11. The Second "Boncengan"

14 0 0
                                    

Hanya tinggal menyebrang, Reihan sudah memasuki gerbang sekolahnya. Namun niatnya diurungkan karena melihat sesosok gadis yang keluar dari mobil Alphard putih dan memasuki gerbang sekolah. Saat si Mobil sudah mulai merayap meninggalkan anak majikannya, Reihan tersadar ia harus segera masuk ke gerbang sekolahnya, dan mengejar Sasa.

"Sa...Alexa..." Panggil Reihan setengah berteriak

"Hei, kak Reihan?. Kenapa kak?" Tanya Sasa

"Lo tadi malem mimpi apa gitu nggak?"

Sasa tampak berpikir, "Enggak kak, mimpi apaan?"

"Yakin Lo nggak mimpi apa-apa?"

Sasa menggeleng heran

"Lo nggak mimpiin gue?" Tanya Reihan lagi

Sasa menggeleng dan tampak menahan untuk untuk tertawa, begitu juga si Susi dan Rina teman sekelas Reihan, yang dibelakang mereka sedang duduk duduk santai dan mendengarkan pembicaraan mereka.

Reihan mengusap kasar rambutnya dan menyesali kata-katanya.

"Oke, oke. Lupain" kata Reihan seraya berbalik

"Eh...Kak Reihan, tunggu"

Reihan menoleh

"Ini..." Ucap sasa sambil memberikan uang selembaran merah

Reihan mengangkat sebelah alisnya seakan meminta penjelasan

"Buat ganti seragam yang kemarin" ucap Sasa

"Nggak usah Alexa..."

"Kak..jangan gitu donk, kan aku udah ngre...."

"Alexa...." kata-kata Reihan lembut, namun menusuk, tatapannya tajam hingga menembus jantung Sasa

"Jadi beneran ini kak?" Tanya Sasa lagi tak percaya

"Nggak usah, buat Lo aja beli batagor" ucap Reihan sambil berbalik menuju kelasnya

"100 ribu beli batagor?" Tanya Sasa dalam hati. "Ya udah deh... rezeki nggak boleh ditolak" ucap sasa berbinar, sambil memasukkan lagi uangnya di saku bajunya. Dan segera naik ke lantai 2 untuk menuju kelasnya.

Sedangkan Reihan sudah memasuki kelasnya, sudah duduk dengan santai. Tapi fikirannya masih memikirkan pertanyaan bodoh tadi yang ia lontarkan pada Sasa.

"Ah...lupa lagi, sapu tangannya" gumam Reihan sambil mengusap kasar kepalanya. "Oke deh, ntar aja pas pulang" Ujar Reihan.

......

Bel pulang berbunyi, seharian ini Sasa tampak ceria, tak ada lagi yang menganggunya. Hingga bel pulamg pun ia menyambutnya dengan antusias. Memang siapa ya, yang tidak antusias menyambut bel pulang setelah seharian bersekolah.

"Sa...gue sama Caca duluan ya, soalnya gue harus ke Administrasi bayarin SPP" Ucap Jennie pada Sasa

"Oh..gitu, oke nggak papa. Hati-hati ya nanti"

"Oke, Lo juga" ucap Jennie dan Caca hampir bersamaan

Sasa mulai keluar dari kelasnya, menuruni anak demi anak tangga hingga ia sampai ke lantai dasar.

"Kelas 12 udah pada pulang?" Tanyanya dalam hati, pasalnya ia menemukan koridor kelas 12 sudah sepi

"Alexa..." panggil seseorang

Sasa menoleh "Kak Reihan?"

"Sorry, gue tadi pagi lupa. Ini sapu tangan Lo" ucap Reihan sambil memberikan paper bag kecil berwarna biru "makasih banget ya" lanjutnya

"Ya ampun, di bungkus paperbag segala. Makasih juga ya kak"

Reihan tersenyum dan mengangguk

"Kak, kok kelas 12 udah sepi aja sih?" Tanya Sasa akan rasa penasarannya itu

"Jam terakhir tadi kosong, guru-guru kelas 12 pada rapat. Bahas jam tambahan buat kelas 12"

Sasa mengangguk paham.

"Lo pulang sama siapa?" Tanya Reihan

"Sama...." kata-kata Sasa menggantung. "Bentar ya kak, hp Sasa bunyi"

Reihan mengangguk

"Assalamu'alaikum Ayah?"

"..."

"Iya...ini Sasa udah mau pulang, gimana?"

"..."

"Lo...mobil ayah kemana?"

"..."

"Hm...ya udah deh"

"..."

"Gapapa kok Yah, hati-hati ya Ayah"

"..."

"Oke Yah... Wa'alaikumsalam"

Sasa kembali memasukkan ponselnya dalam saku, Alis Reihan terangkat sebelah seakan meminta jawaban atas pertanyaannya tadi.

"Sasa pulang sama ojol kak.." cengir Sasa

"Emang Sopir Lo?"

"Pak Hendi nganterin Ayah ke Bogor ngurus pabrik tehnya. Supir yang biasanya nganter ayah lagi sakit"

Reihan mengangguk paham

"Ya udah deh kak, Sasa duluan ya. Makasih"

"Eh..bentar Alexa" Reihan mencekal tangan Sasa untuk memberhentikannya. "Pulang sama Gue" lanjutnya

"Jangan Kak, nggak usah. Ntar ngerepotin lagi"

"No prob Alexa..."

Kalau Reihan sudah mengeluarkan jurusnya, dengan berkata lembut namun menusuk. Alexa tak bisa membantah lagi. Ia hanya bisa mengangguk pasrah, meng-Iyakan ajakan Reihan.

"Ayo..." ajak Reihan

Sasa pun akhirnya berjalan dibelakang Reihan, para siswa yang belum pulang pun kembali saling penasaran, kenapa Sasa dan Reihan barengan lagi? Ada apa sebenarnya?

Sasa tampak agak risih, dan malu. Sedangkan Reihan...ia tampak acuh, cuek dan tidak peduli.

Sesampainya di parkiran, Reihan memberi Sasa helm merah yang selalu ia bawa, dan ini kali kedua Sasa memakainya.

Mereka berdua pun mulai menaiki si kuda besi itu, mulai merayap perlahan meninggalkan tempat belajar mereka. Dan keluar menerobos ramainya jalanan Jakarta.

The Second Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang