Kedua netranya peka
Kala aku menatapnya
Tanpa aba-aba ia menghampiri
Duduk lalu menyapa untuk mengawaliKali ini setelah perpisahan tiba
Sukar sekali untuk menemukannya
Rindu tak untuk raganya saja tapi juga netranya
Entah kapan jarak yang membentang musnahMencoba tak peduli sebenarnya
Jika tanpa sadar netranya bukan untukku saja
Biarlah, terserah itu hak yang ia punya
Untuk menatap netra manusia siapa saja
Surabaya, 10 Februari 2019
19:44 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksaraku
PoetryDalam sastra aku mengadu perihal rasa lewat aksara pada lembaran-lembaran kertas bewarna coklat muda dengan sebuah pena.