•••
Jonatan Christie POV
"Jo." Aku hanya menatap segelas hot americano dan mencoba tidak menghiraukan panggilan seseorang yang berada dihadapanku.
"Jo, aku bisa jelasin semua ke kamu tentang it-"
"Gue udah gak butuh penjelasan lagi. Yang lalu biarlah berlalu, buat apa di bahas lagi? Toh gak ada gunanya, sekalipun lo jelasin semuanya, kita juga gak akan balik lagi kayak dulu." Ucapku sambil mengubah posisi duduk.
Jujur sejak tadi rasanya diriku tidak nyaman untuk bertemu seorang yang kini berhadapanku, yang pernah mengisi hari-hariku dulu.
"Maafin gue, Jo." Lirih perempuan yang berada di hadapan gue.
"Gue udah maafin lo kok, ada seseorang yang ngajarin gue arti sebuah memaafkan. Dulu gue memang susah buat nerima keenyataan kalo ternyata lo mutusin gue secara sepihak gitu aja, tapi seiring berjalannya waktu gue bisa menerima dan memaafkan lo." Ucapku.
Hujan berhasil mengguyur ibu kota, melodi rintik-rintiknya mengiringi suasana sendu kali ini. Banyak kenangan saat hujan turun, memori demi memori itu kembali terputar di otakku.
"Gue masih sayang sama lo, Jo."
Mataku yang awalnya tertuju pada hujan yang ku lihat melalui kaca cafe teralihkan dengan wanita yang duduk di hadapanku.
"Gue tau, dan untuk sekarang sayang gue itu ke orang lain. Bukan lo, Pit."
Maria Indah Pitaloka– panggil saja Pipit. Perempuan dengan rambut hitam panjang, bermata bulat sempurna, dan berkulit kuning langsat adalah mantan pacarku dulu sebelum Renata. Ya meskipun kini Irene juga mantanku, tapi bedanya perasaan ini masih terisi dengan sosok Irene.
"Jo, lo udah punya pacar?" Kalimat yang terlontar dari bibir merah Pipit membuatku mantap menganggukkan kepala.
"Semenjak lo mutusin gue sepihak. Beberapa bulan kemudian, gue menemukan perempuan yang attitude-nya jauh lebih baik dari lo, Pit. Well, lo emang baik. Tapi gue gak nyangka kalo kebaikan lo sama gue cuma di depan gue aja." Lontaran kalimat dariku sudah dipastikan berhasil menapar keras perasaan Pipit.
Bukannya aku menyakiti seorang perempuan. Aku hanya memberinya sedikit pelajaran dengan ucapan frontal untuknya. Mungkin dengan itu, ia bisa sadar bahwa ia bisa menghargai seorang pasangan dalam hubungan. Bukan hanya semata-mata baik di depan, lalu ternyata meninggalkan.
"Tapi gue masih sayang sama lo, Jo."
Gue menggeleng sambil terkekeh. "Kalo emang lo sayang sama gue, lo gak akan ninggalin gue gitu aja disaat gue lagi di bawah."
"Tapi Jo—"
"Gak ada tapi-tapian Pit, lo ninggalin gue itu sama aja membuka peluang baru gue mencari seseorang yang mau nemenin gue saat gue di bawah atau di atas. And I already found it."
Aku mengambil tasku dan memasang topi bewarna hitamku. Beranjak dari kursi dan pergi meninggalkan orang yang pernah meninggalkanku, dulu.
•••
"Lo habis dari mana?" Tanya Ihsan.
Aku hanya menggeleng. "Gue juga gatau habis dari mana. Dari Jonggol kali." Jawabku asal.
"Ginting tadi liat lo di cafe sama cewek, siapa Jo? Jangan bilang itu Pi—"
"Iya San, dia Pipit. Balik lagi ke hadapan gue." Potongku saat Ihsan belum menyelesaikan kalimatnya.
Ihsan membalakkan matanya, ia cukup terkejut mendengar jawabanku bahwa seseorang yang tadi kutemui adalah Pipit.
"Dia balik setelah cukup lama? Kenapa? Pasti dia balik ada sesuatu yang harus diomongin sama lo Jo." Kata Ihsan.
Aku menghela nafas dengan kasar, "Dia mau jelasin semua, dan intinya masih sayang sama gue lalu minta balikan. Cih! Gak mau gue. Setelah apa yang dia perbuat ke gue dulu dia baru muncul sekarang? Terus selama ini dia kemana? Jadi simpenan om-om?"
"Jo, jaga mulut lo. Gue tau dia selingkuh dari lo. Tapi bukan berarti lo bisa ngata-ngatain mantan lo seenaknya Jo. Dia masih manusia, cuma otaknya aja agak turun ke dengkul." Ucap Ihsan.
Mendengar hal itu aku teringat oleh kata-kata Renata bahwa; Jika kita membenci siapapun itu, jangan coba untuk merendahkannya karna sesungguhnya jika kita merendahkannya sama dengan kita merendahkan derajat kita di hadapan Tuhan.
Ah, aku rindu dengan manusia itu.
"Lo tau gak, San gue masih sayang?"
Ihsan mengangkat satu alisnya. "Lah tadi lo bilang gak mau balikan. Kenapa sekarang bilang lo masih sayang. Wah ada sesuatu yang gak beres nih di otak lo, Jo." Kata Ihsan sambil mengacak rambutku bak ibu-ibu nyari kutu di rambut.
Gue berhasil dibuat terkekeh olehnya. "Iya gue masih sayang, tapi bukan sama Pipit. Sama Irene, adek lo."
Plak!
"Ah sa ae lo tutup panci!"
Lah ini serbet warteg napa baper yak.
•••
HALOHA! I'M BACK AGAIN HIHI
AS ALWAYS I CAN'T STOP TO SAY SORRY TELAT UPDATE KARENA ABIS NGISTORA NIH, EH ENGGA CANDA! GUE ABIS ADA URUSAN YANG MENGHARUSKAN AUTHOR PULANG PERGI BALI-JAKARTA, MANA CUACA BURUK DAN PESAWAT GUNCANGAN TERUS ALHASIL GUE JET LAG DAN GA SEMPET NGURUSIN INI WATTY HUHU :((
HAVE A GOOD DAY PACAR ONLINE ATLET PELATNAS🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Faith • Jonatan Christie
Roman d'amour[DISCONTINUED] "Akankah tasbih dan rosario bersatu atau akan tetap erat pada genggaman kita masing-masing?" Romance All Right Reserved 2018 Faith • crazyrichciumbrella