"Kalian bertidak seolah kalian tahu segalanya , seperti orang bodoh."
~~
Zzngg..
Kini kami (Aku , Xavier , dan Sir Thomson) telah berada di ruang kepala sekolah , Mam Alley. Mam Alley tidak kaget dengan kemunculan kami yang tiba tiba karena memang sudah kami beritahu terlebih dahulu. Mam Alley hanya menatap kami dengan tatapan iba. "Jangan menatap kami dengan tatapan seperti itu Mam." Kataku lalu duduk disofa , "Tapi--" baru akan Mam Alley akan mengelak , aku sudah memotongnya "Walau dengan 1000 tatapan seperti itupun , tidak akan bisa mengubah takdir , Mam." Kataku yang disetujui Xavier. "Yah , itu benar." Kata Mam Alley lalu menghela nafas. "Mam Alley , bagaimana keadaan sekolah?" Tanyaku lalu menatap keluar jendela , "Yah , sama seperti biasanya." Jawab Mam Alley lalu menerawang mataku , "Kenapa kau mencemaskan mereka yang mencibirmu?" Tanya Mam Alley , membuatku tersenyum "Aku akan tetap menyayangi mereka , walau mereka membenciku."
"Ayra," panggil Xavier lembut , membuatku menoleh "Hm?" Jawabku ala kadarnya , "Mau ketemu mereka?" Kata Xavier lalu melihat jam , "Nanti siang , setelah jam pulang sekolah." Kataku lalu melihat kelangit. "Jam berapa Gerhana Bulan Purnama Merah akan dipuncaknya?" Tanyaku , "Jam 1 malam , lebih tepatnya 1:32 AM." Kata Sir Thomson lalu ikut mengadahkan kepalanya , melihat langit. Aku berdiri , berjalan kearah Mam Alley , "Mam , bolehkah aku meminta jam tangan Mam?" Pintaku lalu tersenyum , membuat Mam Alley melepaskan jam tangan yang melekat ditangannya , "Ini , tapi untuk apa?" Tanya Mam Alley heran , "Aku akan membutuhkannya nanti , untuk melihat waktu." Jawabku , lalu terkekeh. Benar kan? Aku harus memperhatikan waktu , agar tidak salah perkiraan , jangan sampai aku dan Xavier terbunuh sebelum 1.32AM dan jangan sampai aku dan Xavier mati setelah 1.32AM. Batinku sementara Mam Alley hanya menatapku heran.
"Ah ya Mam , manusia akan ikut perang nanti malam." Kataku memberi tahu , sementara Mam Alley membelalakan matanya tak percaya , "Bukankan mereka tak percaya Orbis?" Tanya Mam Alley , "Pemerintahan yang percaya , bukan rakyatnya. Aku kasihan dengan pemerintahannya , tidak didukung rakyatnya." Kataku mengiba yang dibuat-buat.
______________________________________
▪》kantin , jam pulang sekolah
Aku dan Xavier berjalan melewati lorong-lorong , sama dengan terakhir kali kami melewati lorong ini , banyak orang yang mencibir kami , dan mulai menyebarkan gossip yang tidak jelas kebenarannya , seperti sekarang ini.
"Aku denger denger , mereka diem diem kabur dari rumah karenangga direstuin orang tuanya buat pacaran!"
"Wah aku juga pernah denger! Katanya juga orang tua mereka cuma orang tua angkat , mereka nemu Keyra sama Xavier di tengah jalan , katanya."
"Katanya , mereka keponakan kepala sekolah loh! Makanya mereka bisa langsung ke tingkat 4!"
Aku dan Xavier terus mendengar gossip gossip itu dengan sabar , gossip itu tidak semuanya benar hanya 'mereka keponakan kepala sekolah loh!' yang benar. Kami terus berjalan dan berusaha mengacuhkan cibiran-cibiran yang terus mengalir dan tertuju untuk kami , kami terus berjalan menuju kantin , ketempat dimana biasanya May , Yerra , Farrel , Vin , dan Vander berada.
Begitu melihat mereka dari kejauhan , aku mempercepat langkahku , aku berusaha bertingkah dan berekspresi seperti biasanya , "Hai Yerra , May , Rel , Vin , Vander!" Sapaku dengan seceria mungkin , mengingat ini akan menjadi momen terakhirku. "Beraninya kalian masih kesini!" Bentak Vin , membuat suasana menjadi mencekam. "Pergi!" Bentak May kasar , lalu menatapku sinis. Aku memperhatikan temanku satu persatu , Vin yang menatapku tajam , May yang sinis , Yerra yang menatapku ketakutan , Farrel yang menatapku dengan benci , Vander yang menatapku dengan kecewa. Aku tersenyum pelan , "Apa hanya sejauh ini kepercayaan yang kalian taruh pada kami?" Tanyaku , "Apaan sih! Kamu mau berusaha bikin kita ketipu sama omongan manis kamu?" Bentak May , membuat ruangan semakin mencekam , sudah banyak orang mengerumuni kami , "Bahkan kalian tidak mau mendengarkan penjelasan kami dan menyimpulkan semuanya sendiri." sambungku tanpa mengacuhkan yang lainnya , "Kalian hanya mengambil dari sisi pandang kalian tanpa mau mengerti apa yang kami rasakan," kata Xavier lalu terkekeh sedih , aku menatap mereka lagi , "Kita akan bertemu lagi nanti , tenangkan pikiran kalian." Kataku lalu menarik Xavier pergi dari kantin , menerobos murid murid yang sedari tadi menonton kami.
______________________________________
Setelah dari kantin , aku dan Xavier menuju ke area perbatasan. Aku mencari Siska , Cheryl , dan Liyana. Begitu banyak manusia yang ikut , mungkin sekitar 3000 orang? Pria-pria dewasa dijadikan petarung jarak dekat , dan para gadis pemanah dibelakang. Dan juga aku melihat ada perkemahan kecil yang berisi 3 dokter wanita dan 3 perawat. "Siska! Cheryl! Liyana!" Panggilku saat melihat mereka tengah berbincang. Ah ya jika kalian bertanya kenapa tidak ada yang menjaga area perbatasan , karena wujud orge dan black witch sangat berbeda dengan manusia , jadi bisa dibedakan mana yang teman dan mana yang lawan.
"Keyra! Xavier! Kalian bakal ikut acara ini juga?" Tanya Siska sambil menekankan kata 'Acara ini' , aku dan Xavier hanya tersenyum simpul sebagai jawaban "Yaiyalah masa mereka kesini mau ngelahirin anak!" Jawab Cheryl , "Lah yang ditanya Keyra sama Xavier kok kamu yang nge-gas sih!" Sahut Siska , membuatku terkekeh pelan. "Disini ada makanan ngga?" Tanyaku tiba tiba ke mereka , membuat mereka menatapku heran , "Jangan bilang kamu mau minta makan?" Tanya Liyana , membuatku nyengir , "Hehe , tau aja deh!" Kataku dengan nada dibuat-buat membuat mereka menatapku jijik , "Yaudah sini! Ayuk makan!" Ajak Liyana pada akhirnya , Liyana memang paling pintar memasak diantara kami , masakannya memang enak. Kuakui itu , Xavierpun juga mengakuinya.
"Guru yang sama kamu kemarin , mana Key?" Tanya Siska , ditengah acara makan kami. "Ntar juga ketemu." Kataku lalu tersenyum misterius. "Ih Key!" Kata Siska sebal , "Kenapa? Kamu tertarik yaa?" Godaku , yang langsung direspon siska dengan cubitannya yang warbyazahh , membuat kami semua tertawa , ya tertawa untuk terakhir kalinya.
Aku terus bercanda dengan mereka hingga tanpa sadar , fajar mulai terbenam. "Bersiap semua!" Komando seseorang , membuat Siska , Cheryl , dan Liyana mengambil panah mereka dan keposisi mereka , aku tersenyum simpul melihatnya. Aku melihat kearah jam yang tadi diberikan oleh Mam Alley , 05.20PM. Langit mulai memerah , manusia mulai kaget melihatnya.
"Jadi Orbis benar benar ada!?"
"Jadi pemerintahan tidak membual?!"
"Astaga bagaimana ini?!"
"Apa kita akan menang?"
Banyak keluhan terdengar , membuatku berjalan menuju kedepan bersama Xavier. Teriakan Siska , Cheryl dan Liyana ku abaikan.
"TENANG!" perintahku , yang langsung mendapatkan cibiran dari banyak orang.
"Siapa dia?"
"Dia hanya gadis kecil!"
"Beraninya!"Begitulah reaksi kebanyakan orang , aku menatap kearah Xavier , dan Xavier hanya mengangguk. Aku dan Xavier berpegangan tangan , lalu menutup mata kami , secara perlahan pakaian kami terganti dengan pakaian perang dengan mahkota diatas kami , mahkota Raja dan Ratu Orbis , satu satunya.
______________________________________
To be continiued..
KAMU SEDANG MEMBACA
Academy-Orbis[SELESAI]
Fantasy▪Fantasy - Teenfict Pernah dengar pepatah yang berkata, kebahagiaan akan datang diakhir, setelah perjuangan? Bagaimana jika, perjuangan itu harus dirasakan sampai detik detik terakhir menuju kematian, lalu dimanakah kebahagiaan? Itu semua hanya bual...