13. 2 tahun berubah

11 0 0
                                    

"Loh...Bi, Rujak siapa ini?" Tanya Sania pada bibi yang tengah sibuk meyiapkan makanan didapur.

"Punya den Reihan Nyonya" Jawab Bibi, sopan.

"Tumben tu anak beli rujak, buat saya mungkin kali ya Bi?"

"Hehehe...bisa jadi Nyonya"

"Tolong ambilkan mangkuk sama sendok ya Bi, saya kok malah ngidam beneran ini"

"Hehe...iya nyony" Bibi pergi kedapur untuk mengambil mangkuk dan sendok, tak berapa lama ia kembali lagi "Ini Nyony"

"Makasih Bi"

"Sama-sama"

Sania mulai menyendokkan rujak itu ke mulutnya.

"Em...enak sekali ini rujak, seger" katanya

Bibi hanya tersenyum, memperhatikan majikannya yang sedang keenakan makan rujak itu.

"Em...nyonya, 2 hari ini saya melihat den Reihan kok tidak seperti biasanya ya Nyony" ucap Bibi akhirnya angkat suara.

Sania menghentikan makannya sebentar, tampak berpikir mencerna kata-kata bibi.

"Nggak seperti biasanya gimana Bi?" Tanya sania sambil menyendokkan rujaknya kembali.

"Tadi pulang sekolah senyum-senyum sendiri Nyony, kayak lagi seneng banget gitu. Terus kemarin den Reihan minta tolong saya buat nyuciin sapu tangan pink dan dikasih parfume yang khusus Nyony"

"Khusus? Parfume apa Bi? Dan sapu tangan siapa Bi? Kok pink?" Sania mulai penasaran.

"Saya tidak tahu nyonya, saya pikir itu punya perempuan sapu tangannya"

"Iya sih Bi, kemarin juga minta beliin saya paper bag kecil seukuran sapu tangan gitu. Mungkin buat itu kali ya Bi"

"Iya nyonya, jangan-jangan den Reihan punya pacar Nyony" terka Bibi sambil senyum-senyum

"Alhamdulillah deh Bi, kalau ada yang bisa bikin Reihan seneng lagi kayak dulu. Saya juga rindu wajah-wajah ceria Reihan 2 tahun lalu" ucap Sania sambil menerawang masa silam, matanya pun berkaca-kaca.

"Iya Nyonya semoga saja, saya juga kangen dijahili sama den Reihan" saut Bibi "saya kebelakang dulu ya Nyony" lanjutnya

"Iya Bi, makasih ya... Bibi juga jangan lupa makan"

"Baik Nyony"

Sania lanjut memakan rujaknya itu, sedangkan Reihan baru saja turun dari kamarnya setelah selesai mandi dan sholat maghrib.

"Rei...makasih lho rujaknya" ucap Sania

Reihan terkejut, ia syock hingga mulutnya terbuka, hendak mendaratkan bokongnya kekursi meja makan harus harus perlahan-lahan seakan-akan jika ia duduk dunia akan roboh.

"Bunda makan?" Tanya Reihan masih tak percaya

"Iya...ini, sesendok terakhir ini. Mau? Enak banget lho Rei"

Reihan menggeleng dan mengusap kepalanya kasar.

"Bundaaaaa...kenapa dimakan?"

"Emang nggak boleh?" Tanya bundanya santai.

"Bunda...itu rujak spee..." Kata-kata Reihan menggantung.

"Spesial? Berapa sih harganya? Atau dari siapa?"

"Bukan gitu, itu bekasnya Reihan bun, nggak habis terus Reihan bungkus"

"Reihan...nggak ada ibu yang jijik karena makan bekas anaknya, dan ini seger banget lho, sayangnya habis" Jelas Sania

The Second Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang