15. Lupa PR

15 0 0
                                    

"Sa... Lo udah ngerjain PR Fisika kan?" Tanya Jennie mengingatkan.

Sasa yang baru saja duduk, terkejut bukan main. "PR?" Tanya Sasa matanya membulat sempurna "Gue lupa"

"Emang tadi malem kemana Lo? Bisa sampe lupa gitu?"

"Gue tadi malem lesnya bahasa inggris, jadi nggak lihat fisika sama sekali"

"Langsung tidur?"

Sasa mengangguk sambil cengir kuda andalannya “Lo udah?”

“Belum nunggu Caca” jawab Jenni “Ca...udah belum?”

“Bentar Jen, 4 nomor lagi” Caca

Sasa menghela nafasnya gusar, kalo nanti ia dan jennie sama-sama mengerjakan PR, bisa-bisa mapel pertama pak Suharno mereka dihukum. Dia masih berfikir keras, dan tiba-tiba ia teringat Reihan. Seperti menemukan sejuta Ide, mumpung belum masuk Sasa langsung buru-buru mengambil buku tulis dan LKSnya.

“Sa...mau kemana”

Sasa hanya menoleh, tak sempat menjawab jenni ia langsung saja ngacir keluar kelas dan menuruni anak tangga.

“Eh...neng Sasa, cari siapa?” Tanya Aris yang sedang duduk-duduk diluar kelas bersama Farhan “Bang Aris ya?” tanya Aris dengan sejuta PDnya.

Sasa masih celingak celinguk mencari cari sesuatu dari kelas Reihan, ia tak berani masuk karena ia merasa junior baru yang mungkin nanti tidak tahu diri.

“Neng Sasa” panggil Aris lagi

“apaa?” Tanya Sasa sedikit berteriak dan kesal

“mau ngapain sih?” tanya Aris

“Kak Reihan mana?” tanya Sasa

“Kenapa Lo cari Reihan, nggak cari gue?” goda Aris

Farhan yang sedari tadi merasa jengah dengan tingkah polah Aris akhirnya angkat bicara “Udah Sa, nggak usah didengerin. Ngapain cari Reihan?” tanyanya

“Em...Sasa lupa kak, kalo ada PR Fisika”

“Oo...mau dikerjain?” potong Aris “Sini sama babang Aris aja” lanjutnya

“Emang bisa?” Tanya Sasa tak percaya.

“Bisa dong, gini-gini Bang Aris juara lomba olimpiade fisika lho”

“Masak?”

“Iya...tapi pesertanya batu semua. Hahahaa”

Sasa mulai merasa kesal “Bisa bisa nilai sasa dapet telor goreng dong Kak Ariiiiissssss” ucap Sasa kesal

“udah diem lo, bacot nggak mutu gitu” ucap Farhan “Reihan belum dateng Sa...mungkin bentar lagi” lanjutnya pada Sasa

Sasa mulai resah, 7 menit lagi bel masuk berbunyi tapi Reihan belum juga datang. “Apa kak Reihan nggak masuk?” Tanya sasa dalam hati “mampus dong Sasa” gumamnya lagi.

“Nah...itu” ucap Farhan menyadarkan lamunan Sasa sekaligus membuat Sasa lega

“Rei...dicari bidadari Lo nih” ucap Aris “minta dikerjain PR Fisika, suruh sama gue nggak mau” lanjut Aris sok mendramatis

“hancur generasi bangsa kalo sama lu tong” saut Farhan

Sasa diam menatap Reihan penuh harap, Reihan menatapnya tajam dan wajah datar, membuat Sasa harus semakin kuat bertahan agar tidak pingsan.

“Masuk!” perintah Reihan

Sasa masuk mengekori Reihan dibelakangnya, benar saja kan banyak pasang mata yang mengikuti arah jalan Sasa dengan aneh. Apalagi nanti kalo dia tiba-tiba masuk.

Reihan duduk sedangkan Sasa masih berdiri didepannya.

“Mana?” tanya Reihan

“Ini kak” jawab Sasa sambil menyodorkan dua buku kepada Reihan “halaman 12 ada sepuluh nomor, tolong ya kak...” pinta Sasa sambil menampilkan puppyeyes andalannya.

Reihan mengambil buku yang ada dimeja, dibukanya buku Sasa dan dia lihat satu persatu. Ia pun mengangguk.

“Oke, kapan pelajarannya”

“Habis Istirahat”

“Jam ketiga gue Chat, keluar!”

“ Oke kak”

Bel masuk berbunyi

“Kak...Sasa ke kelas dulu ya”

Reihan mengangguk. Sasa pun mulai keluar kelas untuk menuju kelasnya, tak sengaja ia berpapasan dengan Aris, dan hampir menabrakya...

“Weiii....sini sini neng, peluk abang” goda Aris lagi

“Ihh...Kak Aris” Jawab Sasa kesal. Sasa pun segera minggir dan berlalu meninggalkan kelas Reihan.

“Woii...Rei. Lo mau ngerjain punya Sasa?” Tanya Aris

“Hmm”

“Tega Lo Rei, punya kita-kita nggak pernah dikerjain mentang-mentang punya cewek cantik dikerjain” curhat Aris sok sedih

“Bukannya Lo ambil sendiri di Tas gue?” tanya Reihan, dingin, cuek dan menusuk.

“Iya sih, sante mamen” Aris menyengir kuda

“Tau tuh” saut Farhan “Eh... Riko nggak masuk ya?” Tanya Farhan setelah menyadari tak ada hidung Riko dikelas.

“Enggak, neneknya hajatan” Jawab Aris

“Hajatan?” Tanya Riko

“Yo’i, hajatan nikahin kucing-kucingnya kali, nenek Riko kan punya kucing banyak”

“Ngawur Lo” Farhan menoyor kepala Aris

“Sedih adek mah duduk sendiri nggak ada yang nemenin” Aris semakin mendramatis

“Jijik” Saut Reihan

“Tidur sana sama Mbak Laras!” saut Farhan

“Siapa Laras?” Tanya Reihan

“Itu...Janda kompleknya Aris”

Hahaahahaha... Farhan, Rio dan danil yang berada di meja sebrang mereka pun ikut tertawa

“Anjir Lo” Ucap Aris sambil memasang wajah masam

Sedangkan Reihan ia cukup tersenyum dan geleng-geleng. Kemudian kembali fokus mengerjakan soal-soal PR Sasa.

...

Sasa nampak tenang mendengarkan pelajaran dari pak  Suharno tapi sebenarnya pikirannya memikirkan nasib PR nya dikelas Reihan “Dikerjain nggak ya?” Tanya Sasa dalam hati, ini sudah memasuki jam kedua, dan Sasa benar-benar resah.

“Sutt...Sa..sa” Panggil Jenni, berbisik

Sasa menoleh

“PR Fisika Lo kemana?” Tanya Jenni matanya bersiaga mengawasi pak Harno yang sedang menerangkan. Takut kalau-kalau beliau melihat Jennie ngobrol

Sasa dengan hati-hati menjawab “Gue kasih ke Kak Reihan”

Jennie sedikit menoleh, Matanya membulat terkejut,kembali menghadap pak Harno lagi. Lalu ia memberikan jempol tangannya kepada Sasa. Sasa hanya tersenyum.

Bel tanda pergantian jam berkumandang. Walau pelajaran fisika masih nanti habis Istirahat, namun karena Reihan bilang jam ke 3 Sasa jadi berharap dan semakin tidak tenang. “dia kan belum pernah punya nomor Sasa, gimana bisa chat?” tanya Sasa dalam hati. “gue juga nggak punya lagi” gumamnya lagi... berkali-kali Sasa mengecek hpnya, namun nihil. Akhirnya ia hanya bisa pasrah.

Drrrtt....drttt...

Ponsel sasa bergetar dua kali, menandakan ada pesan masuk.

“Awas ya kalo operator” gumam Sasa sambil mengambil ponselnya malas.

Oo... ternyata tidak pemirsah, dua notifikasi pesan whatsapp sudah bertengger diponsel Sasa. Buru-buru Sasa membukanya.

Nomor baru.

“Keluar”

“Sekarang!”

Sasa sadar itu siapa, ia pun segera beranjak keluar dan benar disana sudah ada Reihan berdiri dan bersandar ditembok kelas Sasa.

“Kak” Panggil Sasa

Reihan menoleh “Nih...udah semua”

“Makasih banyak ya kak”

Reihan mengangguk dan tersenyum

“Reihan? Ngapain disini? Kamu Sasa...ayo masuk”

Ooo...gawat ternyata bu Rini. Guru bahasa inggris yang akan mengajar kelas Sasa.

“Nggak papa Bu, balikin Novel” bohong Reihan

“Iii...yaa Buk” Sasa ikut berbohong.

“Yasudah kembali kekelas, Sasa? Ayo masuk!” perintah bu Rini.

Reihan mengangguk iapun  segera berbalik untuk meninggalkan kelas Sasa, sedangkan Sasa bersiap masuk kelas setelah bu Rini mendahuluinya.

“Kak Reihan?” tanya Jennie kepo, setelah ia sudah mendaratkan bokongnya dikursi.

Sasa mengangguk.

“Coba lihat” pinta Jennie, tanpa menunggu ba bi bu Jennie menyahut buku tulis Sasa dan membukanya “Gilaaa...kereeen, rapi banget Sa”

Sasa sedikit menggeser mendekati Jennie untuk melihat buku tulisnya “Pintar, Rapi lagi” gumam Sasa.

“Sasa...Jennie, mainannya nanti lagi. Ayo kita mulai pelajaran terlebih dahulu” Tegur bu Rini

Sasa dan Jennie tersentak, Sasa segera menjauhkan dirinya dari Jenni dan Jenni segera memberikan buku tulis didepan Sasa.

“Baik Bu” Jawab mereka hampir bersamaan.

Bu Rini memulai salam dan melanjutkan pelajaran. Sedangkan Jennie masih curu-curi pandang dengan Sasa sambil senyum-senyum dan menyenggol tangan Sasa, dan Sasa....Wajahnya sudah seperti tomat busuk sekarang. Hahahaha...

The Second Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang