PROLOG[💛]

879 79 0
                                    

Aku menuliskan buku ini, sebagai hadiah untuk dia. Apabila dia terlahir kembali, tolong sampaikan padanya. Aku mencintainya. Maaf waktu itu aku tidak percaya padamu, maaf juga karena aku tidak mengakui perasaanku. Namun aku tahu bahwa tidak ada ruang bagiku untukmu. Karena di dalam hatimu hanya ada dia.

-VHley

______________________________________________________________________________

05.21 AM (EARTH)

"Huh.. huh.."

Seorang gadis berusaha menetralkan deru nafasnya, sekujur tubuhnya penuh luka dan darah, ia menatap bengis laki-laki didepannya, laki-laki didepannya hanya tertawa lalu menatap dengan tatapan mengejeknya, "Lemah!" Ejek laki laki itu, lalu mencambuk gadis tadi,  membuat kulit punggung gadis itu sobek dan mengeluarkan banyak darah, "Hah.. hahh.." Deru nafas gadis itu semakin cepat, tanda gadis itu menahan sakit yang luar biasa, lalu tiba-tiba semuanya menjadi gelap.

***

Seorang gadis membuka matanya perlahan, dia melihat kearah jam dindingnya, lalu bergegas melakukan berbagai ritual paginya. Setelah selesai ia segera keluar dari kamarnya dan ke ruang makan. Gadis itu melihat Bunda-nya tengah menyiapkan makanan lalu segera turun membantu Bundanya.

Keyra POV

"Pagi Bunda!" Sapaku, sembari membantu Bunda untuk menyiapkan sarapan. Setelah 20 menit, kami akhirnya selesai menyiapkan makanan bersamaan dengan terlihatnya Xavier a.k.a kakakku dan Ayah turun dan menduduki meja makan, hal ini sudah biasa terjadi sejak aku masih kecil. Kami duduk ditempat duduk masing-masing seperti biasanya, dan makan dengan tenang

"Xavier , Keyra .." panggil Ayah dengan nada yang sangat serius saat kami sudah selesai makan dan hampir meninggalkan meja makan ini untuk berangkat ke sekolah. "Ya Ayah?" Jawabku bingung, pasalnya Ayah sangat jarang memanggil kami dengan nada sangat serius, biasanya Ayah hanya mengeluarkan suara itu ketika kami melakukan kesalahan besar atau ada hal penting. "Bulan depan, kalian harus meninggalkan tempat ini dan pergi ke St. Pierre Academy." Kata Ayah yang terlihat serius, dan tak terbantahkan.

Aku dan kakakku saling menatap seolah berkata 'bagaimana ini?' Pasalnya jika Ayah sudah berkata begitu maka urusannya sangat panjang. Kenapa? Karena kami harus menjalankan misi besar yang memiliki kemungkinan berakhir dengan, kami tidak bernafas lagi. Ya, kematian.

"Yah.. sudah saatnya ya?" Xavier menjawab sambik tersenyum, kecut. Seolah mengerti pembicaraan ini akan kemana, kami mulai serius, melupakan bahwa hari ini, Hari Senin, hari dimana aku harus sekolah bersama kakakku dan berupacara memeringati jasa para pahlawan. Karena masalah ini lebih besar dari sekolahku.

Tentang dunia.. dan isinya.

Academy-Orbis[SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang