ayah"

"..."

"Sasa tunggu ya"

Roni mengjak Sasa untuk makan, karena dirumah hanya ada bibi. Orang tua Roni sedang sibuk mengurus bisnis di tanah kelahiran Papa Roni.

15 menit kemudian, Mama sudah mengetuk pintu Sasa.

"Masuk!" Perintah Sasa

"Ada Mas Roni tuh, katanya mau diajak makan?" Tanya mamanya

"Iya sih Mah, tadi udah telefon. Tapi Sasa nggak berani ijin ke Ayah" jawab Sasa sambil nyengir kuda

"Udah diijinin, gih siap-siap" suruh mamah

"Oke Mah, cuma tinggal ganti celana kok"

Mama mengangguk dan tersenyum "pake jaket sayang, dingin"

"Oke Mah..." jawab Sasa

Anita kemudian turun, kembali bergabung bersama Permana, dan Roni di ruang tamu. Tak berapa lama pun Sasa juga sudah turun dengan celana jeans hitam dan jaket pink dengan dalaman kaos polos putih, dan tas slingbangnya.

"Om, nceu, Roni pamit dulu yaa... maaf harus ngajak Sasa" pamit Roni sambil menjabat tangan om dan nceunya

"Iya gapapa" Jawab permana "Hati-hati" saut Anita hampir bersamaan dengan permana.

“Bawa Mobil Mas? Kenapa nggak motor?” tanya Sasa

“Kamu mau dingin-dinginan?” tanya Roni

“Heheheh...enggak juga”

“Ya udah masuk!”

Sasa menurut, kemudian masuk. Roni menutup kembali pintu Sasa dan mulai setengah berlari menuju kursi kemudi. Mobil Roni pun mulai merayap meninggalkan rumah Sasa.


“Kak?” Panggil Sasa saat mereka masih dijalan

“Ehm...” Tanya Roni

“Kok nggak ngajak Kak Billa sih?”

Sasa mulai menanyakan Nabilla, kekaksih Roni tapi tak satu sekolahan dengan Roni dan Sasa.

“Rumahnya lagi ada acara pengajian komplek, jadi nggak boleh keluar”

Sasa manggut manggut paham.

...

"Pesen aja!" Perintah Roni ketika mereka telah sampai diCafe yang tak jauh dari komplek Sasa

"Sasa mau camilan aja, salad buah sama Jus Alpukat nggak pake susu, tapi kalo ada gulanya gula merah ya mba?" Pinta Sasa

Sang pelayan mengangguk dan tersenyum "ok" Jawabnya. "Masnya?" Tanya mbanya kemudian

"Saya...nasi, ikan bawal sambel kecap ini satu, minumnya jus jeruk aja"

"Ok, sudah saya catat semua, tidak ada tambahan?"

"Enggak" jawab Sasa dan Roni hampir bersamaaan. Pelayan pun mulai berlalu meninggalkan mereka

“Lo diet?” Tanya Roni kemudian

Sasa mengangguk cepat “Enggak, tadi Sasa udah makan” Jawabnya

Roni mengangguk mengiyakan. “semakin hari Lo main deket sama Reihan?”

Sasa hanya tersenyum tipis

“Bagus lah kalo Lo bisa ngerubah dia”

“Ngerubah?” tanya Sasa heran

“Dulu Reihan nggak secuek itu, dia cenderung humoris, aktif, nggak serapi itu juga, gue pernah deket sama dia karena waktu kelas satu kita sekelas dan sampai sekarang kita masih satu team basket kalo lomba-lonba diluar, ya....bisa dikatakan bad boy lah. Tapi dia pinter terbukti bisa ngalahin gue, dia ranking Satu gue yang Ranking 2”

Sasa masih mendengarkan dengan seksama, tanpa sadar tangannya mengaduk ngaduk jus Alpukatnya yang baru saja datang diantar mbak pelayan.

“Tapi semua berubah”

“Sejak pacarnya meninggal?” potong Sasa

“Kok Lo tahu?” Tanya Roni heran

“Diceritain Jenni” Sasa cengir kuda

“Jenni pasti tahu dari gue juga pas kita bareng-bareng lari pagi sama anak-anak komplek Lo”

“Hehehe...iya” cengir Sasa lagi.

Pesanan datang, dengan ramah mbak pelayan mempersilahkan mereka menikmati pesanannya.

“Sebenarnya nasib Sasa sama Kak Reihan juga sama lho mas, tapi kenapa kak Reihan bisa terpuruk gitu ya?” tanya Sasa, matanya menatap lurus kedepan, membayangkan lagi bagaimana masa lalunya dulu. Masa yang juga paling membuat Sasa terpuruk.
Roni menghentikan makannya seketika, ketika Sasa kembali mengenang masa Lalunya “Lo kuat Sa, Lo nggak mau lihat dia terus sedih disana. Makanya Lo kembali ceria, beda sama Reihan mungkin dia terlalu menyesal” ucap Roni sambil meneruskan makannya.

“Apa memang kak Reihan yang menyebabkan pacarnya celaka? Aku yakin kak Reihan nggak sengaja” ucap Sasa sambil menyendokkan kiwi ke mulutnya.

“Nggak ada yang tahu Sa cerita sebenarnya. Yang tahu Cuma Reihan, keluarga kedua belah pihak sama temen-temen deketnya mungkin”

Sasa mengangguk paham.

“Gue ngerti Lo pasti juga kangen banget sama dia, tapi gue nggak mau Lo jadi sedih. Lanjutin makannya!”

Sasa tersenyum dan mengangguk. Memang benar... setiap hari Sasa memang rindy dia, bahkan Sasa tak jarang hingga menangis, tapi ya sudahlah...Tuhan punya alasan sendiri untuk ini semua. Semua tinggal Sasa jalani.

.....

Ocehan Author 😘
Waduuhh...dia yang dimaksud Sasa sama Roni siapa ya??? Kok masalalunya Sasa? Hm..hm...hm...pada penasaran nggak? Ayo donk ajak temen-temen, pacar, keluarga, sahabat, mantan baca cerita ini. Biar author juga makin semangat 😊 tinggalin jejak bintang dan komentar boleh banget 😍 komentar positif yang membangun ya gaeess. Semoga kalian suka sama tulisan aku. Love you gaeess ❤

The Second Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang