•||sembilan||•

6.5K 291 0
                                    

Lima hari sudah di kota perantauan, Ara merasa rindu dengan keluarganya dirumah. Rindu masakan ibunya yang paling juara, rindu adik adik kecilnya yang manis manis. Dan juga rindu dengan ayahnya. Ayah yang selalu ada untuknya, selalu membanggakan Ara, walau pun nilai sekolah Ara tidak sebagus adik adiknya, tapi Ayahnya lah yang selalu mensuport Ara. Ayahnya tidak pernah marah jika nilai Ara selalu pas pasan.

Ara kagun dengan Ayahnya. Sosok orang tua yang sangat perhatian pengertian dan penyanyang. Walau usianya sudah sangat tua dan badannya sudah mulai mengendur, tapi semangatnya untuk bekerja tidak pernah surut. Ara teringat Ayahnya menjadi sedih. Dia bertekat harus hidup dan punya masa depan yang lebih baik, supaya dia bisa membanggakan orang tuanya di usianya yang sudah sangat renta, dan menjamin masa depan adik adiknya yang masih kecil.

Ara berjalan malas menyusuri trotoar, hari ini hari terngenes nya mungkin.
Sudah uang habis untuk naik gojek Milly juga lagi sibuk di kampusnya, jadi tidak bisa ia pinta untuk mengantarnya.

Jalanan yang becek dan air menggenang di jalanan bekas hujan setengah jam yang lalu membuatnya sering terciprat oleh mobil dan motor yang lewat.
Ara hanya menghembuskan nafas pasrah saat sepatunya kotor terkena cipratan air. Mau marah dan mengumpat, percuma saja, gak ada gunanya, orangnya juga sudah berlalu begitu saja, yang ada hanya menghabiskan energinya

Dia melanjutkan jalannya. Perjalanannya masih lumayan jauh, sekitar sepuluh menitan kalau pake jalan kaki, kalau pake mobil ya paling empat menit udah sampe.

Ara menyeka keringatnya yang becucuran. Dia mengecek jam di tangannya. Lima menit lagi kelasnya akan di mulai, dan di jam itu yang mengajar adalah Dosen Rey. Dosen ganteng, baik dan juga ramah. Idaman semua kaum wanita lah pokoknya yang model pak Dosen Rey itu.

Sebenarnya dia malas untuk kekampusnya, tapi apa boleh buat, demi bertemu dengan pak Dosen incarannya dia rela berjalan kaki sejauh ini. Demi pak Rey loh ini! Jika ingat dengan wajah manis nya pak Rey pasti hati Ara akan berbunga bunga,

Saat sedang asik dengan imajinasinya tentang pak Rey, sebuah mobil melaju dengan kencang hingga menciprati sepatu celana hingga bajunya. Kotor? Astaga ini gak bisa di sabarin. Kalau hanya sepatu oke lah gak masalah. Ini apa? Sepatu, celana, baju, hingga wajahnya juga kena?

Ara naik pitam melihat mobil yang agak jauh di depannya berhenti. Dia pastikan akan mencabik cabik siapapun yang ada di dalam mobilnya itu. Dia akan meminta pertanggung jawabannya!

Ara berlari menghampiri mobil itu. Di ketuknya kaca mobil dengan sangat keras.

"Eh buka!" Katanya dengan nada marah

Terlihat orang itu membuka pintu mobilnya, Ara mundur sedikit kebelakang memberi ruang agar orang itu bisa keluar.

Sontak Dia melebarkan matanya dan ternganga saat melihat siapa pembuat masalah.

"SUPRISEEEEE" ucap orang itu dengan cengiran tanpa dosanya, dia merentangkan tangannya

"Aannnnnnn" pekiknya tertahan, dengan segera dia memeluk yang ia sebut dengan Aan itu, dia tidak peduli lagi amarahnya tadi yang ingin mencabik cabik orang yang sudah membuat baju nya kotor.

"Lo kok bisa ada di sini? Kapan sampe nya? Kok gak ngabarin kalau udah sampe sini sihhhhhh, kan kita bisa jemput!" todongnya dengan pertanyaan yang beruntun saat melepaskan pelukannya

"Namanya juga suprise Ra. Kalau di bilang gak suprise lagi dong"

"Iya sih. Btw Milly udah tau?"

"Yayang Mil mil belum tau. Baru lo nih yang tau. Tadi sih niatnya mau nyamperin Milly ke kampusnya, biar suprise in dia disana. Ee ketemu sama lo di sini"

"Lo tuh geblek apa gimana sih. Udah tau jalanan lagi becek, gak liat apa gue lagi jalan kaki penuh penderitaan sepanjang jalan kenangan ini, malah ngebut ngebut bawa mobilnya"

Aan hanya terkekeh, menggaruk tengkuknya merasa bersalah.

"Lagi buru buru soalnya. Kan mau ketemu sama yayang"

"Iya tau deh yang lagi LDR pasti kangen tingkat dewa kan?, dasar orang pacaran mah ya. Suka gitu!"

"Makanya pacaran Ra biar tau rasanya tuh kayak gimana. Jomblo ngenes sih lo!" Aan menyentil kening Ara, Ara mengusap nya kesakitan

"Nanti kalau gue cari pacar bakalan langsung nikah!" Ucapnya asal. Dia bosan mendengar teman temannya yang selalu membahas itu. Ara bukan nya tidak mau pacaran. Hanya saja dia belum menemukan orang yang tepat.

"Dari jaman SMA lo ngomong gitu mulu sih Ra" ingat kan Aan pada masa dimana Ara pernah berbicara seperti itu waktu beberapa bulan yang lalu, sebelum mereka berpisah.

"Liat aja nanti" tantang Ara kesal

"Hehe yaudah lo gue antar ya? Mau kekampus kan?" Ucap Aan bersiap membuka pintu mobilnya

Tapi Ara masih diam di tempatnya, "gak liat apa baju gue udah kotor gini. Gimana mau ke kampus!"

"Oya gue lupa. Sorry banget ya buat yang itu. Udah buat baju lo kotor. Hehe"

"Untung lo sahabat gue. Kalau enggak udah gue cabik cabik lo tadi tuh!"

"Yaudah yaudah, gini aja. Lo pake baju yang ada di dalam mobil aja deh. Gue ada bawa oleh oleh baju banyaak banget buat kalian. Lo tinggal pilih aja deh sana"

Sontak mata Ara melebar, senyum nya mengembang mendengar kata kata Aan. Dia tidak jadi untuk marah.

"Seriusan?" Tanya nya meyakinkan

"Iya beneran. Cepetan. Lo kumal banget udah jelek tambah jelek" ejeknya, tapi Ara tidak mengindahkan ucapan Aan. Dia langsung masuk kemobil memilih baju yang mau ia gunakan. Di sana banyak paper bag berisikan baju baju baru. Wahhh ini surga nya wanita. Kebahagiaan wanita.

"Lo tunggu di luar gak usah ngintipin gue ganti baju. Awas lo" ucapnya berteriak dari dalam mobil yang kacanya ia turunkan sedikit.

"Gak napsu gue. Dada rata semua gitu" Ucap Aan membelakangi Ara tanpa menoleh sedikit pun.
Itu yang ia sukai dari sahabat nya yang satu ini. Sangat menjaga dan menghormati kaum wanita. Tidak pernah merendahkan harga diri wanita.

Setelah sekian menit dia menunggu Ara diluar, Ara berteriak lagi

"Udah selesai nih. Ayok cepatan, udah telat banget nih"

Dengan segera Aan masuk kedalam mobil dan langsung tancap gas.

Tanpa mereka sadari. Ada seseorang yang memperhatikan kejadian itu tak jauh dari tempat mereka di dalam mobil. Banyak pertanyaan yang ada didalam kepalanya.


Sorry banget ngaret update nya. Baru sempat ngetik. Huhuhu. Ini gak di edit lagi. Udah di ketik langsung post. Sorry ya kalau banyak typo nya.



Dosen Nano-NanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang