Setelah satu jam berkutat pada layar laptop di depannya Ara menghela napas gusar. Tidak nyaman dengan tatapan Si pemilik mata elang yang ada di depan, di kursi tempat dosen.Sesekali Ara melirik kearah dosen menyebalkan itu, seketika mata mereka bertemu.
Deg...
Ara langsung memutuskan kontak mata dan mengalihkan pandangannya ke apapun selain bukan ke dosen itu.
Mati! Kenapa harus ketahuan sih? batinnya merutuki perbuatannya.
Dua jam rasa sehari, sangat lamban sekali waktu berlalu. Ara sudah tidak tahan dengan situasi ini. Dia juga tidak konsen dengan materi yang di sampaikan oleh dosen itu.Entah mengapa dosen itu sepertinya juga memperhatikan Ara sedari tadi.
Ara akui memang dosennya itu memiliki wajah yang sejuta watt. Penuh pesona dan sangat menawan. Tapi sifatnya yang membuat Ara jengkel. Kalau bukan karena dia itu yang membuat Ara kesal pasti Ara akan jatuh hati padanya.Ara cepat-cepat menepis pikiran anehnya itu. 'Mikir apa sih gue, gaje banget seh' batinya. Ara menggeleng-gelengkan kepalanya menepis pikiran anehnya itu.
"Ara Ashita! sudah selesai tugas kamu?"
Sontak Ara langsung kaget karena suara teriakan dari depan.
Siapa lagi kalau bukan pak Sean si dosen menyebalkan itu."Hah? tu-tugas apa ya pak?" tanyanya tergagap.
"Jadi selama satu jam lebih apa yang kamu pikirkan, saya kasih tugas tidak kamu kerjakan?" kata Sean dengan nada memojokkan.
"Ma-ma-maaf pak. Saya tidak fokus." jawab Ara terbata.
"Saya tidak perlu alasan kamu!"
"Maaf pak. Saya benar-benar minta maaf." ucapnya menyesal sekaligus memohon agar tidak dipojokkan lebih lagi.
"Maaf? tidak semudah itu! kamu saya hukum!" ucap Sean tegas.
Ara melotot mendengar kata hukuman, "Hukum pak? jangan dong pak. Saya janji gak akan ngulangin lagi. Asal jangan hukum saya." Ara menangkupkan tangannya memohon pada Sean.
"Saya tetap akan menghukum kamu! Karena kamu sudah membuat kesalahan tiga kali dalam dua jam ini sama saya!"
"Maaf pak. Baik saya akan terima hukuman apa aja." Ara tunduk dengan suara yang sedikit lemah. Lalu dia berucap lagi, "tapi pak. Jangan hukum saya yang berat-berat. Jangan suruh saya lari keliling monas atau terjun dari gedung ini pak. Saya gak akan sanggup pak. Saya mohon." lanjut nya memohon pada Sean.
Sean mengernyit mendengar penuturan Ara. Apa-apaan gadis ini pikirnya. Siapa juga yang akan menyuruhnya keliling monas apalagi terjun dari gedung ini. Apa Sean setega itu? Sean tidak sekejam itu, dia juga masih punya otak dan hati untuk menghukum sekejam itu.
"Yang lain kalau sudah selesai boleh keluar!" titah Sean pada yang lainnya.
Reflek semuannya, kecuali Ara keluar ruangan meninggalkan Ara dan Sean berdua.
Setelah semua mahasiswanya keluar Sean berjalan mendekati Ara. Ara yang mematung di tempat gugup dengan kedatangan Sean.
Jantung Ara memompa dengan kencang. Sungguh rasanya Ara ingin secepatnya lenyap dari sini atau dia berharap tiba-tiba saja bangunan itu runtuh dan menimpa dirinya agar tidak lagi berhadapan dengan dosen menyebalkan itu.
"Maaf pak. Hukuman saya apa?" tanya Ara memberanikan diri setelah sean sampai di depan nya.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Sampai sepuluh detik sean masih diam. Dia hanya menatap mata ara dengan tajam.
Ara yang di tatap pun berubah menjadi salah tingkah.
Jantung ara rasanya mau copot saking groginya berhadapan sedekat ini dengan sean."Pak!" Ara mencoba menyadarkan sean.
"Pak!" Panggilnya lagi. Tapi bukannya menjawab sean malah semakin mendekatkan wajahnya ke wajah ara. Hingga jarak antara mereka hanya tersisa sedikit.
Sean menatap semakin lekat mata ara yang indah itu. Mata bulat dan berwarna hazel dengan alis hampir menyatu dan bulu mata lentik.Deg...
Jantung ara bekerja ekstra kali ini.
Wajahnya juga rasanya memanas tubuhnya seperti ada aliran listrik.
Apakah ara akan terkena serangan jantung mendadak pikirnya.Saat sean semakin mendekatkan wajahnya cepat cepat ara mendorong tubuh sean hingga sean agak terdorong menjauh kebelakang.
"Jangan mesum!" Ucap ara pada sean
Sean tersadar akan kelakuan cepat cepat sean mengerjapkan matanya
'Apa yang aku lakukan' batinya."Kamu saya hukum" ucapnya setelah mengatur nafas.
"Hukuman apa! Jangan yang aneh aneh. Dasar mesum!"
"Selama sebulan kamu harus jadi asisten pribadi saya!"
What? Asisten? Ara melemparkan tatapan tidak setuju pada sean
Sean yang mengerti akan tatapan protes itu dengan cepat berkata "tidak ada penolakan tidak ada bantahan!" Ucapnya tegas.
"Kamu boleh keluar!" Ucapnya lagi
Belum sempat ara memprotes lebih dia terlebih dahulu di usir."Heh? Apa apaan!, saya gak mau. Saya tidak punya pengalaman sedikit pun menjadi asisten!"
"Tidak ada protes!"
"Menyebalkan!"
Dosen itu segera membereskan barang barangnya lalu keluar meninggalkan ara yang masih mematung di tempatnya memikirkan ucapan sean
Merasa ada sesuatu yang terlupakan sean kembali berbalik ke ruangan.
Dia berjalan mendekati ara.Dia bingung melihat ara yang masih diam tidak bergeming. Lalu dia berucap
"Minta id line kamu"Ara tidak menjawab ucapan sean.
Lalu dia mengulang perkataanya"Ara ashita minta id line kamu!" Ucapnya sedikit berteriak. Sontak ara kaget dengan teriakan sean
"Ee haah?, a ap apa?" Ara tergagap menjawab omongan sean
"Id line kamu!"
"Oh id line. Gak punya"
Hah gak punya id line? Manusia purba kah? Pikir sean.
"Nomor wa?"
"Wa?, apa itu?"
Nomor wa pun gak tau?,
"Yang ada nya apa?,"
"Nomor hp"
"Sini mana. Ketik sini!" Ucapnya lalu menyodorkan ponsel ke depan ara. Ara lalu meraih ponsel sean dan dengan cepat dia mengetikan nomor ponsel nya.
"Ini. Udah" setelah selesai ara mengembalikan ponsel milik sean.
"Ok. Thank" lalu sean pergi meninggalkan ara. Tanpa mengucap apa pun lagi.
"Heh? Apa apaan orang itu. Pergi seenaknya datang juga seenaknya. Kan ara masih bingung. Malah di tambah bingung lagi. Aghhh pusiiing pusing!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Nano-Nano
Romance"Pak Sean?" Tiba-tiba Elsa memanggil Sean yang sedang menjelaskan materi di depan. Ara dan yang lain menolehkan pandangan kearah Elsa. Alah palingan cari perhatian doang! Batin Ara yang sudah bisa menebak maksud Si tukang modus. "Ya? respon singkat...