10. PaperBag Imut

16 0 0
                                    

Reihan memasuki gerbang rumah megah dan langsung menuju bagasi bersama motor sportnya. Ia langsung memasuki rumah karena ingin segera istirahat.

"Jam setengah 3" gumamnya setelah melihat jam di arloji pergelangan kirinya.

"Udah pulang sayang?" Tanya Sania, Bunda Sasa.

"Udah bun" Jawab Reihan "Bunda mau kemana?" Tanyanya balik

"Mau nengok Restoran yang di Ciputat, terus pengen mampir Mall. Mau ikut?"

Reihan menggeleng pelan "Reihan capek Bun"

"Ohh..ya udah, ganti baju, Makan dulu terus Istirahat ya!" Perintah Bunda Reihan "Oh... Handphone Bunda ketinggalan dikamar"

Sania langsung menaiki anak tangga kembali, menuju kamarnya yang berada dilantai 2. Reihan dengan malas menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya, menumpahkan segala letihnya.

Bunda Reihan memang seorang wirausaha, saat ini sudah cukup banya Restoran dan toko kue yang tersebar diJakarta. Tak heran jika banyak cewek-cewek yang menggandrunginya karena tampan dan tajir.

Reihan sampai dilantai 2, melihat Bundanya keluar kamar dengan paperbag sedang di tangannya membuat Reihan ingat sesuatu.

"Bun...Bunda" panggil Reihan

"Ya Rei, kenapa?" Tanya Bunda

"Mau ke Mall kan?"

Sania mengangguk

"Beliin Paper Bag Bun, Ya...?" Pinta Reihan

"Paper Bag, kayak gini?" Tanya Sania sambil menunjukkan paperbag yang dibawanya

"Bukan Bunda...Paper Bag Imut imut"

Sania sedikit menahan tawa, kemudian ia bertanya kepada putranya heran

"Paperbag imut-imut, gimana?"

"Itu lo Bun, pokoknya paper bag kecil, kecil bangeeeeeet...."

"Ukuran?"

"Ukuran apa ya..." Reihan berpikir "A....sapu tangan Bun, iya. Sapu tangan"

"Sapu tangan?" Sania bertambah heran "buat apa sih?"

"Ada deh... Ya bun, oke? Ya udah berangkat gih Bun,  keburu Sore" ucap Reihan sambil meraih tangan Bundanya dan menciumnya

Setelah itu ia melenggang menuju kamarnya.

Sania hanya menggeleng, ada apa dengan putranya itu. Pikirnya.

.......

Sasa tengah menonton film dari laptopnya, ia mengisi waktu bosannya saat menunggu Kak Shella, guru les privatenya. Biasanya ia Les pada Jam 4 sore.

"Non..." panggil Bibi, yang saat itu pintu kamar Sasa tidak ditutup.

"Ya bi, kenapa?"

"Ada temannya diluar"

"Temen? Siapa?"

"Nggak tahu Non, perempuan"

"Cewek?" "Siapa?" Pikir Sasa "ya udah bi...suruh masuk, jangan lupa buatin minum ya Bi"

"Baik Non"

Bibi permisi, sedangkan Sasa segera mem-pause filmnya. Rasanya tidak sabar Sasa melihat siapa yang datang. Apa Jennie? Pikir sasa lagi, nggak mungkin kalo Jennie, bibi kan kenal. Oo...jangan-jangan Caca.

Sasa segera keluar dari kamarnya. Menuruni tangga demi tangga menuju bawah. Ia pun berpapasan dengan Bibi, yang sudah membawa 2 gelas Es Sirup dengan setoples cemilan.

The Second Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang