•||Lima||•

6.8K 347 19
                                    

Ara berjalan riang keluar kantin.
Dia sangat senang karna dia sudah menemukan cara untuk menyelesaikan masalah keuangannya.
Dia sudah dapat pekerjaan. Dia sangat berterimakasih pada tuhan dan juga 'Bunda' yang sangat baik. Ara beruntung punya orang orang baik di sisinya.

Tapi tidak dengan Elsa dan Sean. Si dosen menyebalkan itu. Ara tidak tau kenapa Elsa sangat sensi dengannya. Padahal dia tidak berniat sama sekali untuk mendekati atau cari perhatian kepada Sean. Yang ada dia ingin menjauhi yang nama nya Sean itu.

Saat berbelok di belokan kantin menuju parkiran Ara menabrak seseorang. Ara menoleh pada orang itu langsung matanya melotot. Yang baru saja di pikirkan malah datang! Sial sekali!

"Bapak tuh ya suka banget nabrak saya!"

"Kok malah saya yang disalahkan. Bukan nya kamu yang nabrak saya!" Protes Sean yang tidak setuju dia yang salah.

"Loh kok malah balik nyalahin saya sih. Bukannya bapak? Bapak tuh hobi banget nakbrak saya" balas Ara tak mau kalah. Spesies perempuan yang tidak mau disalahkan atau pun mengalah.

Sean tak habis pikir dengan gadis ini. Biasanya kalau anak didiknya yang lain yang menabraknya mereka tidak bisa mengelak. Mereka akan meminta maaf dengan sungguh takut takut. Tapi gadis ini malah menentangnya. Tidak mau minta maaf padahal dia yang jelas jelas salah.

Bagaimana Sean yang menabraknya. Bahkan Sean sedari tadi diam di tempat sedang menerima telpon.

Sean kesal juga lama lama dengan gadis ini, "jadi menurut kamu saya yang salah?"

"Ya bapak dong. Masak saya yang salah. Kan saya dari tadi jalan. Bapak aja ngapain di situ. Menghalangi jalan tau gak? Emang ini jalanan punya bapak apa?"

"Kalau ini memang punya saya kamu mau apa hah?"

"Saya bakal cium tangan bapak dengan sangat hormat!"

Sean tersenyum licik. Ternyata gadis ini belum tau siapa dia!

"Oke saya pegang ucapan kamu!"

"Oke siapa takut. Nggak mungkin juga lah bapak yang punya gedung ini. Gak mungkin! Gak usah ngaku ngaku ya!"

Sean hanya mengidikkan bahunya. Tunggu tanggal mainnya Ara Ashita! Sean mengucap dalam hati. Dia menemukan permainan baru! Ara Ashita akan selalu dia ingat dalam otaknya. Gadis yang tidak takut tantangan!

"Kenapa kamu bolos?!"

"Kan saya udah bilang baju saya masih basah tadi"
Sean mendengus kesal. Gadis ini sangat sangat menyebalkan. Suka melawan! Keras kepala dan bawel.

"Kamu harus ikut saya!" Sean menarik tangan Ara kuat.

"Ih gak mau. Saya harus kerja!" Ara membentak Sean. Dia kesal karna Sean selalu memaksanya untuk menuruti kemauannya. Ara mencoba melepaskan tangannya

"Kerja? Kerja apa?"

"Ih bapak kepo gak perlu tau" Ara menyentak tangannya hingga terlepas

"Kamu ingat tanggung jawab kamu sebagai asisten saya itu masih ada?!"

Ara mendengus kesal. Selalu saja jika berhadapan dengan Sean dia harus banyak menambah stok bersabarnya agar tidak habis.

"Iya saya ingat Pak dosen yang terhormat!" Ara menjawab dengan jengkel

Sean tersengum miring, "Kalau begitu ikut saya!" Sean menarik tangan Ara lagi. Namun Ara mengghentakkannya lagi dengan kuat hingga tangan nya terlepas

"Udah saya bilang saya gak bisa. Saya harus kerja. Bapak gak punya kuping apa ha?!" Ara melototi Sean. Sean balas melotot juga.

Sean nampak marah, baru Ara orang pertama yang berani menentang kemauannya. Ibunya saja tidak berani menentang nya apalagi menolak keinginan Sean. Tapi Sean tak habis pikir dengan Ara. Dia begitu tidak takut berhadapan dengan Sean.

Dosen Nano-NanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang