14

56 9 0
                                    

Pagi ini di apartement. gue sedang bersiap-siap untuk pergi jalan-jalan bersama Devan.

"Selesai"

Gue membuka pintu apartement tapi kayanya pertemuan gue dan Devan ditunda karna didepan pintu gue berdiri 3 orang laki-laki dengan jubah hitam.

"Mau apa kalian kesini?"

"Maaf nona, bukan kami mau mengganggu acara nona. Tapi Sania sekarang lagi menyekap kaila"

"What!! dimana tempat penyergapannya"

"Digedung tua dekat toko ****"

"Baiklah. Kalian tunggu disini saya ganti baju dulu"

Gue masuk kedalam dan mengganti baju yang awalnya warna ungu sekarang gue ganti dengan warna hitam anti peluru ditambah jeket kulit dan dibelakang jaket itu berlogo Bz. Gue juga menggunakan topi hitam ditambah masker."

Gue keluar dari apartement bersama ke-3 anak buah gue.

Sampainya di gedung tua. Gue menggunakan bahasa isyarat untuk berpencar. Gue juga menggunakan eirphone untuk bisa berkomunikasi dengan yang lain.

Gue mulai masuk sambil memegang pistol. dengan pelan-pelan gue mendengar ada suara cewe yang lagi tertawa yang gue tau dia adalah Sania.

Gue mulai mengikuti suara itu dan gue berhenti disebuah pintu. Tak sabar gue menendang pintu itu sampai terjatuh.

"Berani juga lo datang kesini"

Gue melihat Kaila yang diikat dan badannya penuh dengan lebam.

"Lo apain dia??"

"Gue hanya memberi dia pelajaran."

"Urusan lo sama gue bukan dia"

"Gue tau urusan gue dengan lo bukan dengan mereka. Tapi gue mau orang yang lo sayang MATI ditangan gue."

Detik itu juga Sania menembakan peluru ke Kaila. Gue yang melihat itu akhirnya ikut menembak Sania.

Dorr

Sania terjatuh ke lantai. Gue yang melihat itu tersenyum.

"Jangan cari masalah sama gue"

Tiba-tiba seorang laki-laki datang dan lari menuju ke Kaila. Gue tau dia adalah Devin. Devin segera membawa lari Kaila tapi saat dia mau keluar Sania menembakan peluru kearah Devin.

Dorr

Bukan Devin yang terkena tapi gue. Gue pura-pura jatuh dan mendorong Devin untuk segera pergi dari sini. Sania yang melihat gue jatuh langsung tertawa padahal banyak darah yang keluar dari perutnya. Gue yang melihat itu bangun dan mengeluarkan peluru yang tetempel di baju gue.

"Gue gak sebodoh lo"

Sania hanya diam. Dia kira gue akan mati tapi sayangnya pikirannya salah.

"gue tau lo kembaran gue, karna lo masih ada hubungan darah dengan gue. Gue akan tetap bawa lo kerumah sakit"

Gue memanggil anak buah gue dan menyuruh mereka membawa Sania kerumah sakit. Sampainya dirumah sakit Sania segera dibawah keruangan ICU. Setelah dokter memeriksa Sania dokter itu keluar dari ruangan

"Gimana keadaan saudara saya dok?"

"Saudara anda baik-baik saja. Dan peluru itu tidak berbahaya."

'Yaialah gak berbahaya. Peluru itu gue yang buat sendiri untuk memyembuhkan bukan menyakitkan'

"Makasih dok."

"Kalau begitu saya permisi dulu"

Setelah dokter meninggalkan ruangan Sania
Gue segera pergi dan  beralih ke ruangan Kaila didepan pintu kaila dirawat gue melihat Devin. Gue memberanikan diri mendekati Devin.

RAIN👑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang