[9]: INI TERROR?

347 29 2
                                        

Malam itu adalah malam terburuk bagi Sabrina selama ia tinggal di asrama ini. Matahari sudah muncul, tapi matanya enggan untuk terbuka sebab rasa kantuk masih melandanya.

Kejadian tadi malam memang sedikit membuatnya merinding. Ia cukup ketakutan saat aroma darah itu masih terasa amis di hidungnya.

Sabrina membuka matanya, melihat sekeliling dan sama sekali tidak menemukan sosok Viola. Ia melihat ke arah jam alarmnya, pukul 07.15 AM. Pasti sudah berangkat madin, pikir Sabrina.

Tak ingin membuang banyak waktu, ia mulai bangkit dan menuju kamar mandi. Ia harus segera menyegarkan pikirannya. Saat ia mulai membuka pintu kamarnya, ia mulai was-was. Takut-takut jika ada bangkai hewan yang mati disana hingga baunya menyeruak masuk ke dalam kamarnya.

Namun ternyata nihil. Ia tidak menemukan apapun. Sabrinapun tersenyum lega.

Setelah keluar dari kamar mandi, Sabrina kembali masuk ke dalam kamarnya dengan sapu yang kini sudah ia genggam rapat. Wajah Sabrina sudah kembali segar. Senyum manis terpatri indah di wajahnya.

"Gila, nih kamar berantakan banget!" Omelnya pada diri sendiri. Sabrina mulai jongkok, mengambil tumpukan bukunya yang berserakan di lantai.

"Kalau kayak gini, pantas saja banyak hantu dikamar ini" lanjutnya sambil terkikik geli. Sabrina mulai merapikan barang-barangnya yang berserakan. Menyapu lantai hingga mengganti sprei tidurnya.

Memang pilihan yang tepat saat membolos kuliah dan mengisi waktunya dengan hal positif seperti ini.

Namun saat ia mulai merapikan pakaiannya, bau amis itu kembali menyeruak masuk ke dalam hidungnya.

Spontan saja, Sabrina langsung mual dan pusing. Bau ini benar-benar mengganggunya.

"Huekk!" Lagi, ia kembali mual. Kini keringat dingin sudah membanjiri wajahnya.

Dengan gerakan cepat ia menyalakan kipas angin dan bersandar pada lemarinya. Nafasnya mulai terengah.

"Bau apa sih ini?" Katanya setelah nafasnya mulai normal. Sabrina benci lihat darah, bau amis dan hal yang berhubungan dengan itu. Namun kenapa kini ia terus mencium aroma menjijikkan itu.

Sabrina menggeleng pelan.

"Ok Sabrina, positive thinking!"

Ia mengambil HP nya dan menyalakan musik dengan volume cukup kencang. Ini ia lakukan semata-mata hanya untuk menetralkan suasana kamarnya.

Baru saja jantungnya berdetak normal, kini ia kembali terkejut dengan bunyi dobrakan pintu yang sedikit kencang.

"Assalamualaikum!"

Suara nyaring itu muncul setelah pintu terbuka lebar. Viola masuk dengan wajah tidak bersalah, nyengir ke arah Sabrina.

"Lo bisa gak sih biasa aja?"

Viola tertawa nyaring. Ia melihat wajah Sabrina yang sedikit pucat dengan sorot mata yang mengejek.

"Kaget ya lo? Hahaha"

"Gak lucu tau gak!"

Viola masih tertawa kencang. Ia beringsut masuk dan mulai mengganti bajunya. Ia berbalik menghadap Sabrina.

"Gue cium sesuatu" katanya dengan hidung yang kembang kempis.

Sabrina terdiam. Ia tak ingin menceritakannya pada Viola.

"Bau apa?" Pancing Sabrina.

"Kayak bau darah gitu. Bau amis,"

Sabrina meneguk ludahnya susah payah. Bau itu memang nyata. Namun justru kini ia tidak bisa mencium baunya. "Perasaan lo doang kali" kata Sabrina menimpali.

"Idih, gak lah!" Viola berjalan mendekati Sabrina. Ia duduk dan mulai meneguk air putih yang ada di atas meja.

"Lo halangan?" Tanya Viola yang langsung mendapat gelengan dari Sabrina.

"Udahlah lupain aja. Mungkin juga bau hewan mati" kata Sabrina.

Ia tak ingin bercerita mengenai hal ini dengan Viola. Tidak untuk sekarang. Tapi kalau bau itu memang berasal dari makhluk halus seperti biasanya, kenapa ia juga mengganggu Viola?

Semoga setelah ini tidak akan terjadi apa-apa.

*****

Thanks for reading. Jangan lupa buat Vote dan comment ya..

Jangan lupa buat kasih kritik dan saran kalian❤

Nikmati aja ceritanya, maaf ya kalo cerita ini sedikit membosankan.

Best regards,
Naya

ASRAMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang