•|Enam|•

6.7K 338 18
                                    

Sean mengerjap ngerjapkan matanya.
Melihat sekeliling. Dia menyadari bahwa dirinya ada di ruangannya, seingatnya dia tadi berada di halaman belakang. Tapi kenapa bisa sampai ada di sini?

Dia mengangkat tangan untuk mengucek matanya, betapa terkejutnya dia saat mendapati ada perban ditangan kanannya.

Dia mencoba mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, lalu dia tersadar jika dia meninju jendela kaca hingga berdarah, yang menyebabkan dia pingsan.

Sean tersadar dia melupakan sesuatu, dengan cepat dia bangun dari posisi berbaringnya lalu melangkahkan kaki. Tapi belum selangkah ia berjalan, langkahnya terhenti mendapati seorang gadis yang ingin ia cari, Ara Ashita!

Dia mengernyit melihat Ara yang tidur meringkuk di atas lantai. Kenapa dia ada di sini? Apa dia yang mengobati luka ku? Itulah pikiran yang paling pertama yang muncul di benak Sean.

Dia berjongkok mendekati Ara yang tidak sadarkan diri. Di goyangnya bahu Ara ingin membangunkannya.

"Hei bangun!, jangan tidur di sini!"

Ara masih tak bergeming. Sean menunggu reaksi Ara, namun semenit belum ada respon. Sean mengguncang bahu Ara sedikit agak kuat, "hei Ashita bangun!"

"Kok gak bangun? Apa dia Pingsan?"

Sekali lagi Sean mengguncang bahu Ara, tapi masih tak ada respon. Sean tak habis pikir, jika Ara tidur pasti akan bangun jika diguncang tubuhnya tapi Ara tidak sama sekali.

Seketika satu ide terbit di kepalanya.
Sean mencubit pipi Ara yang agak tembem dengan kuat, tapi Ara masih saja tidak merespon. Sean menghela nafas kesal. Kenapa ini anak tidak bangun juga!

Sean jadi kesal sendiri dengan Ara yang tidak bangun bangun. Tapi kalau di ingat ingat tadi Sean terlalu kuat mencubit pipi Ara, pipinya sampai memerah. dia jadi tidak tega.

Tapi ada sesuatu rasa yang mendorong Sean untuk kembali mencubit pipi Ara, tapi dia mencubitnya dengan agak pelan. Tidak sekuat tadi.

Enak, kenyal, seperti memainkan squishy, batin Sean berkomentar.
Entah kenapa Sean tersenyum saat memainkan pipi Ara. Lucu sekali-

Beberapa saat Sean mencubit pipi Ara dengan gemas tapi masih Ara tidak bergeming sama sekali.

Ini anak tidur? pingsan? atau gimana sih! Gak sadar sadar juga!

Dengan sangat terpaksa Sean mengangkat tubuh Ara membawanya ke sofa tempat dia tidur tadi.
Diperhatikannya wajah damai Ara yang sedang pulas. Cantik!

Dengan cepat Sean menangkis pikirannya itu. Dia menggelengkan kepalanya agar tidak memuji perempuan yang membuatnya terluka. Membuatnya kesal dan sekaligus perempuan pertama yang berani membantah perintahnya.

Ara Ashita!

* * * *

Setengah jam Lamanya Sean menunggu Ara sadar. tapi gadis itu masih setia dengan mata terpejam nya.
Karna Sean merasa lapar ia ingin memesan makanan melalui go-food.

Dia memilih makanan yang ingin ia makan, terlintas sebuah foto Soto, tiba tiba Sean kepingin untuk makan Soto. Dia memesan 1 porsi Soto untuk dirinya.

Lalu dia melirik sekilas pada Ara, entah apa yang ia pikirkan lalu dia memesan satu porsi lagi.

Setelah sepuluh menit menunggu. Pesanannya sampai, perutnya sudah sangat lapar. Dia dengan cepat membuka bungkusnya lalu menyalinnya pada mangkok dengan sedikit kesusahan, karna tangannya masih sakit.

Setelah siap dia menyendok soto lalu menyuapkan pada mulutnya. Dengan lahap Sean menikmati Soto itu.

Di sisi lain hidung Ara seperti mencium bau seseuatu yang sangat familiar. Dengan perlahan Ara membuka matanya. Dia mengerjapkan matanya menyesuaikan dengan pencahayaan yang ada.

Dosen Nano-NanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang